Intelligent Investor - Benjamin Graham - 00

Kata Pengantar Edisi Keempat
Warren E. Buffett:
Saya membaca edisi pertama buku ini awal 1950, saat berusia 19 tahun. Waktu itu saya beranggapan bahwa tak diragukan lagi ini adalah buku investasi terbaik yang pernah ditulis. Sekarang pun saya masih berpendapat demikian.
Untuk melakukan investasi yang sukses dalam hidup tidaklah membutuhkan IQ setinggi langit, pengetahuan bisnis yang luar biasa, ataupun informasi dari orang dalam. Anda hanya membutuhkan suatu kerangka kerja intelektual yang kukuh untuk membuat keputusan dan kemampuan untuk menjaga agar emosi tidak meng­gerogoti kerangka kerja tersebut. Buku ini secara tajam dan jelas merumuskan kerangka kerja yang layak. Tugas Anda adalah mengembangkan disiplin emosional.
Jika Anda mengikuti prinsip-prinsip perilaku dan bisnis yang dianjurkan Graham—dan jika Anda memberikan perhatian khusus pada saran yang tak ternilai harganya dalam Bab 8 dan 20—Anda tak akan memperoleh hasil yang buruk dari investasi Anda. (Hasil tersebut sudah merupakan pencapaian yang lebih baik dari yang Anda duga.) Apakah Anda akan mencapai hasil yang luar biasa atau tidak sangat bergantung pada usaha dan kecerdasan yang Anda terapkan dalam investasi Anda, selain juga pada derajat ketakrasionalan pasar modal yang terjadi di sepanjang karier investasi Anda. Semakin aneh perilaku pasar, semakin besar peluang bagi investor yang emosinya terkendali. Ikutilah apa yang dikatakan
Bagi saya, Ben Graham lebih dari sekadar seorang penulis atau guru. Selain Graham, tidak ada orang lain kecuali ayah saya yang lebih berpengaruh dalam hidup saya. Tidak lama setelah Ben wafat tahun 1976, saya menulis artikel pendek berikut untuk mengenangnya di Financial Analysts Journal. Begitu Anda membaca buku ini, saya yakin Anda akan melihat sebagian dari kualitas yang saya sebutkan dalam catatan penghormatan ini.

BENJAMIN GRAHAM
1894-1976


Beberapa tahun yang lalu, Ben Graham, ketika itu hampir berusia 80 tahun, mengungkapkan pemikirannya kepada seorang teman bahwa setiap hari ia berharap bisa melakukan "sesuatu yang konyol, kreatif, dan murah hati". Penyertaan tujuan aneh yang pertama di atas mencerminkan keahliannya membungkus ide dalam bentuk yang terhindar dari kesan sok tahu atau arogan. Walaupun ide-idenya sangat berpengaruh, namun disampaikan dengan cara yang benar-benar halus.
Pembaca majalah ini tidak perlu lagi diinformasikan secara teperinci tentang semua prestasi Graham bila diukur menurut standar kreativitas. Sangatlah jarang seorang pionir suatu bidang aktivitas tidak mendapati karyanya disaingi dengan cepat oleh para penerusnya. Tetapi, lebih dari 40 tahun setelah terbitnya buku yang mampu merumuskan struktur dan logika ke dalam sebuah aktivitas yang kacau-balau dan membingungkan, sangatlah sulit untuk menemukan kandidat buku yang berpotensi untuk menduduki peringkat kedua sekalipun dalam bidang analisis sekuritas. Dalam sebuah area yang
di dalamnya begitu banyak hal terlihat konyol dalam hitungan minggu atau bulan setelah dipublikasikan, semua prinsip Ben tetap andal—nilainya sering kali meningkat dan makin dipahami setelah terjadi bencana keuangan yang meruntuhkan struktur intelektual lain yang lebih rapuh. Nasihatnya mengenai kelayakan investasi telah mem­berikan hasil yang konsisten bagi para pengikutnya— bahkan juga membawa hasil bagi orang orang dengan kemampuan inferior dibandingkan para praktisi dengan keahlian tinggi yang justru tersandung ketika mengikuti saran brilian atau populer.
Aspek yang luar biasa dari dominasi Ben dalam bidangnya adalah bahwa ia mencapainya bukan dengan aktivitas mental picik yang mengonsentrasikan semua sumber daya demi mencapai satu tujuan saja. Alih-alih, dominasi tersebut adalah hasil sampingan yang timbul dengan sendirinya dari seorang genius yang keluasan pemikirannya nyaris melewati batasbatas definisi. Saya benar-benar belum pernah bertemu orang dengan pemikiran seluas itu. Praktis mampu membahas apa saja, rasa haus ilmu baru yang tak pernah hilang, dan kemampuan untuk mengubahnya dalam bentuk yang dapat diaplikasikan pada berbagai masalah yang sepertinya tidak terpikirkan sebelumnya membuat penjabaran pemikirannya dalam bidang mana pun menjadi mengagumkan.
Namun, imbauannya yang ketiga—kemurahan hati— adalah keberhasilannya yang tertinggi di atas segalanya. Saya mengenal Ben sebagai guru, majikan, dan sahabat saya. Dalam masing-masing hubungan tersebut—seperti halnya dengan semua murid, pegawai, dan teman- temannya—ia memiliki kemurahan ide, waktu, dan se-
mangat yang benar-benar terbuka dan tanpa batas. Siapa pun yang membutuhkan kejernihan pemikiran, tidak ada lagi tempat berpaling yang lebih baik ketimbang Ben. Kapanpun dorongan semangat dan nasihat dibutuhkan, Ben selalu siap sedia. Walter Lippmann pernah bercerita tentang orang yang menanam pohon yang kemudian digunakan oleh banyak orang lain untuk berteduh di bawahnya. Ben adalah orang tersebut. Dicetak ulang dari Financial Analysts Journal, November/Desember 1976.


