Intelligent Investor - Benjamin Graham - 04

BAB 4
Kebijakan Umum Portofolio: Investor Defensif


Karakteristik dasar dari suatu portofolio investasi biasanya ditentukan oleh posisi dan karakteristik pemilik atau para pemiliknya. Pada satu sisi ekstrem, kita punya bank tabungan, perusahaan asuransi jiwa, dan apa yang disebut dengan dana amanat legal (legal trust funds}. Satu generasi lalu, investasi mereka dibatasi oleh hukum di banyak negara bagian hanya pada obligasi kelasatas dan, dalam beberapa kasus, saham preferen kelas-atas. Pada sisi ekstrem lain, kita punya pebisnis andal dan berpengalaman, yang kerjanya mencampur berbagai obligasi dan saham dalam deretan surat-surat berharganya, bila ia menganggapnya menarik untuk dibeli.

Adalah suatu prinsip lama yang kokoh bahwa siapa tak mau menanggung risiko harus puas dengan return relatif rendah dari dana investasinya. Dengan dasar ini telah berkembang suatu pemikiran bahwa tingkat pengembalian (rate of return} yang ditargetkan oleh seorang investor sebaiknya kurang lebih setara dengan tingkat risiko yang mampu ia hadapi. Pandangan kami berbeda. Target return seharusnya bergantung pada tingkat kecerdasan yang ingin dan sanggup dihimpun oleh investor dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Return minimum akan diterima oleh investor pasif, yang menginginkan dua hal, yakni keamanan dan kebebasan dari rasa takut. Return maksimum akan diterima investor
yang awas dan berani serta menggunakan segenap kecerdikan dan kecakapannya. Pada tahun 1965 kami tambahkan, "Dalam banyak kasus, terdapat lebih sedikit risiko terkait dengan pembelian 'sekuritas murah' (bargain issue) yang menawarkan kesempatan untuk memperoleh laba lebih besar ketimbang pembelian obligasi konvensional dengan imbal hasil sekitar 41/z%." Pernyataan ini memiliki kebenaran lebih tinggi dari yang kami perkirakan, karena pada tahun-tahun setelahnya obligasi berjangka panjang terbaik sekalipun kehilangan sebagian besar nilai pasarnya karena kenaikan tingkat bunga.yang baik menuntut pengurangan komponen saham biasa di bawah 50% bila si investor menilai tingkat pasar telah terlalu tinggi dan berbahaya. 

Aturan-aturan umum yang ada di dalam buku ini se­lalu lebih mudah diucapkan tapi lebih sulit dilaksanakan— karena bertentangan dengan sifat-sifat manusia yang menjadi penyebab timbulnya pasar bullish dan bearish. Selalu saja menjadi sebuah kontradiksi dalam memberikan saran yang baik bagi pemegang saham awam, agar melepas kepemilikannya saat pasar naik melewati suatu titik tertentu dan menambah kepemilikannya ketika pasar menunjukkan penurunan. Hal ini karena orang awam bertindak, dan sepertinya harus bertindak, dalam arah yang berlawanan dengan kenaikan dan kejatuhan besar yang kita alami di masa lalu; dan—diyakini oleh penulis—kemungkinan akan kita alami lagi di masa datang.

Jika pemisahan antara kegiatan investasi dan spe­kulasi masa sekarang ini sejelas masa lalu, kita bisa membayangkan investor sebagai kelompok orang pintar dan berpengalaman, yang menjual kepemilikannya kepada spekulan yang ceroboh dan bodoh dengan harga tinggi, dan membelinya kembali ketika harganya turun. Gambaran ini sepertinya memiliki kebenaran pada masa lalu, namun sulit untuk mengidentifikasinya dengan melihat pada perkembangan keuangan sejak tahun 1949. Tidak ada indikasi bahwa kegiatan profesional seperti yang terjadi pada dana mutual (mutual fund") dilakukan dengan cara di atas. Persentase portofolio yang dimiliki dalam ekuitas dengan bentuk dua jenis dana utama-"berimbang" (balanced') dan "saham biasa" (common stock)—sedikit sekali berubah dari tahun ke tahun. Aktivitas penjualan pada umumnya berhubungan dengan usaha untuk
berpindah dari kepemilikan surat berharga yang kurang menjanjikan kepada yang lebih menjanjikan.

Jika, sebagaimana yang telah lama kami yakini, pasar saham telah kehilangan kontak dengan aturan-aturan lamanya, dan jika aturan-aturan baru belum ditetapkan, maka kami tidak bisa memberikan pedoman yang meyakinkan kepada investor sebagai dasar untuk mengurangi kepemilikan sahamnya menjadi minimal hanya 25% dan menambahnya lagi nanti menjadi maksimal 75%. Kami bisa menyarankan bahwa secara umum investor tidak seharusnya memiliki lebih dari setengah ekuitas, kecuali jika ia memiliki keyakinan yang kuat akan posisi sahamnya, dan ia yakin bahwa ia bisa menonton dengan tenang terjadinya penurunan pasar seperti pada tahun 1969-1970. Sulit bagi kita untuk melihat bagaimana kepercayaan diri kuat seperti itu bisa dibenarkan pada level pasar seperti yang terjadi pada awal tahun 1972. Jadi, kami tidak merekomendasikan porsi kepemilikan saham biasa yang lebih dari 50% pada saat ini. Namun, sebagai alasan pelengkap, sulit juga untuk mendorong pengurangan porsi saham ke angka di bawah 50%, kecuali investor memiliki kegelisahan dalam pikirannya sendiri menghadapi level pasar saat ini, dan cukup puas untuk membatasi partisipasinya dalam menambah kepemilikan menggunakan hingga, katakan, 25% dari total dananya.

