The Subtle Art Of No Giving a Fuck - Mark Manson - 01

 
Jangan Berusaha

Charles Bukowski dulunya adalah seorang pecan du alko- hol, senang main perempuan, pejudi kronis, kasar, kikir, tukang utang dan, dalam hari-hari terburuknya, seorang penyair. Dia barangkali adalah manusia terakhir di muka bumi yang bakal Anda mintai nasihat tentang kehidupan, atau nama terakhir yang ingin Anda lihat dalam deretan buku motivasi jenis apa pun.

Justru fakta itulah yang menjadikan sosoknya sempuma untuk memulai buku ini.
Bukowski bercita-cita menjadi seorang penulis. Namun karya- nya terns menerus ditolak oleh hampir setiap majalah, surat kabar, jumal, agen, dan penerbit yang pemah dihubunginya. Tulisannya sangat hancur, kata mereka. Kasar. Menjijikkan.


Tidak bermoral. Dan begitu tumpukan surat penolakan bertambah tinggi, beban dari kegagalan tersebut mendorongnya ke dalam sebuah depresi yang kian diperberat oleh alkohol, yang terus menghantui sebagian besar hidupnya.

Sehari-hari, Bukowski bekerja sebagai seorang penyortir surat di sebuah kantor pos. la digaji sangat rendali, dan hampir seluruh uangnya dihabiskan untuk minuman keras. Barulah sisanya ia pakai untuk berjudi di pacuan kuda. Malamnya, ia minum-minum sendirian, dan kadang menuntaskan puisi di mesin tik usangnya. Kerap kali, dia siuman di lantai setelah pingsan semalam sebeluinnya.

Tiga puluh tahun berjalan tanpa arti seperti itu, hampir seluruh waktunya ada dalam bayang-bayang alkohol, narkoba, judi, dan pelacuran. Kemudian, saat Bukowski berusia 50 tahun, setelah seumur hidup merasa gagal dan membenci diri sendiri, seorang editor di sebuah penerbitan independen kecil menaruh minat yang aneh terhadap dirinya. Editor ini tidak menawari Bukowski segepok uang atau penjualan buku yang menjanjikan. Namun dia menaruh ketertarikan yang ganjil terhadap si pemabuk dan pecundang ini, jadi dia memutuskan untuk memberikan satu kesempatan. Itulah peluang pertama Bukowski, dan, ia sadar, mungkin itu satu-satunya yang bisa didapatkannya. Bukowski menjawab tantangan sang editor: “Saya hanya bisa memilih satu dari dua pilihan—tetap bekerja di kantor pos dan bakalan sinting... atau tetap di luar sini, menjadi penulis, dan kelaparan. Saya lebih memilih kelaparan saja.”

Setelah menandatangani kontrak, Bukowski menulis novel per- tamanya hanya dalam 3 minggu. Judulnya sederhana Post Office. Di dalamnya, dia menulis, “Didedikasikan untuk tak seorang pun”.

Kelak Bukowski mencatatkan diri sebagai seorang penulis novel dan puisi yang sukses. Dia terns berkarya dan menerbitkan 6 novel dan ratusan puisi, menjual lebih dari 2 juta kopi. Popularitasnya melampaui harapan setiap orang, terutama ekspektasinya sendiri. Kisah Bukowski ibarat amunisi untuk kultur cerita inspiratif di zaman kita. Kehidupan Bukowski mewakili perjalanan Mimpi Amerika; seorang pria yang berjuang atas apa yang diinginkannya, pantang menyerah, dan pada akhimya meraih mimpinya. Praktis, ini seperti sebuah film. Kita semua menyaksikan cerita Bukowski dan berkata, “Apa kubilang? Orang ini tidak pemah menyerah. Orang ini tidak pemah berhenti mencoba. Orang ini selalu percaya diri. la gigih melawan segala rintangan, dan akhimya sukses!”

Tapi, semua narasi itu terdengar janggal, karena di atas batu nisan Bukowski tertulis: “Jangan berusaha.”
Lihat, meski nyatanya bukunya laris manis dan sosoknya terkenal, Bukowski dulunya adalah seorang pecundang. la tahu benar itu. Dan keberhasilannya bukan hasil kegigihannya untuk menjadi seorang pemenang, namun dari kenyataan bahwa ia tahu kalau dirinya seorang pecundang, menerimanya, dan kemudian menulis secara jujur tentangnya. la tidak pemah mencoba untuk menjadi selain dirinya sendiri. Kecerdasan dalam tulisan Bukowski bukan soal memanfaatkan peluang yang luar biasa atau mengembangkan dirinya menjadi seorang sastrawan yang gemilang. Yang ada adalah kebalikannya. la hebat karena kemampuan sederhananya untuk jujur pada diri sendiri sepenuhnya dan setulusnya—terutama mengakui hal-hal paling buruk yang ada pada dirinya sekalipun—dan untuk membagikan perasaannya tanpa segan atau ragu.

Ini adalah cerita di balik kesuksesan Bukowski yang sesungguhnya: dia “nyaman” dengan cerminan dirinya yang dianggap sebagai sebuah kegagalan. Bukowski sama sekali masa bodoh dengan kesuksesan. Bahkan setelah dia menjadi terkenal, dia masih muncul dalam pembacaan puisi, mendamprat, dan mencibir audiensnya dengan kasar. Dia masih mengekspos dirinya di muka umum dan meniduri setiap perempuan yang ditemuinya. Menjadi terkenal dan sukses tidak mengubahnya menjadi pribadi yang lebih baik. Dan ia
menjadi terkenal dan sukses, bukan karena perubahannya menjadi orang yang lebih baik.
Perbaikan diri dan kesuksesan kadang terjadi bersama. Namun itu tidak lantas berarti keduanya adalah hal yang sama.