Sebuah Catatan tentang Benjamin Graham
Jason Zweig
Siapa sebenarnya Benjamin Graham, dan mengapa kita harus mendengar apa yang ia katakan? Graham bukan hanya salah seorang investor terbaik yang pernah ada; ia juga adalah seorang pemikir investasi praktis terbesar sepanjang masa. Sebelum Graham, para manajer dana berperilaku seperti komunitas Abad Pertengahan, dipandu terutama oleh takhayul, tebakan, dan ritual misterius. Buku Security Analysis yang ditulis Graham adalah buku teks yang mengubah lingkaran pengap tersebut menjadi sebuah profesi modern.-
The Intelligent Investor adalah buku pertama yang menggambarkan, bagi investor individual, kerangka emosional dan perangkat analitis yang esensial untuk mencapai sukses dalam bidang keuangan. Buku ini tetap merupakan satu-satunya buku terbaik tentang investasi yang pernah ditulis bagi publik secara umum. The Intelligent Investor adalah buku pertama yang saya baca ketika saya bergabung dengan majalah Forbes sebagai reporter pemula pada 1987, dan saya tersengat oleh keyakinan Graham bahwa, cepat atau lambat, semua pasar bullish pasti akan berakhir buruk. Bulan Oktober tahun itu, saham-saham Amerika Serikat mengalami satu hari kemerosotan terburuk dalam sejarah, dan saya terdiam. (Sekarang, setelah terjadinya pasar bullish yang tak terkendali pada akhir 1990-an dan pasar bearish luar
biasa yang dimulai pada awal 2000, The Intelligent Investor semakin dipandang bagaikan kitab suci.) Graham mendapatkan pemahamannya dengan susah payah: dengan merasakan secara langsung penderitaan karena kerugian finansial dan dengan belajar selama puluhan tahun tentang sejarah dan psikologi pasar. Ia lahir dengan nama Benjamin Grossbaum, 9 Mei 1894 di London. Ayahnya adalah seorang pedagang piring dan patung keramik.- Keluarga tersebut pindah ke New York ketika Ben baru berusia setahun. Awalnya, mereka hidup berkecukupan—dengan seorang pembantu, tukang masak, dan seorang guru pribadi keturunan Perancis—di wilayah Fifth Avenue atas. Namun, ayah Ben meninggal dunia tahun 1903, bisnis porselennya tersendat-sendat, dan keluarga tersebut perlahan-lahan mulai jatuh miskin. Ibu Ben mengubah rumah mereka menjadi asrama; kemudian setelah meminjam uang untuk memperdagangkan saham "on margin," si ibu kehilangan seluruh uangnya dalam crash pasar tahun 1907. Sepanjang hidupnya, Ben selalu ingat pada penghinaan yang ia terima ketika ia mencairkan selembar cek bagi ibunya dan mendengar teller bank bertanya, "Apakah Dorothy Grossbaum "bisa dipakai" seharga lima dolar?"
Untung saja Graham mendapatkan beasiswa di Columbia, dan di sana kegeniusannya berkembang secara penuh. Ia lulus pada 1914, peringkat kedua di kelasnya. Sebelum menyelesaikan semester terakhirnya, tiga jurusan—Bahasa Inggris, filsafat, dan matematika— memintanya untuk bergabung sebagai dosen. Saat itu ia baru berusia 20 tahun.
mencoba peruntungannya di Wall Street. Ia awalnya bekerja sebagai pesuruh administrasi pada sebuah pe­rusahaan perdagangan obligasi, tak lama kemudian menjadi analis, mitra, dan dalam waktu singkat ia sudah menjalankan kemitraan investasinya sendiri.
Booming dan kehancuran bisnis internet tak akan mengejutkan Graham. Pada April 1919, ia mendapatkan return 250% pada hari pertama trading saham Savold Tire, sebuah penawaran baru dalam bisnis otomotif yang saat itu sedang booming. Pada Oktober, perusahaan tersebut terbukti melakukan kecurangan dan sahamnya menjadi tak bernilai. Graham menjadi seorang master dalam meneliti saham hingga ke detail mikroskopik, nyaris molekuler. Pada 1925, dengan menelusuri sejumlah laporan yang tak banyak diperhatikan orang yang disampaikan oleh berbagai perusahaan jaringan pipa minyak ke Komisi Perdagangan Antarnegara Bagian AS (U.S. Interstate Commerce Commission), ia mendapati bahwa Northern Pipe Line Co.—yang sahamnya pada waktu itu diperdagangkan senilai $65 per saham—memiliki sejumlah obligasi kualitas-tinggi senilai setidaknya S80 per share. (Ia membeli saham perusahaan tersebut, memprovokasi para manajernya untuk menaikkan dividen, dan melepas saham tersebut dengan nilai s 110 per saham tiga tahun kemudian.)
Terlepas dari kerugian besar yang mendekati 70% selama masa Depresi Besar tahun 1929-1932, Graham berhasil bertahan dan bangkit kembali, mengumpulkan saham murah sisa dari puing-puing pasar bullish. Tidak ada catatan pasti tentang berapa return awal yang diperoleh Graham, tetapi sejak 1936 sampai ia pensiun pada 1956, perusahaan Graham-Newman Corp. miliknya
memperoleh laba setidaknya 14,7% per tahun, dibandingkan dengan yang diperoleh pasar secara keseluruhan sebesar 12,2%. Angka ini menjadi salah satu track record jangka panjang terbaik dalam sejarah Wall Street.*
Bagaimana Graham melakukannya? Dengan meng­gabungkan kekuatan intelektualnya yang luar biasa serta penalaran yang dalam dan pengalaman yang sangat luas, Graham mengembangkan prinsip-prinsip intinya, yang setidaknya masih valid hingga saat ini semenjak masa hidupnya:

    Saham tidak hanya sekadar simbol ticker atau kedipan elektronik di layar monitor; saham adalah suatu kepentingan kepemilikan dalam bisnis aktual, dan bisnis itu memiliki nilai fundamental yang tidak bergantung pada harga sahamnya.
    Pasar adalah sebuah pendulum yang selamanya mengayun antara optimisme temporer (yang menjadikan harga saham terlalu mahal) dan pesimisme tak berdasar (yang menjadikan harga saham terlalu murah). Investor pintar adalah seorang realis yang menjual sahamnya kepada orang optimistis dan membelinya dari orang pesimistis.
    Nilai masa depan dari setiap investasi adalah fungsi dari harga sekarangnya. Makin tinggi harga yang Anda bayar, makin rendah return yang Anda nikmati.
    Tidak peduli seberapa pun hati-hatinya Anda,
satu-satunya risiko yang tidak bisa dihilangkan oleh investor mana pun adalah risiko melakukan kesalahan. Hanya dengan tetap mempertahankan apa yang disebut Graham sebagai "margin pengaman"—tidak membayar berlebihan, semenarik apa pun tampaknya suatu              investasi—Anda akan bisa meminimalisasi
kesalahan yang tidak perlu.
    Rahasia keberhasilan keuangan Anda ada pada diri Anda sendiri. Jika Anda menjadi seorang pemikir kritis yang menolak untuk percaya begitu saja pada "fakta" di Wall Street, dan Anda berinvestasi dengan kepercayaan diri serta kesabaran, Anda akan bisa tetap memperoleh keuntungan yang stabil walau dari pasar bearish yang terburuk sekalipun. Dengan mengembangkan disiplin dan keberanian, Anda tidak akan membiarkan perubahan perilaku orang lain menentukan masa depan finansial Anda. Akhirnya, hal yang jauh lebih penting sebenarnya bukan bagaimana perilaku investasi Anda, tetapi bagaimana perilaku Anda.