Karena itu kami terdorong untuk menganjurkan ke­pada sebagian besar pembaca rumus 50-50 yang sekilas tampaknya terlalu disederhanakan. Menurut rumusan ini, yang jadi pedoman adalah agar investor sebisa mungkin mempertahankan pembagian seimbang antara obligasi dan saham biasa. Ketika perubahan pasar menaikkan
komponen saham biasa menjadi, katakan, 55%, keseimbangan dapat dipulihkan dengan menjual sepersebelas dari portofolio saham dan mentransfer hasil penjualan tersebut menjadi obligasi. Sebaliknya, penurunan proporsi saham biasa menjadi 45% akan mendorong penggunaan sepersebelas dana obligasi untuk membeli tambahan ekuitas.

Universitas Yale mengikuti sejenis rumusan yang mirip selama beberapa tahun setelah tahun 1937, namun aturan tersebut lebih diarahkan pada "kepemilikan normal" sekitar 35% dalam bentuk saham biasa. Namun, pada awal dasawarsa 1950-an Yale sepertinya mulai mengabaikan rumusan yang pernah terkenal itu, dan pada tahun 1969 61% portfolionya ada dalam bentuk ekuitas (termasuk sejumlah sekuritas konvertibel). (Pada saat itu, dana yang diserahkan oleh 71 institusi sejenis, memiliki total $7,6 miliar, 60,3% ada dalam bentuk saham biasa.) Contoh Yale menggambarkan efek nyaris mematikan sehubungan dengan kenaikan besar pasar terhadap investasi dengan menggunakan pendekatan rumusan [formula approach) yang dulu populer. Namun, kami yakin bahwa versi 50-50 pada pendekatan ini masuk akal bagi investor defensif. Pendekatan ini sangat sederhana; membidik pada arah yang tepat; memberikan para pengikutnya suatu perasaan bahwa mereka setidaknya membuat gerakan responsif terhadap perkembangan pasar; dan yang paling penting, mencegah investor defensif untuk tidak terbelenggu lebih kuat lagi pada saham biasa ketika pasar naik menuju ketinggian yang makin berbahaya.

Lebih jauh lagi, investor konservatif sejati akan puas dengan keuntungan yang ditunjukkan oleh setengah
dari portofolionya pada kondisi pasar meningkat, sementara pada situasi penurunan tajam ia akan merasa tenang menyadari bahwa ia jauh lebih beruntung ketimbang rekannya yang lain, yang suka menyerempet bahaya.

Walaupun pembagian 50-50 yang kami ajukan jelas merupakan "program multiguna" paling simpel untuk dilaksanakan, ternyata ini bukan merupakan rumusan terbaik dilihat dari segi hasil yang dicapai. (Tentu saja, tak ada satu pendekatan pun, mekanikal atau bukan, dapat dijamin lebih unggul dibandingkan dengan yang lain.) Return pendapatan jauh lebih besar yang sekarang ditawarkan oleh obligasi kualitas baik dibanding saham representatif adalah argumen kuat untuk memilih obligasi. Pilihan investor antara porsi saham 50% atau lebih rendah sangat bergantung pada temperamen dan tingkah laku si investor itu sendiri. Jika ia bisa bersikap seperti pengambil risiko berdarah dingin, ia mungkin akan cenderung memegang hanya 25% komponen saham untuk saat ini, dengan maksud menunggu hingga imbal hasil dividen DJIA, katakan, menjadi dua per tiga dari imbal hasil obligasi, sebelum ia menetap pada pembagian 50-50 antara saham dan obligasi. Bermula dari indeks DJIA 900 dan dividen sebesar $36, ini akan terwujud jika terjadi salah satu dari dua hal berikut: (a) penurunan imbal hasil sebelum pajak obligasi dari 7Vz% menjadi 5,5% tanpa ada perubahan return saat ini dari saham-saham terkemuka, atau (b) penurunan DJIA menjadi 660 jika tidak ada pengurangan imbal hasil obligasi dan tidak ada peningkatan pada dividen. Kombinasi dari sejumlah perubahan menengah bisa menghasilkan "titik pembelian" (buying point) yang sama. Program macam itu sebetulnya tidak terlalu rumit;
bagian yang sulit adalah mengadopsinya lalu tetap terus mempertahankannya, belum lagi kemungkinan bahwa program ini ternyata terlalu konservatif.