Ya kita hari ini terobsesi untuk mewujudkan harapan- harapan positif yang mustahil diwujudkan: Menjadi lebih bahagia. Menjadi lebih sehat. Menjadi paling baik, lebih baik daripada lainnya. Menjadi lebih pintar, lebih cepat, lebih kaya, lebih seksi, lebih populer, lebih produktif, lebih diinginkan, dan lebih dikagumi. Menjadi sempuma dan memukau, setiap hari Anda meninggalkan segepok emas 24 karat, usai sarapan dan mencium istri Anda yang bahenol dan telah siap melakukan selfie, lalu berpamitan pada anak- anak Anda yang manis dan gendut. Lalu menerbangkan helikopter pribadi ke tempat kerja yang menyenangkan, di mana Anda bisa menghabiskan hari-hari dengan mengerjakan hal-hal yang sangat bermakna, misalnya menyelamatkan planet ini.

Namun ketika Anda berhenti sejenak dan sungguh merenungkannya, nasihat hidup yang konvensional—segala macam nasihat motivasional untuk menjadi pribadi yang positif atau menyenangkan yang selalu kita dengar—sebenamya justru memberi penekanan pada kekurangan Anda. Nasihat itu langsung menyoroti apa yang Anda anggap sebagai kekurangan dan kegagalan pribadi Anda, kemudian menggarisbawahi hal tersebut untuk Anda. Anda mempelajari cara terbaik untuk mendapatkan uang karena Anda sudah merasa tidak punya cukup uang. Anda berdiri di depan cermin dan terns mengafirmasi kalau Anda cantik karena Anda sudah merasa tidak cantik. Anda mengikuti tips berkencan dan menjalin hubungan karena Anda merasa bahwa memang Anda tidak layak dicintai. Anda melakukan latihan visualisasi yang konyol untuk menjadi lebih sukses karena Anda memang merasa tidak cukup sukses.

Ironisnya, pengarahan pemikiran pada hal-hal positif ini—tentang apa yang lebih baik, apa yang lebih unggul—han ya akan mengingatkan diri kita lagi dan lagi tentang kegagalan kita, kekurangan kita, apa yang seharusnya kita lakukan namun gagal kita wujudkan. Bagaimanapun, jika seseorang sungguh bahagia, dia tidak akan merasa perlu untuk berdiri di depan cennin dan mengulang-ulang ucapan kalau dia bahagia. Dia bahagia, ya bahagia begitu saja.

Ada sebuah ungkapan di Texas: “Anjing paling mungil meng- gonggong paling keras.” Seseorang yang percaya diri tidak merasa perlu untuk membuktikan kalau dia percaya diri. Seorang wanita yang kaya tidak merasa perlu untuk meyakinkan seorang pun kalau dia kaya. Entail Anda seperti itu atau tidak. Dan jika Anda setiap saat memimpikan sesuatu, Anda sebenamya sedang menguatkan realitas bawah sadar Anda, lagi dan lagi: baliwa Anda bukan itu.

Setiap iklan TV yang diproduksi ingin agar Anda percaya bahwa kunci suatu kehidupan yang baik adalah pekerjaan yang lebih baik, atau mobil yang lebih mewah, atau pacar yang lebih cantik, atau hot tub dengan kolam pompa untuk anak-anak. Dunia secara konstan mencecar Anda bahwa jalan menuju kehidupan yang lebih baik adalah lebih, lebih, lebih—beli lebih banyak, dapatkan lebih banyak, buat lebih banyak, bercinta lebih banyak, jadi lebih dan lebih. Anda secara konstan dibombardir dengan pesan untuk memedulikan apa saja, kapan saja. Berpikir untuk membeli TV barn. Liburan ke destinasi yang lebih baik daripada rekan kerja Anda. Beli omamen taman barn. Balikan Anda didorong untuk mempertimbangkan membeli tongsis yang cocok.

Mengapa? Dugaan saya: karena membeli lebih banyak barang baik untuk bisnis.
Dan walau memang tidak ada yang salah dari sisi bisnis, ma- salahnya justru: memedulikan terlalu banyak hal akan berakibat buruk untuk kesehatan mental Anda. Ini membuat Anda menjadi terlalu terikat pada hal-hal yang dangkal dan palsu, Anda membiarkan hidup Anda demi mengejar fatamorgana kebahagiaan dan kepuasan. Kunci untuk kehidupan yang baik bukan tentang memedulikan lebih banyak hal; tapi tentang memedulikan hal yang sederhana saja, hanya peduli tentang apa yang benar dan mendesak dan penting.


Lingkaran Setan

Ada sebuah keanehan mental yang membahayakan otak Anda dan, jika dibiarkan, dapat membuat Anda gila. Saya yakin hal berikut ini terdengar tidak asing di telinga Anda:
Anda merasa cemas ketika harus menghadapi seseorang dalam kehidupan Anda. Kecemasan tersebut membuat Anda tidak berdaya dah mulai bertanya-tanya mengapa Anda bisa begitu cemas. Sekarang, Anda mulai cemas karena menjadi cemas. Oh tidak! Kecemasan itu berlipat ganda! Sekarang Anda cemas tentang kecemasan Anda, yang menyebabkan Anda lebih cemas. Cepat, whiskey... mana whiskey?

Atau katakanlah Anda bennasalah dengan pengendalian amarah. Anda gampang kesal terhadap hal paling bodoh tanpa tahu alasannya. Dan fakta bahwa Anda mudah sekali marah mulai membuat Anda semakin sering marah. Dan kemudian, ketika mulai reda, Anda menyadari bahwa selalu marah-marah membuat Anda menjadi seorang yang berpikiran dangkal dan kejam, dan Anda benci hal itu; Anda sangat membencinya sehingga Anda marali pada diri sendiri. Sekarang lihat diri Anda: Anda marah pada diri Anda yang marah-marah karena mudali marah. Ah, persetan lah! Mana dinding, rasakan tinjuku! Atau Anda begitu khawatir tidak bisa selalu melakukan hal de' ngan benar sehingga Anda menjadi khawatir tentang betapa besar kekhawatiran Anda. Atau Anda merasa begitu bersalah atas setiap kesalahan yang Anda buat sehingga 

Anda mulai merasa bersalah tentang betapa merasa bersalahnya Anda. Atau Anda sedih dan kesepian begitu sering sehingga membuat Anda bahkan lebih sedih dan kesepian hanya karena memikirkannya.