Sasaran edisi revisi The Intelligent Investor ini ada­lah untuk mengaplikasikanide-ide Graham pada pasar keuangan masa kini dengantetap mempertahankan seluruh isi buku (kecuali bagian catatan kaki untuk tujuan klarifikasi).- Setelah masing-masing bab yang ditulis Graham, Anda akan menemukan komentar baru. Dalam panduan bagi pembacaini, saya telah menambahkan contoh-contoh terbaru yang bisa menunjukkan kepada Anda betapa masih relevan—dan betapa sangat mem-
bantu—prinsip-prinsip Graham saat ini.
Saya sangat ingin merasakan antusiasme dan pencerahan yang dirasakan oleh orang yang membaca buku ini untuk pertama kali—atau bahkan untuk yang ketiga atau keempat kali. Seperti semua karya klasik, buku ini mengubah cara kita memandang dunia dan memperbarui dirinya dengan cara mendidik kita. Makin banyak Anda membacanya, makin banyak yang Anda dapatkan. Dengan Graham sebagai pemandu, Anda dijamin akan menjadi seorang investor yang jauh lebih pintar.




PENDAHULUAN!
Apa yang Ingin Buku Ini Capai
Buku ini bertujuan memandu siapa pun, terutama orang awam, dalam mengadopsi dan mengeksekusi suatu kebijakan investasi. Relatif tak banyak yang akan dibicarakan di sini tentang teknik analisis sekuritas; perhatian akan ditujukan terutama pada prinsipprinsip investasi dan perilaku investor. Namun, kami akan memberikan sejumlah perbandingan singkat antara sekuritas tertentu—terutama pasangan sekuritas yang tercantum secara berdampingan pada daftar New York Stock Exchange (NYSE)—untuk menunjukkan secara konkret kepada Anda berbagai elemen penting yang terlibat dalam sejumlah saham biasa spesifik.
Namun, sebagian besar buku ini berisi pola-pola historis pasar keuangan, dalam sejumlah kasus akan mundur beberapa dekade. Untuk berinvestasi pintar, kita harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan yang cukup tentang bagaimana sebenarnya perilaku berbagai jenis saham dan obligasi dalam kondisi yang berbedabeda— yang sebagian di antaranya, setidaknya, mungkin akan Anda temui lagi dalam pengalaman Anda sendiri. Tak ada satu pun pernyataan yang lebih benar dan lebih cocok untuk diterapkan di Wall Street ketimbang peringatan Santayana yang terkenal: "Mereka yang tidak ingat masa lalu akan dikutuk untuk mengalaminya kembali."
Teks kami ini ditujukan bagi para investor yang pengertiannya dibedakan dengan spekulator. Tugas pertama kami adalah menjelaskan dan menekankan pembedaan yang sekarang telah sama sekali dilupakan ini. Kami bisa mengatakan sejak awal bahwa ini bukanlah buku tentang "bagaimana menjadi seorang jutawan." Tak ada jalur yang pasti dan mudah untuk mendapatkan kekayaan di Wall Street atau di mana pun juga. Ada baiknya kami menekankan apa yang baru saja kami katakan melalui sebuah kepingan sejarah—khususnya karena terdapat lebih dari satu nilai moral yang bisa ditarik dari peristiwa tersebut. Pada 1929 yang merupakan tahun klimaks, John J. Raskob, figur yang paling terkenal secara nasional dan juga di Wall Street, memuji-muji kebaikan kapitalisme dalam sebuah artikel di Ladies' Home Journal, yang bertajuk "Everybody Ought to Be Rich" (Setiap Orang Seharusnya Menjadi Kaya).* Teorinya mengatakan bahwa hanya dengan alokasi SIS per bulan yang diinvestasikan ke dalam saham biasa yang baik— dan dividennya kemudian diinvestasikan kembali— akan menghasilkan kekayaan senilai S80.000 setelah dua puluh tahun dengan kontribusi total hanya $3.600. Jika industrialis General Motors tersebut benar, ini benar- benar cara yang mudah untuk menjadi kaya. Seberapa
benarkah ia? Perhitungan kasar kami—berdasarkan asumsi investasi dalam 30 saham yang tercatat dalam Dow Jones Industrial Average (DJIA —mengindikasikan bahwa jika anjuran Raskob diikuti sepanjang tahun 1929-1948, kepemilikan investor pada awal 1949 akan bernilai sekitar $8.500. Ini masih sangat jauh dari janji sang industrialis besar tersebut, yaitu $80.000, dan ini menunjukkan betapa rendahnya kepastian yang bisa kita peroleh dari ramalan dan jaminan yang sangat optimistis seperti itu. Namun, sebagai komentar sampingan, kami perlu me­ngatakan bahwa return yang sesungguhnya direalisasikan melalui operasi selama 20 tahun tersebut sebenarnya bisa lebih tinggi dari 8% per tahun—dan ini terlepas dari fakta bahwa investor mulai melakukan pembeliannya ketika indeks DJIA berada pada level 300 dan mengakhirinya pada 1948 ketika indeks berada pada level penutupan 177. Catatan ini bisa dipandang sebagai sebuah argumen persuasif mengenai prinsip pembelian secara reguler per bulan atas saham-saham biasa berkinerja kuat dengan melalui segala macam gejolak—sebuah program yang disebut dengan "dollar-cost averaging."
Karena tidak ditujukan bagi spekulator, buku ini tidak dimaksudkan bagi orang-orang yang melakukan trading di pasar. Sebagian besar dari mereka dipandu grafik atau berbagai peralatan mekanis lain untuk menentukan momen yang tepat untuk membeli atau menjual. Satu prinsip yang cocok untuk diterapkan pada hampir seluruh "pendekatan teknis" ini adalah bahwa seorang investor harus membeli karena harga suatu saham atau pasar meningkat dan seorang investor harus menjual karena harga saham menurun. Ini persis merupakan kebalikan dari
logika bisnis di mana pun juga, dan kecil sekali kemungkinannya bahwa ini akan bisa menjamin sukses yang berkelanjutan di Wall Street. Dalam pengalaman dan pengamatan kami di pasar modal, selama lebih dari 50 tahun, kami belum pernah menemukan satu orang pun yang bisa secara konsisten atau terus-menerus menghasilkan uang dengan prinsip "ikuti pergerakan pasar" seperti ini. Kami tak ragu untuk menyatakan bahwa pendekatan ini tidak benar walaupun populer. Kami akan menggambarkan apa yang baru saja kami katakan ini—walaupun, tentunya ini tak semestinya dianggap sebagai bukti—melalui sebuah diskusi singkat di belakang nanti tentang teori Dow yang terkenal untuk melakukan perdagangan di pasar modal.•
Sejak penerbitan pertamanya pada 1949, semua revisi buku The Intelligent Investor muncul dengan interval kurang-lebih lima tahun. Dalam usaha memperbaharui edisi revisi ini, kami harus berhadapan dengan cukup banyak perkembangan baru sejak edisi tahun 1965 ditulis. Sejumlah perkembangan tersebut di antaranya:

1.   Kemajuan yang luar biasa pada tingkat suku bunga obligasi kelas-atas.
2.   Kejatuhan tingkat harga saham-saham unggulan sekitar 35%, yang berakhir Mei 1970. Ini merupakan persentase penurunan tertinggi dalam sekitar 30 tahun. (Tak terhitung jumlah sekuritas berkualitas rendah yang mengalami penurunan jauh lebih tajam.)