Komponen Obligasi

Pemilihan komponen obligasi dalam portofolio investor akan berkisar pada dua pertanyaan utama: Apakah sebaiknya ia membeli obligasi sebelum pajak atau setelah pajak, dan apakah sebaiknya ia membeli obligasi yang jatuh tempo dalam jangka pendek atau panjang? Keputusan tentang pajak sebenarnya lebih merupakan masalah antmatik, bertumpu pada perbedaan imbal hasil berbanding struktur pajak si investor. Pada Januari 1972, bila seseorang memilih jangka waktu jatuh tempo 20 tahun, berarti ia akan mendapatkan antara, katakan, 7%% untuk obligasi korporat (swasta) dengan "peringkat Aa" dan 5,3% untuk sekuritas unggulan bebas pajak. (Istilah "munisipal" (municipai) secara umum digunakan untuk semua jenis obligasi bebas pajak, termasuk obligasi yang diterbitkan negara bagian.) Untuk obligasi dengan masa jatuh tempo 20 tahun ini terdapat kehilangan pendapatan sekitar 30% jika berpindah dari obligasi swasta ke obligasi munisipal. Dengan demikian, jika investor memiliki utang pajak di atas 30% maka ia akan memiliki simpanan bersih setelah pajak dengan memilih obligasi munisipal; sebaliknya akan terjadi jika pajak maksimumnya kurang dari 30%. Seorang lajang akan mulai membayar 30% ketika pendapatannya setelah berbagai deduksi melebihi $10.000; untuk pasangan suami istri, rate yang sama (30%) berlaku ketika penghasilan kena pajak keduanya bila digabungkan bernilai lebih dari
$20,000. Terbukti bahwa sebagian besar investor individual akan memperoleh return yang lebih tinggi setelah pajak dari obligasi munisipal kualitas baik ketimbang obligasi korporat kualitas baik.

Pilihan antara obligasi dengan masa jatuh tempo (maturity) panjang dengan yang pendek berhubungan dengan pertanyaan yang agak berbeda, yaitu: Apakah si investor ingin mengamankan diri terhadap penurunan harga obligasinya, dengan menerima fakta (1) imbal hasil tahunan yang lebih rendah dan (2) kehilangan peluang mendapatkan kenaikan nilai pokok (principalvalue) obligasinya? Kami pikir ada baiknya untuk mendiskusikan pertanyaan ini dalam Bab 8, Investor dan Fluktuasi Pasar.

Selama periode panjang di masa lalu, satu-satunya obligasi yang masuk akal untuk dibeli oleh individu adalah obligasi pemerintah AS (US savings bonds). Keamanan obligasi ini dulu—dan juga sekarang—tak perlu dipertanyakan; memberikan return lebih tinggi di­bandingkan dengan obligasi kelas satu lainnya; memiliki opsi uang-kembali (money-back} dan berbagai ke­istimewaan lain yang menambah daya tariknya. Dalam edisi kami terdahulu, kami memiliki satu bab penuh bertajuk "Obligasi Pemerintah AS: Berkah bagi Investor".

Seperti akan kami tekankan, obligasi pemerintah AS masih memiliki sejumlah keunggulan tertentu yang menjadikannya cocok dibeli investor individual mana pun. Untuk orang dengan modal sedang—yang punya, katakan, tidak lebih dari $10.000 untuk ditanam dalam obligasi—kami pikir obligasi tersebut masih merupakan pilihan yang paling mudah dan terbaik. Namun, bagi yang memiliki dana lebih banyak, medium lain akan lebih menarik.

Kami akan membuat daftar beberapa jenis obligasi utama yang pantas untuk dipertimbangkan oleh investor, dan membahasnya dengan singkat seputar deskripsi umum, keamanan, imbal hasil, harga pasar, risiko, status pajak penghasilan, dan fitur-fitur lainnya.