Selamat datang di Lingkaran Setan. Anda bisa mengalaminya beberapa kali atau lebih. Mungkin sekarang Anda sedang menga¬laminya: “Tulian, saya berada dalam Lingkaran Setan—saya seorang pecundang karena mengalaminya. Saya harus berhenti. Oh Tuhan, saya merasa seperti seorang pecundang karena menyebut diri saya seorang pecundang. Saya harus berhenti memanggil diri saya seorang pecundang. Aduuh, kurang asemi Kenapa saya malah mengucapkannya lagi! Nah, ‘kan? Saya sungguh pecundang! Arghi”

Tenang, kawan. Percaya atau tidak, inilah uniknya menjadi ma- nusia. Hanya sedikit binatang di bumi yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan meyakinkan diri sebelum melakukan sesuatu, dan kita sebagai manusia diberi keistimewaan untuk dapat berpikir tentang pikiran kita. Jadi, saya dapat berpikir untuk menonton Miley Cyrus di You Tube, kemudian mendadak memikirkan keinginan saya untuk menonton video Miley Cyrus di You Tube itu. Sungguh, itulah keajaiban kesadaran!

Sekarang di sinilah letak masalahnya: Masyarakat kita saat ini, lewat keajaiban budaya konsumen dan media sosial yang giat dija dikan ajang pamer, telah melahirkan generasi manusia yang percaya bahwa memiliki pengalaman-pengalaman negatif ini—rasa cemas, takut, bersalah, dan lain-lain—sangat tidak baik. Maksud saya, jika Anda melihat/eeJ Facebook Anda, setiap orang di sana menjalani saat- saat yang menyenangkan. Lihat, 8 orang menikah minggu ini! Dan di TV beberapa remaja putri mendapatkan sebuah Ferrari sebagai hadiah ulang tahun mereka yang ke-17. Dan, anak-anak lain barusan menghasilkan USD2 juta karena membuat sebuah aplikasi yang secara otomatis bisa mengeluarkan tisu toilet ketika sudah habis.
Sementara itu, Anda terjebak di riunali, sedang membersihkan gigi kucing Anda. Dan Anda man tidak mau, berpikir bahwa hidup Anda sepuluh kali lipat lebih menyebalkan dari yang semula Anda kira.
Lingkaran Setan seolah telah mewabah, sehingga membuat banyak dari antara kita terlalu tertekan, terlalu gusar, dan terlalu membenci diri sendiri.

Padahal, di era kakek saya dulu, saat merasa kesal dia biasanya hanya berkata dalam hati, “Ya ampun, hari ini saya benar-benar merasa seperti ‘tahi kerbau’. Tapi,yeaa, bukankah ini yang dinamakan hidup. Okelah, kalau begitu, lebih baik sekarang kembali menyekop jerami.”

Tapi sekarang? Jika saat ini Anda merasa seperti “tahi kerbau” bahkan untuk 5 menit saja, Anda akan dibombardir dengan 350 gambar orang-orang yang benar-benar gembira dan memiliki hidup yang sangat menyenangkan, dan mustahil untuk tidak merasa seolah hidup Anda sungguh keliru tujuh turunan.

Itulah yang menjadi sumber kekacauan. Kita merasa kecewa atas kekecewaan itu sendiri. Kita merasa bersalah atas rasa salah itu sendiri. Kita jadi marah gara-gara amarah yang menyulut. Kata jadi cemas karena perasaan cemas itu sendiri. Apayangsalah dengan saya?

Inilah mengapa, bersikap masa bodoh, adalah kuncinya. Inilah alasan mengapa itu akan menyelamatkan dunia. Dan kuncinya adalah jika kita bisa menerima bahwa dunia ini benar-benar keparat dan itu tidak apa-apa, karena memang seperti itu, dan akan seperti itu adanya.

Dengan tidak ambil prising ketika Anda merasa buruk, berarti Anda memutus Lingkaran Setan; Anda berkata pada diri sendiri, “Saya merasa sangat buruk, tapi terns kenapa\ Apa pedulimu?” Dan kemudian, ibarat ditaburi debu ajaib peri, Anda berhenti membenci diri Anda sendiri saat merasa begitu kecewa.

George Orwell mengatakan bahwa untuk mampu melihat apa yang ada tepat di depan batang hidung kita sendiri, dituntut suatu perjuangan tanpa henti. Ya, solusi atas tekanan dan kecemasan yang kita rasakan ada di hadapan kita, tapi kita malah terlalu sibuk menonton film porno dan iklan mesin pembentuk otot perut yang sama sekali tidak berguna, dan masih terns penasaran mengapa kita tetap belum berani mengencani cewek seksi berambut pirang itu pa- dahal perut sudah six-pack.

Kita sering bercanda di dunia maya tentang "masalah-masalah di negara maju,” namun kita sesungguhnya telali menjadi korban dari kesuksesan kita sendiri. Masalah kesehatan yang dipicu oleh stres, gangguan kecemasan, dan kasus-kasus depresi telah melejit tinggi 30 tahun belakangan ini, meskipun faktanya setiap orang sudah punya TV layar datar dan dengan sekali klik, belanjaan Anda sampai di depan rumah. Krisis kita bukan lagi soal materi; namun soal eksistensi, ranah spiritual. Kita punya begitu banyak barang dan peluang, sampai-sampai kita tidak tabu apa lagi yang bisa kita kerjakan saat ini. 