3.    Inflasi harga-harga Wholesale dan konsumen yang

persisten, yang terus meningkat bahkan ketika terjadi penurunan bisnis secara umum pada 1970.
4.   Perkembangan pesat perusahaan "konglomerat," bisnis waralaba, dan hal-hal yang relatif baru lainnya dalam dunia bisnis dan keuangan. (Ini termasuk sejumlah instrumen yang riskan, seperti "letCer stock,"l proliferasi waran opsi-saham, namanama yang menyesatkan, penggunaan bank luar negeri, dan lainnya.)*
5.   Kebangkrutan perusahaan kereta api terbesar kita, besarnya utang jangka pendek dan panjang pada berbagai perusahaan yang sebelumnya sangat mapan, dan bahkan sebuah masalah solvabilitas yang sangat meresahkan di kalangan perusahaan kepialangan Wall Street.*
6.   Munculnya tren "kinerja" dalam manajemen berbagai funds investasi, termasuk sejumlah dana amanat (trust funds") yang dikelola bank, dengan hasil yang mengkhawatirkan.
Berbagai fenomena ini akan kami pertimbangkan dengan hatihati. Beberapa di antaranya akan memerlukan perubahan kesimpulan dan penekanan dari edisi kami sebelumnya. Prinsip-prinsip dasar investasi yang baik tidak akan berubah dari dasawarsa ke dasawarsa, namun aplikasi dari prinsip-prinsip tersebut harus disesuaikan dengan berbagai perubahan besar yang terjadi pada mekanisme dan iklim keuangan.



Pernyataan terakhir mengalami ujian selama masa penulisan edisi ini, yang draf pertamanya diselesaikan Januari 1971. Waktu itu, DJIA sedang berada dalam masa pemulihan pesat dari titik rendah 1970 yang hanya 632 dan terus naik hingga mencapai titik tinggi 951 padal971, dengan diiringi optimisme secara umum. Ketika draf terakhir selesai, pada November 1971, pasar sedang mengalami penurunan lagi, membawa DJIA merosot hingga 797 dan menimbulkan keresahan baru akan masa depannya. Kami tidak membiarkan fluktuasi ini memengaruhi sikap kami secara umum terhadap kebijakan investasi yang baik, yang tetap tidak berubah banyak sejak edisi pertama buku ini terbit pada 1949.
Tingkat penurunan pasar pada 1969-1970 se­harusnya bisa menghapus ilusi yang terus menguat selama dua dasawarsa terakhir. Ilusi tersebut berupa keyakinan bahwa berbagai saham biasa terkemuka bisa dibeli setiap saat dan pada harga berapa pun, dengan tak hanya menjamin bahwa akan ada laba tetapi juga bahwa kerugian yang timbul akan segera tertutupi oleh peningkatan pasar kembali ke level baru yang lebih tinggi. Ini terlalu muluk untuk jadi kenyataan. Pada akhirnya pasar modal "kembali normal", dalam pengertian bahwa baik spekulator maupun investor saham pasti kembali harus bersiap-siap untuk mengalami kejatuhan yang
signifikan dan barangkali berkepanjangan sebagaimana juga kenaikan nilai saham yang mereka miliki.
Pada banyak saham lapis kedua dan ketiga, ter­utama berbagai perusahaan yang baru menerbitkan saham mereka, kerugian yang ditimbulkan oleh kejatuhan mutakhir pasar modal sangat besar. Sebenarnya ini bukanlah hal baru di pasar modal—ini pernah terjadi dalam derajat yang sama pada 1961-1962—hanya saja sekarang ada suatu elemen baru yaitu bahwa sejumlah funds investasi memiliki komitmen besar dalam sekuritas yang sangat spekulatif dan jelas-jelas overvalued seperti ini. Jelas bahwa tidak hanya pemain baru yang perlu diperingatkan bahwa walaupun antusiasme mungkin diperlukan untuk mencapai prestasi besar di tempat lain, namun di Wall Street sikap seperti ini hampir selalu akan berakhir dengan bencana.
Pertanyaan besar yang harus kita hadapi berkaitan dengan kenaikan luar biasa tingkat suku bunga obligasi kelas-satu. Sejak akhir tahun 1967, investor bisa memperoleh pendapatan lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan yang bisa ia peroleh dari dividen saham biasa representatif. Awal 1972, tingkat return yang dihasilkan adalah 7,19% pada obligasi kelas-tertinggi berbanding hanya 2,76% pada saham perusahaan industrial. (Berbanding tingkat pengembalian sebesar 4,40% dan 2,92% berturut-turut untuk obligasi serta saham tersebut pada akhir 1964.) Ketika kami pertama kali menulis buku ini pada 1949, sulit untuk membayangkan bahwa angka-angka yang ada nyaris persis kebalikannya: tingkat return obligasi hanya 2,66% dan imbal hasil saham 6,82%.2 Dalam edisi-edisi awal, kami telah secara konsisten mengimbau agar setidaknya
25% portofolio investor konservatif ditanam dalam bentuk saham biasa, dan secara umum kami lebih cenderung merekomendasikan pembagian 50-50 antara saham dan obligasi. Sekarang kami harus mempertimbangkan apakah keunggulan return obligasi dibandingkan dengan saham saat ini akan mendukung suatu kebijakan portofolio 100% obligasi (all-bond policy) sampai perbandingan return yang lebih berimbang terjadi kembali, seperti yang kami perkirakan. Tentu saja pertanyaan tentang inflasi yang berkelanjutan akan berperan sangat penting dalam pengambilankeputusan kami di sini. Satu bab akan kami dedikasikan untukmembicarakan masalah ini.«
Sebelumnya, kami telah membuat pembedaan men­dasar antaradua jenis investor yang menjadi sasaran buku ini—investor "defensif dan "agresif." Investor defensif (atau pasif) akan memberikanpenekanan utamanya pada upaya menghindari kesalahan serius atau kerugian besar. Tujuannya yang kedua adalah kebebasan darikerja keras, gangguan, dankeharusan untuk membuat keputusan berulang-ulang. Kepribadian yang menjadi ciri khas investor agresif (aktif atau berani) adalah kemauannya untuk mendedikasikan waktu dan perhatian untuk memilih sekuritas yang baik dan lebih atraktif daripada rata-rata sekuritas lain. Puluhan tahun seorang investor agresif seperti ini bisa memperoleh imbalan yang pantas atas keahlian dan usahanya, berupa rata-rata return yang lebih tinggi ketimbang yang direalisasikan oleh investor
pasif. Kami meragukan apakah imbal hasil ekstra yang benar-benar substansial bisa dipastikan tetap didapat oleh investor agresif dalam kondisi sekarang ini. Tapi, tahun depan atau tahun-tahun setelahnya mungkin akan sangat berbeda. Oleh karena itu, kami akan terus memberikan perhatian terhadap berbagai kemungkinan investasi agresif, yang pernah ada pada sejumlah periode sebelumnya dan akan kembali muncul.
Sudah merupakan pandangan umum sejak dahulu bahwa seni investasi yang sukses pertama-tama terletak pada pilihan industri yang paling potensial untuk tumbuh di masa depan, kemudian pada identifikasi perusahaan yang paling menjanjikan dalam industri tersebut. Contohnya, investor yang cerdas—atau penasihat mereka yang cerdas—telah sejak dulu mengidentifikasi potensi pertumbuhan yang luar biasa dalam industri komputer secara keseluruhan dan International Business Machines secara khusus. Begitu pula untuk sejumlah industri dan perusahaan growth lain. Namun, ini tidaklah semudah bila kita menengoknya kembali ke belakang di kemudian hari. Untuk mendudukkan pokok permasalahan ini, kami terlebih dahulu akan memberikan sebuah paragraf yang pertama kali kami muat dalam edisi tahun 1949 dari buku ini.