  • 1. obligasi pemeritah as, seri e dan seri h. Pertama kami akan meringkas beberapa provisi pentingnya, kemudian membahas secara ringkas berbagai keunggulan investasi yang unik, atraktif, dan luar biasa mudah ini. Obligasi Seri H memberi bunga tiap setengah tahun, sama dengan obligasi lain. Tingkat bunga 4,29% untuk tahun pertama, kemudian rata 5,10% untuk sembilan tahun berikutnya hingga jatuh tempo. Bunga obligasi Seri E tidak dibayarkan kepada pemegang, tetapi diberikan kepada pemegang obligasi melalui kenaikan nilai pelunasan (diakru). Obligasi ini dijual dengan harga 75% dari nilai nominalnya, dan jatuh tempo 100% dalam 5 tahun 10 bulan setelah pembelian. Jika disimpan hingga jatuh tempo, imbal hasil yang akan diperoleh adalah bunga majemuk 5% setiap setengah tahun. Jika obligasi ditebus lebih awal, imbal hasil akan naik dari nilai minimum 4,01% pada tahun pertama menjadi rata-rata 5,20% pada 45/6 tahun mendatang. Bunga obligasi dikenai pajak pendapatan Federal, tetapi bebas dari pajak pendapatan negara bagian. Namun, pajak pendapatan Federal atas obligasi Seri E bisa dibayar menurut keinginan pemegang, apakah setiap enam bulan dengan diakrunya bunga (melalui nilai pelunasan yang lebih tinggi), atau tidak dibayar hingga obligasi benar-benar dilunasi. Pemilik Seri E bisa menguangkan obligasi tersebut kapan pun (sesaat setelah pembelian) sejumlah nilai pelunasannya. Pemegang Seri H memiliki hak yang sama untuk bisa menguangkan obligasi sebesar nilai nominal. Obligasi Seri E bisa dipertukarkan dengan Seri H, dengan beberapa keuntungan pajak tertentu. Obligasi yang hilang, rusak, atau dicuri bisa diganti tanpa biaya. Sebenarnya ada pembatasan pembelian tahunan, namun provisi liberal untuk kepemilikan bersama anggota keluarga memungkinkan hampir semua investor untuk membeli sebanyak mereka mau. Komentar: Tidak ada investasi lain yang memiliki sekaligus: (1) jaminan mutlak pembayaran pokok dan bunga, (2) hak untuk meminta "uang kembali" (money back) setiap saat, dan (3) jaminan setidaknya tingkat bunga 5% untuk setidaknya sepuluh tahun. Para pemegang seri terdahulu dari obligasi Seri E memiliki hak untuk memperpanjang obligasi mereka pada saat jatuh tempo, dan dengan demikian terus mengakumulasi nilai tahunan dengan tingkat bunga yang lebih tinggi. Penundaan pembayaran pajak penghasilan selama masamasa panjang ini adalah keuntungan yang sangat besar; hitungan kami menunjukkan bahwa bersih-setelah-pajak (net-after-tax) efektif yang diterima oleh pemegang obligasi setara dengan sepertiga kali dalam kasus-kasus lain yang sama. Sebaliknya, hak untuk menguangkan obligasi sebesar nilai nominal atau lebih, memberi pembeli obligasi pada tahun-tahun sebelumnya, saat situasi tingkat bunganya rendah, suatu perlindungan sempurna dari penyusutan nilai prinsipal yang menimpa banyak investor obligasi; dengan kata lain, memberi mereka peluang memperoleh keuntungan dari kenaikan tingkat bunga dengan menukar obligasi berbunga rendah yang mereka pegang ke bentuk kupon bunga terpisah (coupon issue) berbunga sangat tinggi dengan dasar nilai pertukaran setara. Dalam pandangan kami, berbagai keuntungan isti­mewa yang dinikmati oleh pemilik obligasi pemerintah, sekarang ini lebih dari sekadar mengompensasi return berjalan mereka yang lebih rendah dibanding obligasi langsung pemerintah jenis lain.
  • 2. obligasi pemerintah as jenis lain. Obligasi jenis lain sangat berlimpah jumlahnya, meliputi berbagai jenis tingkat bunga dan waktu jatuh tempo. Semuanya sangat aman dari segi pembayaran bunga dan nilai pokok. Berbagai obligasi ini dikenai pajak penghasilan Federal, namun bebas dari pajak penghasilan negara bagian. Pada akhir tahun 1971, obligasi jangka panjang—di atas 10 tahun— menunjukkan imbal hasil rata-rata 6,09%, jangka menengah (tiga hingga lima tahun) 6,35%, dan jangka pendek 6,03%. Pada tahun 1970, tersedia sejumlah obligasi lama dengan diskon besar. Beberapa di antaranya diterima pada nilai parinya (nilai nominalnya) dalam kasus penyelesaian pajak warisan. Misalnya: Obligasi 3’A keluaran US Treasury (pemerintah Amerika) yang jatuh tempo pada tahun 1990 termasuk dalam kategori ini; obligasi ini dijual senilai 60 pada tahun 1970, namun pada penutupan tahun 1970 di atas 77 .Juga menarik untuk diperhatikan bahwa dalam ba­nyak kasus berbagai obligasi tak langsung pemerintah AS memberikan imbal hasil yang melebihi obligasi