Karena tidak terbatasnya hal yang dapat kita lihat atau ketahui saat ini, tidak terbatas pula hal-hal yang mengakibatkan kita merasa terpinggirkan, merasa diri ini jelek, dan merasa kecewa atas hal-hal yang kita miliki sebab kini tampak tak sehebat yang kita kira. Dan inilah yang mengoyak diri kita dari dalam
.
Di sinilah letak kekeliruan semua postingan sampah yang berhubungan dengan “Bagaimana Menjadi Bahagia” yang telah dibagikan 8 juta kali di Facebook beberapa tahun belakangan ini— inilah hal yang tidak disadari seorang pun tentang semua nasihat sampah itu:

Hasrat untuk mengejar semakin banyak pengalaman positif sesungguhnya adalah sebuah pengalaman negatif. Sebaliknya, secara paradoksal, penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif justru merupakan sebuah pengalaman positif.

Pernyataan di atas terdengar terlalu njlimet di kepala Anda. Jadi saya akan memberi Anda waktu untuk meluruskan pemikiran Anda, dan mungkin untuk membacanya sekali lagi: Menginginkan pengalaman positif adalah sebuah pengalaman negatif; menerima pengalaman negatif adalah sebuah pengalaman positif Inilah apa yang dulu pernah disebut oleh filsuf Alan Watts sebagai “hukum kebalikan”—intinya adalah: semakin kuat Anda berusaha merasa baik setiap saat, Anda akan merasa semakin tidak puas, karena mengejar hanya akan meneguhkan fakta bahwa pertama-tama Anda 

tidak baik. Semakin mati-matian Anda berusaha ingin kayu, Anda akan merasa semakin miskin dan tidak berharga, terlepas dari seberapa besar penghasilan Anda sesungguhnya. Semakin mati-matian Anda ingin tampil seksi dan diinginkan, Anda akan memandang diri Anda semakin jelek, terlepas dari seperti apa penampilan lisik Anda sesungguhnya. Semakin mati-matian Anda ingin bahagia dan dicintai, Anda akan menjadi semakin kesepian karena merasa ketakutan, terlepas dari banyaknya orang yang berada di sekitar Anda. Semakin Anda berusaha mendapatkan pencerahan spiritual, Anda akan semakin tertelan oleh diri Anda sendiri dan menjadi semakin dangkal untuk dapat mencapainya.

Kurang lebih, ini menyerupai pengalaman saya saat menjajal LSD (semacam narkoba—red.); semakin saya melangkah mendekati rumah saya, rumah itu justru semakin menjauh dari saya. Dan ya benar, saya barn saja menggunakan halusinasi LSD untuk, membuat suatu penjelasan filosofis tentang kebahagiaan. Tidak masalah ‘kan?

Seperti yang dikatakan filsuf eksistensialisme Albert Camus (dan saya cukup yakin dia tidak sedang di bawah pengaruh LSD saat itu): ‘Anda tidak akan pemah bahagia jika Anda terus mencari apa yang terkandung di dalam kebahagiaan. Anda tidak akan pernah hidup jika terus mencari arti kehidupan.”
Atau dengan kata lain:

Dan, saya tahu apa yang akan Anda katakan: “Mark, ini sungguh membikin saya gerah, lalu bagaimana dengan tabungan saya yang rencananya akan saya gunakan untuk membeli Camaro (jenis mobil mewah—red.)l Bagaimana dengan upaya saya menahan lapar untuk mendapatkan tubuh bagus? Lagipula, saya telah mem bayar mahal untuk mesin pembentuk perut itu! Bagaimana dengan rumah besar di danau yang selalu saya impikan? Jika saya berhenti mengusahakan itu semua—maka saya tidak akan pemah meraih apapun. Itu bukan yang saya harapkan, ‘kan!”

Saya senang Anda bertanya.

Pemah ‘kan Anda memperhatikan bahwa kadang ketika Anda kurang memedulikan sesuatu, Anda justru mengerjakan hal itu dengan baik? Pemah ‘kan memperhatikan bagaimana seringkah seseorang yang hanya iseng melakukan sesuatu malah sukses pada akhimya? Pemah ‘kan memperhatikan bagaimana kadang ketika Anda terlalu fokus pada sesuatu, semuanya justru berantakan?
Apa yang sebenamya terjadi?

Yang menarik tentang hukum kebalikan adalah ada alasan mengapa sesuatu disebut “terbalik”, yaitu: bersikap masa bodoh sesungguhnya menghasilkan sesuatu yang besar. Jika mengejar hal yang positif adalah hal yang negatif, mengejar hal yang negatif akan menghasilkan hal yang positif. Rasa capek yang Anda alami di gym membuahkan kesehatan dan tenaga yang paripuma. Rentetan kegagalan dalam bisnis menuntun Anda pada pemahaman yang lebih baik tentang syarat-syarat sebuah kesuksesan. Menjadi terbuka pada hal-hal yang membuat Anda tidak nyaman, secara paradoks, membuat Anda lebih percaya diri dan karismatis dibandingkan orang lain. Sakit akibat kejujuran menghasilkan rasa percaya dan hormat yang lebih besar dalam hubungan Anda dengan orang lain. Penderitaan dalam melewati rasa takut dan cemaslah yang membuat Anda mampu membangun keberanian dan ketekunan.

Sungguh, saya bisa menemskan ini seharian, namun saya yakin Anda sudah tahu intinya. Semua hal yang bernilai positif dalam ke hidupan dimenangkan lewat pengalaman yang berasosiasi negatif Setiap usaha untuk lari dari hal negatif, untuk menghindar atau membatalkan atau membungkainnya, hanya akan menjadi bumerang. Upaya untuk menghindari penderitaan adalah bentuk penderitaan. Upaya untuk menghindari susah payah adalah susah payah. Pengingkaran terhadap kegagalan adalah kegagalan. Usaha untuk menyembunyikan rasa main adalah bentuk rasa main itu sendiri.