Investor semacam itu, sebagai contoh, bisa jadi merupakan pembeli saham perusahaan penerbangan karena ia yakin bahwa masa depan kelompok perusahaan tersebut lebih bagus ketimbang tren yang ditunjukkan pasar. Bagi investor jenis ini, nilai buku ini terletak lebih pada peringatannya akan berbagai jebakan tersembunyi yang mengancam pendekatan investasi favorit ini ketimbang pada

teknik positif mana pun yang akan membantunya dalam melakukan investasi.-
Berbagai jebakan tersebut telah terbukti paling berbahaya dalam industri yang kami sebutkan. Tentu saja mudah untuk meramalkan bahwa volume lalu lintas udara akan tumbuh secara spektakuler di masa depan. Karena faktor inilah saham-saham kelompok perusahaan tersebut menjadi pilihan favorit funds investasi. Namun, terlepas dari kenaikan pendapatan—dengan kecepatan yang bahkan lebih tinggi ketimbang industri komputer— kombinasi masalah teknologi dan ekspansi kapasitas yang terlalu berlebihan menyebabkan tingkat laba menjadi berfluktuasi dan bahkan membawa kehancuran. Pada 1970, terlepas dari titik tinggi baru angka lalu-lintas udara, kelompok perusahaan penerbangan menderita kerugian sebesar S200 juta, yang harus ditanggung oleh pemegang saham mereka tentunya. (Kelompok perusahaan tersebut juga telah menunjukkan kerugian pada 1945 dan 1961.) Saham-saham kelompok perusahaan ini sekali lagi menunjukkan penurunan pada 1969-1970 yang lebih tajam ketimbang pasar secara keseluruhan. Catatan menunjukkan bahwa bahkan para
ahli mutual funds yang bergaji sangat tinggi dan bekerja full-time pun membuat prediksi yang sama sekali salah tentang masa depan jangka pendek dari industri yang besar dan mencolok ini.
Di sisi lain, walaupun berbagai perusahaan funds investasi (investment funds") memiliki investasi besar dan keuntungan substansial di IBM, kombinasi harga saham IBM yang sepertinya tinggi dan kemustahilan untuk mendapatkan kepastian tentang tingkat pertumbuhannya menyebabkan berbagai funds tersebut enggan menempatkan lebih dari, katakan, 3% dari keseluruhan dana mereka pada perusahaan berkinerja cemerlang ini. Oleh karena itu, efek dari pilihan yang bijaksana ini terhadap hasil mereka secara keseluruhan sama sekali tak berarti. Di samping itu, banyak—jika tidak sebagian besar—dari investasi mereka di berbagai perusahaan industri komputer selain IBM terlihat tidak menguntungkan. Dari dua contoh umum ini kami menarik dua pelajaran bagi pembaca:

1.     Prospek pertumbuhan fisik yang jelas dari suatu bisnis tidak bisa diartikan sebagai keuntungan yang jelas bagi investor.
2.     Para ahli tidak memiliki cara yang dapat diandalkan untuk memilih dan berkonsentrasi pada perusahaan yang paling menjanjikan dalam industri yang paling menjanjikan.