langsung dengan jangka waktu jatuh tempo yang sama. Pada saat kami menulis ini, ditawarkan dengan imbal hasil 7,05% "Certificates Fully Guaranteed by the Secretary of Transportation of the Department of Transportation of the United States" (Surat Berharga yang Dijamin Penuh oleh Menteri Transportasi Departemen Transportasi AS.) Imbal hasilnya 1% lebih tinggi dibandingkan obligasi langsung pemerintah AS, dengan waktu jatuh tempo tahun yang sama (1986). Sertifikat tersebut sebenarnya diterbitkan atas nama Trustees of the Penn Central Transportation Co., namun dijual atas dasar pernyataan Jaksa Agung AS bahwa jaminan yang diberikan "diciptakan oleh kewajiban umum AS, didukung oleh kepercayaan dan kehormatan penuh AS". Cukup banyak obligasi tak langsung jenis ini yang dipikul oleh pemerintah AS di masa lalu, dan semuanya telah dilunasi dengan baik. Pembaca mungkin bertanya-tanya mengapa muncul semua kata-kata ajaib ini, yang tampaknya melibatkan "jaminan personal" oleh Menteri Transportasi, dan ujung-ujungnya kenaikan biaya bagi para pembayar pajak. Alasan utama munculnya prosedur tak langsung tersebut adalah karena adanya batasan utang pemerintah yang ditetapkan oleh Kongres. Jadi, rupanya jaminan yang diberikan oleh pemerintah tidak dipandang sebagai utang— dan ini menjadi rezeki yang tidak disangka-sangka bagi investor cerdik. Barangkali dampak utama dari situasi ini adalah penciptaan obligasi Housing Authority yang bebas pajak, menikmati jaminan setara dengan jaminan pemerintah AS, dan merupakan satu-satunya surat berharga bebas pajak yang ekuivalen dengan obligasi pemerintah. Jenis lain obligasi keluaran pemerintah adalah New Community Debentures yang baru diterbitkan, menawarkan imbal hasil 7,60% pada bulan September 1971.
  • 3. obligasi negara bagian dan munisipal. Obligasi- obligasi ini menikmati kebebasan atas pajak penghasilan Federal. Biasanya obligasi ini juga bebas dari pajak penghasilan di negara bagian yang menerbitkannya, tetapi tidak di negara bagian lainnya. Obligasi ini bisa berupa obligasi langsung dari negara bagian yang bersangkutan atau subdivisi di bawahnya, atau "obligasi pendapatan" yang pembayaran bunganya diperoleh dari penerimaan jalan tol, jembatan, sewa gedung, dan lain lain. Tidak semua obligasi bebas pajak cukup terlindungi untuk bisa dibeli dengan aman oleh investor defensif. Si investor bisa mendapatkan panduan dalam menentukan pilihannya dengan melihat peringkat (rating} yang diberikan oleh Moody's atau Standard & Poor's untuk tiap tiap obligasi. Salah satu dari tiga peringkat tertinggi pada kedua institusi tersebut—Aaa (AAA), Aa (AA), atau A—bisa menjadi indikasi memadai untuk menjamin keamanan investasi. Imbal hasil dari obligasi ini bervariasi sesuai dengan kualitas dan jatuh temponya, dengan logika bahwa obligasi yang jatuh temponya paling pendek memberikan return paling rendah. Pada akhir tahun 1971, obligasi yang terdaftar dalam indeks obligasi munisipal Standard &. Poor's rata-rata memiliki rating AA, jatuh tempo 20 tahun, dan imbal hasil 5,78%. Penawaran obligasi tipikal Vineland, N.J., peringkat AA untuk A dan memberikan imbal hasil hanya 3% dengan waktu jatuh tempo satu tahun, naik menjadi 5,8% untuk jatuh tempo pada tahun 1995 dan 1996.1
  • 4. obligasi korporat (swasta). Obligasi ini dikenai pajak penghasilan Federal dan negara bagian. Pada awal tahun 1972, obligasi dengan kualitas tertinggi memiliki imbal hasil 7,19% untuk masa jatuh tempo 25 tahun, seperti tercatat pada indeks obligasi korporat peringkat Aaa versi Moody's, Obligasi yang disebut dengan obligasi peringkat menengah-bawah—dengan rating Baa—mem­berikan return 8,23% untuk jangka waktu jatuh tempo panjang. Untuk masing-masing kelas obligasi berjangka waktu jatuh tempo lebih pendek imbal hasilnya lebih rendah ketimbang obligasi berjangka lebih panjang.
Komentar. Penjelasan ringkas di atas menunjukkan bahwa rata-rata investor memiliki beberapa pilihan obligasi kelas-atas. Investor yang memiliki struktur pajak penghasilan tinggi tak diragukan lagi bisa mendapatkan imbal hasil bersih yang lebih besar dari obligasi kualitas baik bebas pajak dibandingkan dengan obligasi sebelum pajak. Untuk investor lain, pada awal tahun 1972, rentang imbal hasil sebelum pajak berkisar antara 5,00% untuk obligasi pemerintah AS, dengan segala opsi khusus yang dimilikinya, hingga 7Vi% untuk obligasi korporat kelas atas.