Rasa sakit merupakan sebuah tenunan yang mengagumkan yang membentuk kain kehidupan, dan merobek tenunan itu bukan saja mustahil dilakukan, tapi juga akan merusaknya: usaha untuk menghilangkannya akan melepaskan semua ikatan. Berusaha menghindari rasa sakit sama halnya dengan berurusan terus menerus dengan rasa sakit itu sendiri. Kebalikannya, jika Anda tidak peduli alias bodo amat dengan rasa sakit itu, perjuangan Anda tak akan bisa dibendung.

Dulunya, dalam hidup saya, saya peduli akan banyak hal. Tapi, saya juga bodo amat terhadap banyak hal. Dan temyata terbukti, hal- hal yang tak saya pedulikan itulali justru yang membuat perbedaan.

Anda pasti pemah mengenal seseorang di kehidupan Anda yang, awalnya, terlihat tidak punya minat terhadap sesuatu namun tiba-tiba menunjukkan suatu prestasi yang mengagumkan. Barangkali ada suatu masa di hidup Anda sendiri, ketika Anda bersikap masa bodoh, dan justru meraih posisi yang luar biasa. Dalam pengalaman saya, keluar dari pekerjaan kantoran di bidang keuangan setelah menjalankan bisnis Internet selama 6 minggu, sungguh merupakan prestasi tertinggi dalam catatan hall of fame masa bodoh 

"saya. Sama halnya dengan pengalaman saya menjual semua harta yang sama miliki, lalu pindah ke Amerika Selatan. Apa saya bimbang? Tidak sama sekali. Saya pergi begitu saja, dan akhimya justru berhasil.

Momen-momen masa bodoh ini merupakan kesempatan yang paling menentukan kehidupan kita. Perubahan besar dalam karier; pilihan spontan untuk drop out dari kuliah dan bergabung ke sebuah band rock; keputusan untuk, pada akhimya, mencampakkan pacar yang kebiasannya bikin jengkel.
Masa bodoh atau bodo amat artinya memandang tanpa gentar tantangan yang paling menakutkan dan sulit dalam kehidupan dan man mengambil suatu tindakan.

Meskipun usalia untuk bersikap masa bodoh mungkin terlihat sederhana di pennukaan, sebenamya pada praktiknya, Anda akan menemukan sekantong burrito bam (semacam cemilan junk food khas Meksiko—red.). Saya sebenamya tidak tahu apa arti kalimat barusan, yeah tapi bodo amat. Mungkin karena sekantong, burrito terdengar keren, jadi terima saja.

Sebagian besar dari kita, sepanjang hidup, memberikan terlalu banyak perhatian untuk situasi yang sebenamya tidak layak dipedulikan. Kita terlalu gusar pada petugas pom bensin yang kasar yang memberikan uang receh untuk kembalian. Kita terlalu risau ketika program acara TV yang kita suka dibatalkan. Kita jadi kesal karena rekan kerja kita tidak menanyakan akliir pekan kita yang luar biasa.

Sementara itu, kartu kredit kita telah mencapai limit, anjing kita membenci kita, dan Si Buyung sedang nyabu di kamar mandi, dan biar begitu, kita masih saja mempersoalkan tentang uang receh dan Everybody Loves Raymond (sebuah serial televisi populer di AS—red.)

Begini cara memahaminya. Anda akan meninggal suatu hari. Saya tahu bahwa ini sudah jelas, namun saya hanya ingin mengingatkan, mungkin saja Anda lupa. Anda dan setiap orang yang Anda kenal, akan meninggal suatu saat nanti. Dan dalam waktu yang singkat antara di sini dan di sana, perhatian yang Anda miliki terbatas. Sangat sedikit, bahkan. Dan jika Anda memedulikan setiap hal dan setiap orang tanpa pertimbangan atau pilihan yang matang—well, hidup Anda tentu akan kacau.

Ada sebuah seni yang luhur untuk bersikap masa bodoh. Dan meskipun konsep ini terdengar konyol dan mungkin Anda menganggap saya L-engsek, apa yang akan saya katakan di sini menggarisbawahi betapa pentingnya belajar memfokuskan dan memprioritaskan pikiran Anda secara efektif—bagaimana memilih dengan teliti hal apa yang penting dan apa yang tidak penting untuk Anda berdasarkan nilai pribadi yang terasah hingga tajam. Ini teramat sulit. Ini membutuhkan latihan dan kedisiplinan seumur hidup untuk mencapainya. Dan Anda akan sering gagal. Namun, ini mungkin perjuangan terlayak yang dapat dilakukan seseorang dalam hidupnya. Ini mungkin satu-satunya perjuangan dalam hidup manusia.

Karena ketika Anda terlalu mengurusi segala hal—ketika Anda memperhatikan setiap orang dan setiap hal—Anda akan senantiasa merasa bahwa Anda berhak merasa nyaman dan bahagia kapan saja, bahwa semuanya harusnya sama persis dengan apa yang Anda inginkan. Ini sebuah penyakit. Dan ini akan menelan Anda hidup-hidup. Anda akan melihat setiap kesulitan sebagai suatu ketidakadilan, setiap tantangan sebagai sebuah kegagalan, setiap ketidaknyamanan terasa jadi masalah pribadi, setiap perbedaan pendapat sebagai sebuah pengkhianatan. Anda akan terpenjara dalam kepicikan Anda sendiri, neraka pikiran Anda sendiri, hangus oleh amuk dan amarah, lingkaran setan Anda sendiri, dalam gerak konstan yang tidak ada ujungnya.