Penulis tidak mengikuti pendekatan ini dalam karier­nya di dunia keuangan sebagai manajer dana, dan ia tidak bisa memberikan nasihat spesifik ataupun banyak dorongan untuk orang-orang yang mungkin ingin
mencobanya,
Kalau begitu apa yang sebenarnya hendak kami capai dalam buku ini? Tujuan utama kami adalah untuk membimbing pembaca agar bisa menghindari berbagai area yang berpotensi menimbulkan kesalahan substansial dan untuk mengembangkan sejumlah kebijakan yang dapat pembaca gunakan dengan nyaman. Kami akan memberikan sedikit bahasan tentang psikologi investor. Ini karena, tak diragukan lagi, masalah utama seorang investor—dan bahkan musuh terbesarnya—adalah dirinya sendiri. ("Para investor yang terhormat, kesalahan bukan pada nasib kita—dan bukan pada saham kita—tetapi pada diri kita sendiri ....") Ini semakin terbukti benar beberapa dasawarsa terakhir ketika menjadi semakin penting bagi investor konservatif untuk membeli saham biasa dan oleh karena itu untuk berhadapan dengan, mau tak mau, antusiasme dan godaan pasar modal. Melalui berbagai argumen, contoh, dan imbauan, kami berharap bisa membantu pembaca kami untuk memasang sikap mental dan emosional yang tepat dalam proses pengambilan keputusan investasi mereka. Kami telah menyaksikan jauh lebih banyak uang diperoleh dan disimpan oleh "orang biasa" yang secara mental cocok dengan proses investasi ketimbang oleh orang yang tidak memiliki kualitas mental tersebut, walaupun mereka memiliki pengetahuan ekstensif dalam bidang keuangan, akuntansi, dan pasar modal.
Sebagai tambahan, kami berharap dapat me­nanamkan kepada pembaca kebiasaan untuk mengukur atau menjumlahkan. Dari 100 saham, 99 di antaranya bisa kami katakan bahwa pada harga tertentu saham-saham itu cukup murah untuk dibeli dan pada harga lainnya
menjadi sangat mahal sehingga sebaiknya dijual. Kebiasaan untuk selalu menghubungkan apa yang dibayar dengan apa yang ditawarkan adalah perilaku yang tak ternilai harganya dalam investasi. Dalam sebuah artikel majalah wanita bertahun-tahun lalu, kami menyarankan pembaca membeli saham sebagaimana mereka membeli kebutuhan harian, bukan sebagaimana mereka membeli parfum. Kerugian yang benar-benar menakutkan selama beberapa tahun terakhir (dan pada banyak peristiwa serupa sebelumnya) terjadi pada saham-saham biasa yang pada saat membelinya si pembeli saham lupa bertanya "Harganya?"
Pada Juni 1970, pertanyaan "Harganya berapa?" bisa dijawab dengan angka ajaib 9,40%—imbal hasil yang dapat diperoleh dari penawaran baru obligasi perusahaan utilitas-publik kelas atas. Imbal hasil tersebut sekarang melorot menjadi sekitar 7,3%, namun bahkan return itu pun masih menggoda kita untuk bertanya, "Untuk apa memberi jawaban lain?" Namun, masih ada berbagai kemungkinan jawaban lain, dan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Namun, kami ulangi lagi bahwa baik kami maupun para pembaca harus terlebih dahulu mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan kondisi yang sedikit berbeda untuk, katakan, tahun 1973-1977.
Oleh karena itu, kami akan menyajikan secara ter­perinci suatu program positif untuk investasi saham biasa, sebagian di antaranya berada dalam lingkup kedua kelas investor dan sebagian lagi ditujukan khusus bagi kelas investor agresif. Anehnya, kami akan mengajukan salah satu persyaratan utama kami di sini. Para pembaca buku ini membatasi diri mereka untuk hanya membeli saham yang harganya tak jauh melebihi nilai aktiva
berwujudnya,- Alasan kami memberikan saran yang sepertinya ketinggalan zaman ini adalah alasan praktis dan psikologis. Pengalaman telah mengajarkan kepada kami bahwa, walaupun terdapat banyak perusahaan growth yang bernilai beberapa kali lipat nilai aktiva bersih mereka, pembeli saham perusahaan demikian akan sangat bergantung pada perubahan tak terduga dan fluktuasi pasar. Sebaliknya, investor saham, katakan, perusahaan utilitas-publik yang memiliki nilai saham kurang-lebih sama dengan nilai aktiva bersih mereka akan selalu bisa memandang dirinya sebagai pemilik sebagian dari bisnis yang sehat dan berkembang, dan dibeli pada harga yang rasional—walaupun pasar mengatakan sebaliknya. Hasil akhir dari kebijakan konservatif seperti itu cenderung lebih baik dibandingkan dengan investasi yang antusias dan ugal-ugalan pada saham perusahaan yang terlihat menggiurkan karena pertumbuhannya.
Seni berinvestasi memiliki satu karakteristik yang pada umumnya tidak dipedulikan orang. Hasil yang baik, walaupun tidak spektakuler, bisa dicapai oleh seorang investor awam dengan usaha dan kemampuan yang minimum. Namun, untuk meningkatkan standar yang mudah dicapai ini, Anda membutuhkan banyak aplikasi dan lebih dari sekadar sedikit pengetahuan. Jika Anda hanya mencoba membawa sedikit pengetahuan dan kepintaran ekstra untuk Anda gunakan dalam mengelola investasi Anda, maka alih-alih mendapatkan hasil yang
sedikit di atas normal, justru kemungkinan besar Anda akan mendapati bahwa Anda telah melakukan kesalahan.
Karena siapa pun—cukup dengan membeli dan me­miliki sebuah portofolio representatif—bisa menyamai kinerja rata-rata pasar, sepertinya adalah persoalan yang relatif mudah untuk "melebihi rata-rata". Tetapi sebenarnya, proporsi orang cerdas yang mencoba ini dan gagal secara mengejutkan cukup besar. Bahkan, sebagian besar perusahaan funds investasi, dengan personel mereka yang berpengalaman, tidak berkinerja begitu baik dari tahun ke tahun seperti halnya pasar secara umum. Begitu pula catatan prediksi pasar modal yang dipublikasikan perusahaan broker, karena terdapat bukti kuat bahwa kalkulasi ramalan mereka tidak lebih andal ketimbang perjudian dengan lemparan koin.
Dalam menulis buku ini, kami telah berusaha me­ngingat jebakan investasi yang mendasar ini. Keunggulan memiliki kebijakan portofolio sederhana dipertegas— pembelian obligasi kelas-atas plus daftar beragam saham biasa terkemuka—yang bisa dilaksanakan setiap investor tanpa banyak bantuan tenaga ahli. Petualangan ke luar batas wilayah yang aman dan tenang ini disajikan dengan menunjukkan banyaknya kesulitan yang menantang, terutama di area yang berhubungan dengan mental. Sebelum mencoba tindakan riskan seperti itu, seorang investor percaya diri dan para penasihatnya—terutama mengenai apakah mereka memiliki konsep yang jelas tentang perbedaan antara spekulasi dan investasi serta antara harga pasar dan nilai fundamental.
Pendekatan yang kuat dalam investasi, didasarkan dengan tegas pada prinsip margin-pengaman, bisa memberikan imbal hasil yang memuaskan. Namun,
keputusan untuk mencoba menjangkau kompensasi ini ketimbang mencoba meraih hasil yang pasti melalui investasi defensif, hendaknya tidak dilakukan tanpa mempertimbangkan kemampuan diri sendiri secara matang.
Satu pemikiran retrospektif terakhir. Ketika penulis datang ke Wall Street di masa mudanya pada Juni 1914 tak seorang pun bisa menduga apa yang akan terjadi setengah abad kemudian. (Pasar modal sendiri bahkan tidak menyangka bahwa Perang Dunia akan berkecamuk dalam dua bulan, dan menyebabkan New York Stock Exchange ditutup.) Sekarang, tahun 1972, kita mendapati bahwa kita merupakan negara terkaya dan terkuat di dunia, tapi diterpa semua jenis masalah besar dan lebih gelisah ketimbang yakin dalam menatap masa depan. Tetapi, jika kita memusatkan perhatian pada pengalaman investasi Amerika, ada sejumlah hal positif yang bisa dikumpulkan selama 57 tahun terakhir. Setelah melewati segala macam gejolak dan kejatuhan, yang tidak bisa dicegah dan diramalkan, tetap bisa dipastikan bahwa prinsip-prinsip investasi yang kokoh biasanya akan menghasilkan return yang juga memuaskan. Kita harus bertindak dengan asumsi bahwa prinsip-prinsip tersebut akan terus demikian.
Catatan bagi pembaca: Buku ini tidak ditujukan bagi kebijakan keuangan para penabung dan investor secara keseluruhan-, buku ini hanya berkonsentrasi pada bagian dana mereka yang ingin mereka tanamkan dalam sekuritas yang bisa diperjualbelikan atau ditebus kembali (marketable/redeemable securities), yaitu obligasi dan saham. Dengan demikian, kami tidak membahas media penting seperti tabungan dan deposito, rekening yang berhubungan dengan tabungan-dan-pinjaman, asuransi
jiwa, anuitas, dan hipotek bangunan atau kepemilikan ekuitas. Pembaca harus selalu mengingat bahwa jika ia menemukan kata "sekarang'' atau sejenisnya dalam buku ini, maka kata tersebut merujuk ke akhir tahun 1971 atau awal 1972.