Investasi Obligasi Berimbal Hasil Tinggi

Dengan mengorbankan kualitas, seorang investor bisa memperoleh return penghasilan yang lebih tinggi dengan kepemilikan obligasinya. Pengalaman panjang telah membuktikan bahwa investor biasa kini sudah lebih ijaksana untuk menghindari obligasi berimbalhasil tinggi macam itu. Walaupun umumnya mereka tetap bisa memperoleh hasil yang lebih baik dalam hal return keseluruhan dibandingkan obligasi kelas-satu, obligasi macam ini menghadapkan pemilik pada terlalu banyak risiko perkembangan merugikan, berkisar dari penurunan harga secara drastis hingga gagal bayar. (Benar adanya bahwa peluang untung cukup sering terjadi pada obligasi kelas lebih rendah, namun ini membutuhkan studi dan keahlian khusus untuk bisa mengeksploitasinya dengan benar.)*

Barangkali perlu kami tambahkan di sini bahwa ba­tasan yang dikenakan oleh Kongres terhadap penerbitan obligasi langsung pemerintah AS telah menghasilkan setidaknya dua jenis “peluang untung" (bargain opportunities') bagi investor dalam membeli obligasi terbitan pemerintah. Yang pertama diberikan oleh obligasi bebas pajak "New Housing," dan yang kedua oleh New Community Debentures yang baru-baru ini diterbitkan (dan dikenai pajak). Penawaran obligasi New Housing pada bulan Juli 1971 memberikan imbal hasil sebesar 5,8%, bebas dari pajak Federal dan negara bagian, sementara obligasi New Community (kena pajak) yang dijual pada bulan September 1971 memberikan imbal hasil 7,60%. Kedua obligasi memiliki dukungan "kepercayaan dan kehormatan penuh" dari pemerintah AS dan dengan demikian tak perlu diragukan lagi keamanannya. Selain itu—berdasarkan nilai bersih—imbal hasilnya lebih tinggi ketimbang obligasi-obligasi pemerintah AS biasa.*


Deposit Tabungan sebagai Pengganti Obligasi

Seorang investor sekarang bisa memperoleh tingkat bunga dari simpanan di bank komersial atau bank devisa
(atau dari sebuah sertifikat deposito) yang sama tingginya dengan yang bisa ia peroleh dari obligasi jangka pendek kelas satu. Tingkat bunga simpanan pada bank bisa menurun di masa datang, namun dalam kondisi saat ini simpanan merupakan pengganti yang tepat untuk investasi obligasi jangka pendek seorang individu.


Sekuritas Konvertibel (Convertible Issues)

Ini akan dibahas dalam Bab 16. Variabilitas harga obligasi secara umum akan dibahas dalam Bab 8, Investor dan Fluktuasi Pasar.


Hak Tebus (Call Provisions)

Dalam edisi-edisi terdahulu, kami telah membahas cukup panjang tentang aspek pendanaan obligasi yang satu ini, karena sifatnya sangat tak adil terhadap investor namun jarang disadari. Kasus karakteristiknya, obligasi bisa ditebus tak lama setelah diterbitkan, dengan tingkat premium sedang—katakan 5%—di atas harga obligasi. Ini berarti bahwa selama satu periode fluktuasi besar pada tingkat bunga, investor harus memikul beban penuh atas adanya perubahan merugikan, namun tidak mendapat apa-apa kecuali bagian yang kecil bila terjadi perubahan menguntungkan.

Contoh: Contoh standar kami adalah penerbitan obligasi berumur 100 tahun dengan tingkat bunga 5% oleh American Gas & Electric, yang dijual ke publik senilai 101 pada tahun 1928. Empat tahun kemudian, dalam kondisi nyaris panik, harga obligasi berkualitas baik ini jatuh ke 6214, dengan imbal hasil 8%. Pada tahun 1946, pada masa pemulihan, obligasi jenis ini bisa dijual dan menghasilkan imbal hasil hanya 3%, dan terbitan yang berbunga 5% seharusnya bisa ditutup dengan harga 160. Namun, pada titik itu, perusahaan mengambil keuntungan dengan hak tebus yang mereka miliki dan mengganti obligasi hanya seharga 106.
Fitur tebus yang dimiliki obligasi ini adalah contoh tipuan halus (dua sisi koin) "jika muncul kepala, saya menang, jika muncul ekor, Anda kalah". Lama setelah itu, berbagai institusi pembeli obligasi menolak menerima aturan tak adil ini; pada tahun-tahun mutakhir, sebagian besar obligasi jangka panjang berbunga tinggi telah dilindungi dari penebusan untuk jangka waktu 10 tahun atau lebih setelah penerbitannya. Ini masih membatasi kemungkinan kenaikan harga, namun tetap adil.
Dalam pengertian praktis, kami menyarankan in­vestor pemilik obligasi jangka panjang untuk mengorbankan sedikit imbal hasil guna memperoleh jaminan peniadaan hak tebus—katakan untuk 20 atau 25 tahun. Juga ada keuntungan membeli obligasi kupon rendah* dengan diskon harga ketimbang obligasi berbunga tinggi yang dijual seputar nilai nominal dan boleh ditebus dalam beberapa tahun. Ini karena diskon—misalnya obligasi berbunga 372% dengan nilai setelah diskon 6314%, berimbal hasil 7,85%—memberikan perlindungan penuh dari tindakan penebusan merugikan oleh emiten.


Saham Preferen Langsung (Non-konvertibel)

Beberapa observasi umum harus dilakukan di sini terhadap saham preferen. Saham preferen yang benar-benar baik berpeluang untuk, dan bahkan memang sudah muncul, namun saham yang baik tersebut bertolak belakang dengan bentuk investasinya yang secara inheren buruk. Tipikal pemegang saham preferen menggantungkan keamanannya pada kemampuan dan keinginan perusahaan untuk membayar dividen saham biasa perusahaan bersangkutan. Begitu dividen saham biasa dihilangkan, atau terancam tidak bisa dibayar, posisi mereka sendiri menjadi goyah, karena dewan direktur tidak punya kewajiban untuk membayar mereka (pemegang saham preferen), kecuali mereka juga membayar (dividen) pemegang saham biasa. Di sisi lain, saham preferen tidak memiliki hak terhadap laba perusahaan melebihi tingkat dividen yang fixed. Dengan demikian, pemegang saham preferen tidak memiliki klaim hukum seperti pemegang obligasi (kreditur) dan tidak memiliki klaim laba seperti dimiliki oleh pemegang saham biasa (partner).