Sebuah Seni untuk Bersikap Masa Bodoh 

Saat kebanyakan orang membayangkan mental masa bodoh ini, mereka membayangkan sejenis kekaleman yang tidak terpengaruh apa pun, ketenangan yang mampu melewati semua badai. Mereka membayangkan dan ingin menjadi seseorang yang tidak tergoyahkan dan tidak membuat gusar siapa pun. Ada sebutan untuk orang yang tidak punya emosi atau pemahaman untuk apa pun: psikopat. Mengapa Anda ingin meniru seorang psikopat, saya tidak habis pikir.

Jadi apa arti masa bodoh di sini? Mari kita lihat tiga “seni” yang dapat membantu menjemihkan perkara ini.
Masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh; masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda.

Mari kita jemihkan. Sama sekali tidak ada yang dapat dikagumi atau diamini dalam sikap acuh tak acuh. Orang-orang yang acuh tak acuh adalah mereka yang lemah dan ciut hatinya. Mereka tergolong “couch potatoes” (malas bergerak) dan “tukang usil” di Internet. Faktanya, orang-orang yang acuh tak acuh sering berusaha untuk bersikap masa bodoh karena dalam kenyataannya mereka terlalu rewel terhadap segala sesuatu. Mereka terganggu dengan apa yang dipikirkan semua orang tentang rambut mereka, sehingga mereka tidak pemah bersusah payah mencuci atau menyisimya. Mereka risau dengan apa yang dipikirkan setiap orang tentang ide  mereka, jadi mereka bersembunyi di balik sarkasme dan kritik pe- das. Mereka takut, tidak membiarkan siapa pun mendekati mere¬ka, sehingga mereka menampilkan sosok mereka sebagai manusia yang spesial, unik, dengan segudang masalah yang tidak mungkin dimengerti orang lain.

Orang yang acuh tak acuh, takut terhadap dunia dan gaung pilihan mereka sendiri. Itulah alasan mereka tidak sekali pun mem- buat pilihan yang berarti. Mereka bersembunyi di dalam liang kela- bu tanpa emosi yang mereka gali sendiri, terserap oleh diri mereka sendiri, dan mengasihani diri sendiri, terus-menerus mengalihkan perhatian mereka dari hal yang menuntut waktu dan energi mereka, yang disebut kehidupan.

Karena inilah fakta tentang kehidupan. Tidak pernah ada yang namanya masa bodoh. Anda past memedulikan sesuatu. Sisi biologis kita selalu peduli akan sesuatu, dan karena itu kita akan selalu me- medulikan sesuatu.

Pertanyaannya, kemudian, adalah, Apa yang kita pedulikan? Hal apa yang kitapilih! Dan bagaimana caranya agar kita bersikap masa bodoh terhadap hal yang memang tidak ada maknanya?
Ibu saya baru saja ditipu teman dekatnya dan kehilangan uang dalam jumlah banyak. Jika saya acuh tak acuh, saya akan mengang- kat bahu, menyeruput moka, dan mengunduh serial The Wire mu- sim berikutnya. Maaf, Bu.

Tapi, bukan itu yang saya lakukan. Saya geram. Saya naik pi- tarn. Saya berkata, “Dasar keparat kurang ajar! Lihat saja, Bu. Kita cari pengacara biar keparat itu merasakan akibatnya. Tahu me- ngapa? Karena saya sama sekali tidak peduli. Saya akan hancurkan sekalian hidup laki-laki itu jika memang perlu.”
Ilustrasi tersebut menggambarkan ketajaman pertama dalam seni bersikap masa bodoh ini. Ketika kita berkata, “Keparat, awas, Mark Manson bersikap masa bodoh,” ini bukan berarti bahwa Mark Manson bersikap masa bodoh tentang apa pun; sebaliknya, yang dimaksud adalah bahwa Mark Manson bersikap masa bodoh terhadap kesengsaraan yang menghalangi tujuannya, dia tidak ambil pusing dengan orang-orang yang geram saat ia melakukan sesuatu yang dirasa benar atau penting atau mulia. Artinya adalah bahwa Mark Manson adalah tipe orang yang akan menulis kisah dirinya sebagai orang ketiga hanya karena dalam pikirannya itu adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Dia hanya masa bodoh. Itu saja.

Inilah yang patut dikagumi. Tentu saja, bukan saya yang harus Anda kagumi dalam kalimat-kalimat di atas—namun perjuangan dalam mengatasi kesulitan, kerelaan untuk menjadi berbeda, dipandang sebagai orang buangan, sampah masyarakat, semua itu ditempuh demi nilai-nilai orang itu sendiri. Kesediaan untuk menatap lekat-lekat kegagalan dan mengangkat jari tengah Anda ke arahnya. Orang-orang yang tidak peduli dengan kerasnya perjuangan itu, tak peduli dengan risiko kegagalan, masa bodoh akan hal-hal yang memalukan yang mungkin terjadi. Orang-orang yang hanya tertawa, lalu kembali mengerjakan apa yang mereka yakini. 

Karena mereka tahu kalau itu benar. Mereka tahu kalau itu lebih penting daripada diri mereka sendiri, lebih penting daripada perasaan mereka sendiri dan kebanggaan serta ego mereka sendiri. Orang-orang ini berkata, "Persetan," tidak untuk semua hal, namun untuk setiap hal yang tidak penting dalam hidup. Mereka menyimpannya untuk perkara yang sungguh penting. Teman-teman. Keluarga. Target hidup. Bumtat Dan mungkin satu atau dua gugatan hukum. Dan karena keputusan itulah, karena mereka memutuskan untuk menyimpan kepeduliannya hanya untuk hal-hal besar yang penting, sebagai ba- lasannya orang-orang jadi peduli terhadap mereka.