KOMENTAR PENDAHULUAN
Jika Anda telah berhasil membangun kastil di udara, karya Anda itu tak perlu dibongkar kembali; karena berarti memang di situlah tempatnya. Sekarang bangunlah fondasi di bawahnya.
—Henry David Thoreau, Walden
Perhatikan bahwa dari awal Graham mengumumkan buku ini tak akan menjelaskan kepada Anda bagaimana me­ngalahkan pasar. Tak ada buku jujur yang akan bisa melakukannya.
Alih-alih, buku ini akan memberikan kepada Anda tiga pelajaran penting:
 Bagaimana Anda dapat meminimalisasi kemungkinan menderita kerugian yang tak dapat diperbaiki.
 Bagaimana Anda dapat memaksimalkan peluang untuk memperoleh keuntungan yang berkelanjutan.
  Bagaimana Anda dapat mengendalikan tingkah laku merusak-diri yang menyebabkan sebagian besar investor gagal memaksimalkan potensi penuh mereka.
Kembali ke tahun-tahun booming pada akhir 1990- an, ketika nilai saham kelompok perusahaan high-tech sepertinya berlipat ganda setiap hari, kekhawatiran bahwa Anda bisa kehilangan hampir semua uang Anda tampaknya absurd. Namun, pada akhir 2002, banyak
saham dot-com dan telekomunikasi kehilangan 95% atau lebih nilainya. Sekali Anda kehilangan 95% uang Anda, Anda harus memperoleh keuntungan 1.900% hanya untuk bisa kembali ke titik tempat Anda mulai. - Mengambil risiko yang luar biasa besar dapat menjerumuskan Anda ke lubang yang begitu dalam sehingga praktis menjadi mustahil untuk keluar dari sana. Itu sebabnya Graham terus-menerus menekankan pentingnya menghindari kerugian—tak hanya dalam Bab 6, 14, dan 20, tetapi dalam benang merah peringatan yang ia jalin sepanjang buku ini.
Namun, seberapa pun hati-hatinya Anda, harga investasi Anda akan turun dari waktu ke waktu. Walaupun tidak ada orang yang bisa menghilangkan risiko tersebut, Graham akan menunjukkan kepada Anda bagaimana menanganinya—dan bagaimana mengendalikan ketakutan Anda.

Apakah Anda Investor Pintar?

Sekarang mari kita jawab sebuah pertanyaan yang sangat penting. Apa persisnya yang dimaksud Graham dengan investor "pintar"? Kembali ke edisi pertama buku ini, Graham mendefinisikan istilah tersebut—dan ia memaparkan dengan jelas bahwa kepintaran semacam ini tidak ada hubungannya dengan nilai IQ atau SAT (Scholastic Aptitude Test—ujian masuk perguruan tinggi AS). Istilah tersebut semata-mata berarti sabar, disiplin, dan antusias untuk belajar; Anda juga mesti bisa
mengekang emosi Anda dan berpikir untuk kebaikan diri Anda sendiri. Kepintaran macam ini, jelas Graham, "adalah kepribadian yang lebih cenderung berupa karakter ketimbang otak." +
Terdapat bukti bahwa IQ tinggi dan pendidikan tinggi tidak cukup untuk membuat seorang investor menjadi pintar. Pada 1998, Long-Term Capital Management L.P., sebuah perusahaan hedge fund yang dikelola oleh sepasukan ahli matematika, ilmuwan komputer, dan dua ekonom pemenang hadiah Nobel, kehilangan lebih dari $2 miliar dalam hitungan minggu dalam sebuah pertaruhan besar bahwa pasar obligasi akan kembali "normal". Namun, pasar obligasi terus-menerus menjadi semakin dan semakin abnormal—dan LCTM telah meminjam begitu banyak uang sehingga kejatuhannya hampir menjungkirbalikkan sistem keuangan global. -
Kembali ke musim semi tahun 1720, Sir Isaac New- ton memiliki saham South Sea Company, saham yang paling hot di Inggris. Begitu melihat gejala pasar mulai tidak terkendali, sang fisikawan besar menggerutu bahwa ia "bisa menghitung gerakan benda-benda langit, tetapi ia tidak bisa mengalkulasi kegilaan orang". Newton melepas saham South Sea-nya mengantongi 100% keuntungan sebesar £7,000. Namun, hanya beberapa bulan kemudian, terbawa arus antusiasme pasar yang luar biasa, Newton terjun kembali ke dalam pasar ketika harga sudah jauh lebih tinggi—dan rugi £20,000 (atau lebih dari $3 juta dalam uang sekarang.) Sampai akhir hidupnya, ia melarang siapa pun untuk menyebut kata "South Sea" di
dekatnya. *
Sir Isaac Newton adalah salah satu orang yang paling pintar yang pernah hidup di bumi, sebagaimana definisi kepintaran menurut sebagian besar dari kita. Namun, dalam pengertian Graham, Newton sama sekali tidak mendekati pintar sebagai investor. Dengan membiarkan hirukpikuk pasar menunggangi penilaiannya sendiri, ilmuwan terbesar di bumi bertindak layaknya orang bodoh.
Singkatnya, jika Anda gagal berinvestasi sejauh ini, itu bukan karena Anda bodoh. Itu karena, seperti Sir Isaac Newton, Anda belum mengembangkan disiplin emosi yang dibutuhkan untuk bisa melakukan investasi yang berhasil. Dalam Bab 8, Graham menggambarkan bagaimana meningkatkan kecerdasan Anda dengan mengekang emosi Anda dan menolak untuk mengikuti level kegilaan pasar. Dalam bab tersebut Anda bisa menguasai pelajarannya bahwa menjadi seorang investor pintar lebih merupakan persoalan "karakter" ketimbang"otak".

KRONOLOGI KEJATUHAN

Sekarang mari kita lihat untuk sesaat beberapa perkembangan utama di dunia keuangan beberapa tahun terakhir:

1- Crash pasar yang paling buruk sejak Depresi Besar, ketika saham perusahaan AS kehilangan lebih dari 50,2% nilainya—atau $7,4 triliun—terjadi antara Maret 2000 dan Oktober 2002.
2.    Penurunan yang jauh lebih drastis pada harga saham sejumlah perusahaan yang paling hot era 1990-an, termasuk AOL, Cisco, JDS Uniphase, Lucent, dan Qualcomm—plus kehancuran total ratusan saham internet.
3.    Tuduhan praktik korupsi masif pada beberapa perusahaan terbesar dan paling disegani di Amerika, termasuk Enron, Tyco, dan Xerox.
4.    Kebangkrutan beberapa perusahaan yang pernah begitu berkilau seperti Conseco, Global Crossing, dan WorldCom.
5.    Tuduhan bahwa kantor-kantor akuntan publik melakukan kecurangan dengan memanipulasi pembukuan, dan bahkan menghilangkan catatan, untuk membantu klien mereka untuk menyesatkan publik.
6.    Tuduhan bahwa para top eksekutif di berbagai perusahaan terkemuka menggelapkan ratusan juta dolar untuk kepentingan pribadi mereka.
7.    Bukti bahwa para analis sekuritas di Wall Street menipu publik dengan memuji-muji saham tertentu kepada publik, walau secara pribadi mereka mengakui bahwa saham saham tersebut sebenarnya sampah.
8.    Pasar modal yang, bahkan setelah teijadi penurunan
hebat, sepertinya overvalued dilihat dari ukuran historis, yang mengindikasikan kepada para ahli bahwa harga                    saham masih akan                               mengalami
penurunan lebih jauh lagi.
9.    Penurunan tingkat bunga secara terus-menerus yang menyebabkan investor tidak punya pilihan selain saham.
10.    Lingkungan investasi yang dipenuhi oleh ancaman tak
terduga terorisme global dan perang di Timur Tengah,