Kelemahan posisi legal pada saham preferen sering muncul ke permukaan pada periode-periode depresi. Hanya sebagian kecil dari segala jenis saham preferen benar-benar terlindungi untuk menjaga status investasi yang tak diragukan dalam perubahan kondisi macam apa pun. Pengalaman mengajarkan bahwa saat untuk membeli saham preferen adalah ketika harganya tertekan sangat kuat oleh masalah yang sifatnya temporer. (Pada saat seperti itu, saham ini cocok sekali bagi investor agresif, namun terlalu inkonvensional bagi investor defensif.)

Dengan kata lain, saham preferen sebaiknya dibeli dengan basis harga miring atau tidak sama sekali. Kita nanti akan membicarakan surat-surat berharga konvertibel dan memiliki keistimewaan serupa, yang memiliki peluang tertentu atas laba perusahaan. Jenis ini tidak biasa dipilih untuk portofolio konservatif.

Ada keanehan lain pada posisi saham preferen yang patut disebutkan di sini. Saham ini memiliki status pajak yang lebih baik bagi pembeli korporat dibandingkan dengan pembeli individual. Perusahaan pembeli saham ini hanya membayar pajak penghasilan 15% dari pendapatan yang diterimanya dalam bentuk dividen, namun jumlah pajak yang penuh atas pendapatan bunga biasa. Oleh karena tingkat bunga korporat pada tahun 1972 adalah 48%, ini berarti dari $100 yang diterima sebagai dividen saham preferen hanya $7,20 yang dikenai pajak, sementara $100 yang diterima dalam bentuk bunga obligasi dikenai pajak S48. Di sisi lain, investor individual membayar pajak yang sama jumlahnya untuk investasi saham preferen dan bunga obligasi, kecuali beberapa pembebasan kecil akhir-akhir ini. Dengan demikian, logikanya, semua saham preferen untuk tujuan investasi sebaiknya dibeli oleh perusahaan, sama halnya dengan obligasi bebas pajak sebaiknya dibeli oleh investor yang membayar pajak penghasilan.*


Bentuk-Bentuk Sekuritas

Bentuk obligasi dan bentuk saham preferen, yang dibicarakan sejauh ini, adalah jenis yang dimengerti dengan baik dan relatif sederhana. Seorang pemegang obligasi memiliki hak untuk menerima penghasilan berupa bunga dalam jumlah tetap dan pembayaran prinsipal pada tanggal yang telah ditetapkan. Pemilik saham preferen berhak atas dividen yang fixed, dan tak ada lagi selain itu, yang harus dibayar sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa. Nilai pokoknya tidak jatuh tempo dalam jangka waktu tertentu. (Dividen bisa akumulatif atau nonakumulatif. Pemegang saham bisa memiliki atau tak memiliki hak suara.)

Penjelasan di atas menggambarkan provisi standar mayoritas obligasi dan saham preferen, namun yang berbeda dari ciri tersebut juga tidak terhitung jumlahnya. Jenis yang paling dikenal adalah sekuritas yang bisa dipertukarkan (convertible) dan berbagai jenis yang serupa itu, serta obligasi pendapatan. Untuk jenis yang disebut terakhir ini, bunga tidak harus dibayarkan kecuali perusahaan memperoleh laba. (Bunga yang tak dibayar bisa diakumulasi sebagai beban laba masa datang, namun periodenya biasanya dibatasi hingga tiga tahun.)

Obligasi pendapatan sebaiknya digunakan oleh perusahaan secara lebih ekstensif dari penggunaannya sekarang ini. Keengganan sepertinya muncul dari semata mata kecelakaan sejarah ekonomi—yaitu, bahwa obligasi ini pertama kali digunakan secara luas pada reorganisasi usaha kereta api, sehingga sejak awal telah dikaitkan dengan kesan kondisi keuangan lemah dan status investasi buruk. Namun, jenis ini sendiri memiliki beberapa
keunggulan praktis, terutama bila dibandingkan dengan, dan jika dijadikan pengganti, berbagai terbitan saham preferen (konvertibel) dewasa ini. Yang paling utama dalam hal ini adalah deduktibilitas bunga yang dibayarkan dari pendapatan sebelum pajak perusahaan, yang berdampak memangkas biaya modal jenis tersebut menjadi hanya setengahnya. Dari sisi investor, mungkin dalam hampir setiap kasus, yang terbaik baginya adalah untuk (1) memiliki hak yang pasti untuk memperoleh pembayaran bunga ketika pendapatan diterima oleh perusahaan, dan (2) memiliki hak memperoleh bentuk perlindungan lain, selain dari prosedur hukum kebangkrutan jika bunga tidak bisa diterima dan dibayarkan. Syarat-syarat obligasi pendapatan bisa disesuaikan dengan keinginan peminjam dan pemberi pinjaman untuk memberikan keuntungan maksimum bagi kedua belah pihak. (Hak konversi, tentu saja, bisa dimasukkan). Penerimaan oleh semua orang terhadap jenis saham preferen yang jelas-jelas lemah dan penolakan terhadap jenis obligasi pendapatan yang sebenarnya lebih kuat adalah gambaran luar biasa tentang bagaimana institusi dan perilaku tradisional cenderung untuk bertahan di Wall Street, terlepas dari adanya kondisi baru yang menuntut sudut pandang baru. Dengan setiap gelombang optimisme dan pesimisme baru, kita siap untuk melepaskan sejarah dan prinsip-prinsip yang telah teruji, namun kita tetap berpegang dengan erat dan kuat pada prasangka kita.