Karena berikut ini, lagi-lagi adalah fakta tentang kehidupan. Anda tidak akan bisa menjadi sosok yang penting dan mengubah hidup beberapa orang, tanpa menjadi bahan candaan dan tertawaan bagi orang lain terlebih dahulu. Tidak akan bisa. Karena tidak ada yang sempurna. Tidak ada yang bisa menghindari kesulitan. Ada sebuah ungkapan, entah ke mana pun kamu pergi, di situlah dirimu. Hal yang sama juga berlaku untuk kesulitan dan kegagalan. Masa bodoh ke mana pun Anda pergi, akan ada 300 kilogram kesulitan yang menanti Anda. Dan itu tidak apa-apa. Intinya adalah bukan menghindari kesulitan. Intinya adalah menemukan hal sulit yang bisa Anda hadapi dan nikmati.

Untuk bisa mengatakan “bodo amat” pada kesulitan, pertama-tama Anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan.

Bayangkan Anda berada di toko bahan makanan, dan Anda melihat seorang wan ita tua berteriak kepada seorang kasir, memakinya karena tidak memperbolehkannya menggunakan kupon 3 sennya. Mengapa wanita ini mengamuk? Toh, itu cuma 3 sen.

Akan saya katakan alasannya: Wanita itu mungkin tidak punya hal lain yang lebih baik untuk dilakukan setiap hari selain duduk di rumah mengguntingi kuponnya. Dia tua dan kesepian. Anak-anaknya brengsek dan tidak pernah datang berkunjung. Dia tidak pernah lagi bercinta selama lebih dari 30 tahun. Dia tidak bisa kentut tanpa merasa dia kemungkinan akan meninggal dengan memakai popok dewasa sambil membayangkan dirinya berada di Candy Land.

Jadi wanita renta itu pun mengguntingi kupon-kupon tersebut. Hanya itu yang dimilikinya. Dirinya dan kupon keparatnya. Hanya itu yang penting baginya karena tidak ada hal lain yang bisa ia pedulikan. Dan begitulah, saat kasir berjerawat berusia 17 tahun itu menolak untuk menerima satu pun kuponnya, ketika si kasir berusaha melindungi mesin hitung uangnya layaknya kesatria yang melindungi keperawanan seorang gadis, jelas sekali si nenek akan benar-benar meledak. Kejengkelan selama delapan pululi tahun akan tumpah seketika, seperti hujan es dahsyat yang mengiringi kecerewetan nenek itu tentang “Di zamanku dulu tidak seperti ini..” atau “Di zamanku dahulu, orang lebih punya tata krama.”

Alasan di balik orang-orang yang mengobral kepedulian mereka seperti es krim di perkemahan musim panas ini adalah bahwa mereka tidak punya sesuatu yang layak untuk dipedulikan.

Jika Anda menyadari kalau diri Anda secara konsisten memberikan porsi perhatian yang terlalu berlebihan untuk hal sepele yang membuat Anda gusar—foto baru mantan pacar Anda di Facebook, betapa cepat baterai remote TV Anda mati, kehilangan kesempatan membeli hand sanitizer dua gratis satu—artinya, Anda tidak punya sesuatu yang layak dikerjakan di hidup ini. Dan itulah masalah Anda sesungguhnya. Bukan hand sanitizer. Bukan remote TV.

Saya pemah mendengar seorang seniman mengatakan bahwa ketika seseorang tidak memiliki masalah, pikiran secara otomatis akan menemukan cara untuk menciptakan suatu masalah. Saya rasa apa yang
sebagian besar orang—khususnya orang kulit putih kelas menengah ’  terdidik yang ngehe (manja—red.)—anggap sebagai “masalah hidup” sesungguhnya hanya efek samping dari tidak adanya sesuatu yang lebih pentmg untuk dipedulikan.

Jadi menemukan sesuatu yang pentmg dan bermakna dalam kehidupan Anda, mungkin menjadi cara yang paling produktif untuk memanfaatkan waktu dan tenaga Anda. Karena jika Anda tidak menemukan sesuatu yang penuli arti, perhatian Anda akan tercurah untuk hal-hal yang tanpa makna dan sembrono.

Entah Anda sadari atau tidak, Anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan.
Orang-orang tidak dilahirkan dalam keadaan tanpa kepedulian. Faktanya, kita dilahirkan untuk risau terhadap terlalu banyak hal. Pernahkah Anda melihat seorang anak kecil yang menangis karena wama biru di topinya tidak sesuai? Persis. Sungguh anak kecil yang bikin repot.

Saat kita belia, semua hal terasa barn dan seru, dan semuanya tampak begitu berarti. Karena itu, kita jadi peduli banyak hal. Kita peduli tentang setiap hal dan setiap orang—tentang apa yang dikatakan orang atas diri kita, tentang apakah cowok/cewek yang manis itu membalas telepon kita atau tidak, tentang apakah kaos kaki kita cocok atau tidak, atau apa wama balon ulang tahun kita.

Ketika kita beranjak dewasa, didukung oleh banyak pengalaman (dan setelah menyadari bahwa banyak waktu terlewat begitu saja), kita mulai memperhatikan bahwa sebagian besar hal semacam ini hanya memiliki dampak yang kecil dalam hidup kita. Orang-orang yang komentarnya sangat kita risaukan sebelumnya, tidak lagi terhitung di dalam kehidupan kita. Penolakan-penolakan yang menyakitkan yang pernah kita rasakan, telah memberi andil yang sangat baik. Kita jadi tahu betapa kecilnya perhatian yang diberikan oleh orang lain pada detail-detail superfisial tentang diri kita, dan kita prm akhimya memilih untuk tidak lagi menanggapi mereka terlalu serius.

Intinya, kita menjadi semakin selektif terhadap perhatian yang rela kita berikan Inilah sesuatu yang kita sebut kedewasaan. Ini bagus; sebaiknya Anda mencobanya suatu kali. Kedewasaan muncul ketika seseorang belajar untuk peduli hanya pada sesuatu yang sangat berharga. Seperti yang dikatakan Bunk Moreland kepada rekannya Detektif McNulty dalam The Wire (yang, sialnya, masih belum selesai saya unduli): “Itulah yang Anda dapatkan jika mencurahkan perhatian tidak pada saatnya.”