Sebagian besar dari kehancuran ini seharusnya bisa (dan memang bisa!) dihindari oleh investor yang mempelajari dan mematuhi prinsipprinsip Graham. Seperti yang dinyatakan Graham, "walaupun antusiasme mungkin diperlukan untuk mencapai prestasi besar di tempat lain, namun di Wall Street sikap seperti ini hampir selalu akan berakhir dengan bencana." Dengan membiarkan diri mereka hanyut terlalu jauh oleh arus antusiasme—pada saham internet, saham "growth" yang besar, dan saham secara keseluruhan—banyak orang melakukan kesalahan bodoh yang sama seperti Sir Isaac Newton. Mereka menyandarkan penilaian mereka pada penilaian yang dibuat investor lain. Mereka mengabaikan peringatan Graham bahwa "kerugian yang paling menakutkan" selalu terjadi setelah "pembeli lupa menanyakan, 'Harganya berapa?"' Yang paling menyakitkan dari semuanya, dengan kehilangan kendali diri ketika mereka sangat membutuhkannya, orang-orang tersebut membuktikan pernyataan Graham bahwa "masalah utama yang dihadapi oleh investor—dan bahkan musuh terbesarnya—adalah dirinya sendiri."

KEPASTIAN YANG TAK PASTI

Banyak dari orang-orang tersebut terlalu antusias untuk membeli sahamsaham internet, karena yakin bahwa gembar-gembor high-tech yang dimiliki oleh industri ini akan terus mengalahkan semua industri lain di masa depan, jika tidak selamanya:
• Pada pertengahan 1999, setelah memperoleh 117,3% return hanya dalam lima bulan pertama, Manajer
Portofolio Monument 
Internet Fund Alexander Cheung memprediksi bahwa perusahaan fund ini akan memperoleh keuntungan 50% setahun selama tiga hingga lima tahun mendatang dan rata-rata tahunan 35% "selama 20 tahun mendatang." •
Setelah Amerindo Technology Fund meningkat tajam sebesar 248,9% pada 1999, Manajer Portofolionya, Alberto Vilar, mengolokolok siapa pun yang berani meragukan bahwa internet adalah mesin uang abadi. "Jika Anda keluar dari sektor ini, kinerja Anda akan rendah. Anda berada dalam kereta kuda, sedangkan saya mengendarai Porsche. Anda tidak menyukai peluang pertumbuhan 10 kali lipat? Kalau demikian, cari saja orang lain." •
Pada Februari 2000, manajer hedge fund, James J. Cramer, menyatakan bahwa perusahaan yang berhubungan dengan internet adalah satu-satunya yang pantas Anda miliki saat ini. Para pemenang dalam dunia baru ini, demikian ia menyebut kelompok
perusahaan tersebut, adalah satu-satunya yang akan meningkat secara konsisten dalam kondisi baik atau buruk. Cramer bahkan mengejek Graham. "Anda harus membuang semua matriks dan rumus dan teks yang ada sebelum adanya Web .... Jika kita mengamalkan salah satu ajaran Graham dan Dodd, kita tak akan memiliki sesen pun untuk dikelola." +
Semua orang yang mengaku sebagai pakar ini mengabaikan peringatan serius Graham: “Prospek pertumbuhan fisik yang jelas dalam sebuah bisnis tidak bisa diartikan sebagai keuntungan yang jelas bagi investor." Walaupun tampaknya mudah untuk meramalkan industri mana yang akan tumbuh paling cepat, ramalan tersebut tidak memiliki nilai nyata jika sebagian besar investor lain juga telah mengekspektasikan hal yang sama. Bila setiap orang sudah memutuskan bahwa sebuah industri tertentu "jelas" merupakan tempat investasi terbaik, harga saham perusahaan dalam industri tersebut telah ditawar begitu tinggi sehingga return masa depannya tak akan mengarah ke mana-mana lagi kecuali ke bawah.
Sekarang ini, setidaknya, tidak ada lagi orang yang berani mencoba mengklaim bahwa teknologi akan tetap merupakan industri dengan pertumbuhan tertinggi di dunia. Namun, pastikan Anda mengingat ini: Orangorang yang sekarang mengklaim bahwa "hal pasti" berikutnya
adalah industri pelayanan kesehatan, energi, properti, atau emas, akhirnya tidak akan mendapati hal yang lebih baik ketimbang orang-orang yang dulu telah meng­gembar-gemborkan industri high-tech.

HIKMAH

Jika pada dasawarsa 1990-an tidak ada harga yang tampak terlalu tinggi agi saham-saham, maka pada 2003 kita telah sampai pada titik di mana tidak ada harga yang tampak cukup rendah. Bandul itu telah berayun, seperti yang dipahami oleh Graham, dari antusiasme yang tak rasional ke pesimisme yang tak berdasar. Pada 2002, investor menarik keluar sejumlah $27 miliar dari investasi saham dalam mutual funds, dan sebuah survei yang dilaksanakan oleh Securities Industry Association menemukan satu dari 10 investor telah memotong jumlah investasi sahamnya setidaknya 25%. Orang-orang yang sebelumnya begitu antusias membeli saham pada akhir 1990-an—ketika harga saham meningkat dan, dengan demikian, menjadi lebih mahal—menjual saham ketika harganya menurun dan, per definisi, menjadi lebih murah.
Seperti yang ditunjukkan Graham dengan begitu brilian dalam Bab 8, ini persis melawan arus. Investor pintar menyadari bahwa risiko saham bertambah, bukannya berkurang, ketika harganya naik—dan risikonya berkurang, bukan bertambah, ketika harganya jatuh. Investor pintar takut pada pasar bulltsh, karena itu membuat saham jadi lebih mahal untuk dibeli. Sebaliknya (selama Anda memiliki uang kas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran Anda), Anda harus menyambut pasar bearish, karena itu menjadikan saham lebih murah. •
Jadi, bergembiralah: Kematian pasar bullish bukanlah berita buruk seperti yang diyakini semua orang. Berkat penurunan harga saham, sekarang adalah saat yang lebih aman—dan masuk akal—untuk membangun kekayaan. Teruskanlah membaca buku ini, dan Graham akan menunjukkan caranya kepada Anda.

Comments

Membaca dimana & kapan saja

DAFTAR BUKU

The Subtle Art Of No Giving a Fuck - Mark Manson - 01

Soros Unauthorized Biography - Robert Slater - 27

Sapiens - Yuval Noah Harari - 01

Intelligent Investor - Benjamin Graham - 01

A Man for All Markets - Edward O.Thorp - 01

The Subtle Art Of No Giving a Fuck - Mark Manson - 02