Lalu, seiring pertambahan usia dan memasuki paruli baya, perubahan lain mulai terjadi. Energi kita mulai menurun. Identitas kita pun mulai menguat. Kita tahu siapa kita, dan kita menerimanya sepenuh hati, termasuk bagian-bagian yang sama sekali tidak membanggakan.

Dan, anehnya, ini membuat kita merasa merdeka. Kita tidak lagi perlu peduli terhadap setiap hal. Hidup berjalan apa adanya. Kita menerimanya, entah baik atau buruk. Kita menerima bahwa kita tidak akan pemah menyembuhkan kanker atau pergi ke bulan atau merasakan puting Jennifer Aniston. Dan itu tidak masalah. Hidup terus berjalan. Jadi, sekarang ini kita bisa menyisihkan perhatian kita yang semakin berkurang untuk hal yang benar-benar layak dalam kehidupan kita: keluarga kita, teman-teman terbaik kita, ayunan golf kita. Dan, herannya, hal-hal itu sudah cukup membahagiakan. Penyederhanaan ini sesungguhnya membuat kita senantiasa merasa sangat bahagia. Dan kita mulai berpikir, mungkin apa yang dikatakan Bukowski, pecan du alkohol yang gila itu memang benar adanya. Jangan berusaha. 


Jadi Mark, Ngomong-Ngomong Apa Inti Buku Ini?

Buku ini akan membantu Anda berpikir sedikit lebih jelas untuk memilih mana yang penting dalam kehidupan dan mana yang sebaliknya.

Saya yakin bahwa sekarang ini kita menghadapi suatu wabah psikologis, yaitu ketika orang-orang tidak lagi menerima dengan tenang bahwa kadang-kadang ada hal yang tidak menyenangkan dalam hidup ini. Saya tahu ini terdengar kurang intelektual, hanya di permukaan, tapi yakinlah, masalah ini menyangkut hidup/mati.

Karena saat kita percaya bahwa mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan itu sangat memalukan, secara tidak sadar kita mulai menyalahkan diri sendiri. Kita mulai merasa sepertinya ada sesuatu yang salah di dalam diri kita, yang menggerakkan kita ke semua jenis kompensasi yang fatal, seperti membeli 40 pasang sepatu atau menenggak Xanax (obat penghilang rasa sakit) dengan vodka chaser (cairan yang diminum setelah vodka) di suatu malam Rabu, atau menembaki bus sekolah yang penuh dengan anak-anak.

Kepercayaan ini, bahwa tidak sempurna itu memalukan, adalah sumber tumbuhnya Lingkaran Setan yang mulai mengambil alih peradaban kita.

Cuek dan masa bodoh adalah cara yang sederhana untuk mengarahkan kembali ekspektasi hidup kita dan memilih apa yang penting dan apa yang tidak. Usaha untuk mengembangkan kemampuan ini mengarah pada sesuatu yang saya pikir bisa menjadi semacam “pencerahan praktis.”
Bukan, bukan pencerahan yang mengawang-awang, penuh mimpi kebahagiaan, mengakhiri semua penderitaan, dan semua omong kosong motivasional. Sebaliknya, saya melihat sebuah pencerahan yang sifatnya praktis, yang sejalan dengan ide bahwa beberapa pen deritaan mustahil dihindari—bahwa apa pun yang Anda lakukan, hidup ini akan tetap berisi kegagalan, kerugian, penyesalan, dan bahkan kematian. 

Karena begitu Anda nyaman dengan semua tahi yang dilemparkan oleh kehidupan pada Anda (percayalah, akan ada sangat banyak), Anda akan menjadi tak terkalahkan pada level spiritual yang paling dasar. Apalagi, satu-satunya cara unmk mengatasi kepedihan yang timbul adalah pertama-tama belajar bagaimana menanggung semua itu.

Buku ini tidak berbicara bagaimana cara meringankan masalah atau rasa sakit Anda. Buku ini bukan pula panduan untuk mencapai suatu keagungan—tidak akan bisa, karena keagungan hanya sebuah ilusi dalam pikiran kita, suatu destinasi bohongan yang seakan- akan wajib kita capai, kota Atlantis dalam psikologi kita sendiri.

Sebaliknya, buku ini akan mengubah rasa sakit Anda menjadi sebuah peranti, trauma Anda menjadi kekuatan, dan masalah Anda menjadi masalah yang lebih baik. Ini barn gerak yang sesungguhnya. Renungkan hal ini sebagai panduan saat mengalami penderitaan dan bagaimana cara untuk mengambil tindakan yang lebih baik, lebih bermakna, penuh dengan kasih sayang dan kerendahan hati. Inilah buku yang akan membuat Anda bergerak secara ringan tak peduli seberapa berat beban Anda, beristirahat dengan lebih mudah ditemani ketakutan terbesar Anda, menertawakan air mata Anda yang saat tumpah, bercucuran.

Buku ini tidak akan mengajari Anda bagaimana cara mendapat atau mencapai sesuatu, namun lebih pada bagaimana cara berla- pang dada dan membiarkan sesuatu pergi. Ini akan mengajari Anda untuk membuat inventaris kehidupan Anda dan menyortir hal-hal yang paling penting saja. Ini juga akan mengajari Anda untuk memejamkan mata dan percaya bahwa Anda bisa menjatuhkan diri ke belakang dan tetap baik-baik saja. Ini akan mengajari Anda untuk peduli lebih sedikit. Ini akan mengajari Anda untuk jangan berusaha.

Comments

Membaca dimana & kapan saja

DAFTAR BUKU

Intelligent Investor - Benjamin Graham - 00

Soros Unauthorized Biography - Robert Slater - 27

Sapiens - Yuval Noah Harari - 01

Intelligent Investor - Benjamin Graham - 01

A Man for All Markets - Edward O.Thorp - 01

The Subtle Art Of No Giving a Fuck - Mark Manson - 02