KOMENTAR BAB 4


Jika Anda hanya pasrah menunggu peluang, tanpa disadari tiba-tiba Anda tidak memiliki keberuntungan lagi.

—Pelatih bola basket, Pat Riley


Seberapa agresif seharusnya portofolio Anda? Hal itu, kata Graham, lebih cenderung bergantung pada karakteristik Anda sebagai seorang investor ketimbang jenis investasi yang Anda punyai. Ada dua cara untuk menjadi seorang investor pintar:

• Terus-menerus meneliti, menyeleksi, dan memonitor bauran dinamis berbagai saham, obligasi, atau mutual funds;
• Menciptakan portofolio permanen yang berjalan dengan sendirinya dan tak memerlukan usaha lebih lanjut (namun cara ini hanya memberikan sedikit keasyikan).

Graham menyebut pendekatan yang pertama sebagai "aktif" atau "berani". Pendekatan ini memerlukan banyak waktu dan energi, sedangkan strategi "pasif atau "defensif hanya memerlukan sedikit waktu atau usaha. Namun, membutuhkan kesederhanaan total dan kerendahan hati untuk tidak tergoda oleh hirukpikuk dan gemerlapnya pasar. Sebagai seorang pemikir investasi,
Charles Ellis menjelaskan, pendekatan agresif adalah pendekatan melelahkan secara fisik dan intelektual, sedangkan pendekatan defensif sangat membutuhkan pengendalian emosi.*

Jika Anda memiliki banyak waktu, berkarakter kompetitif, berpikir seperti seorang penggemar olahraga, dan menikmati tantangan intelektual yang rumit, maka pendekatan aktif akan cocok bagi Anda. Jika Anda selalu merasa terburu waktu, menginginkan kemudahan, dan tak terlalu memikirkan uang, maka pendekatan pasif cocok untuk Anda. (Sebagian orang merasa nyaman dengan menggabungkan kedua metode—menyusun portofolio yang sebagian besar aktif dan sebagian pasif, atau sebaliknya.)

Kedua pendekatan tersebut sama pintarnya, dan Anda bisa sukses dengan pilihan mana pun—namun hanya jika Anda mengenali diri Anda dengan sangat baik sehingga tahu mana yang harus Anda pilih, berpegang teguh pada pilihan Anda sepanjang usia investasi Anda, dan tetap menjaga dana dan emosi Anda terkendali. Pembedaan yang dibuat oleh Graham antara investor aktif dan pasif adalah salah satu alat peringatan dari Graham bahwa risiko finansial tidak hanya ada di tempat kita mencarinya— baik dalam perekonomian atau dalam investasi kita—tetapi juga ada dalam diri kita sendiri.


KEBERANIAN MEMBAWA UNTUNG, ATAU MALAH BUNTUNG?


Jadi, bagaimana seorang investor defensif sebaiknya mulai? Keputusan pertama dan utama adalah seberapa besar jumlah yang akan ditanam dalam saham dan seberapa besar dalam obligasi dan kas (tunai). (Harap dicatat bahwa Graham dengan sengaja menempatkan bahasan ini setelah bab tentang inflasi, membekali Anda denganpengetahuan bahwa inflasi adalah salah satu musuh terbesar Anda.)

Hal paling mencolok dari diskusi Graham tentang bagaimana mengalokasikan aset Anda antara saham dan obligasi adalah bahwa ia tak pernah menyinggung kata “usia". Ini menunjukkan bahwa nasihatnya jelas-jelas bertentangan dengan kelaziman umum—yang menyatakan bahwa besarnya risiko investasi yang sebaiknya Anda tanggung sangat bergantung pada usia Anda.« Aturan praktis tradisional mengatakan bahwa Anda harus mengurangkan angka 100 dengan umur Anda dan investasikan aset Anda sebesar persentase tersebut dalam bentuk saham, dan sisanya dalam bentuk obligasi atau kas. (Orang berusia 28 tahun akan menempatkan 72% uangnya dalam bentuk saham; orang berusia 81 tahun akan menempatkan hanya 19% dalam bentuk saham.) Sama seperti hal lain, asumsi ini menjadi tidak ampuh lagi pada akhir 1990-an. Pada 1999, sebuah buku populer berargumen bahwa jika Anda belum berusia 30 tahun, Anda sebaiknya menempatkan 95% uang Anda dalam bentuk saham—walaupun Anda hanya memiliki toleransi yang "moderat" terhadap risiko.+

Kecuali jika Anda mau membiarkan orang yang menciptakan nasihat ini untuk mengurangkan angka 100 dengan IQ Anda, Anda seharusnya bisa mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah di sini. Mengapa usia Anda mesti menentukan batasan risiko yang bisa Anda tanggung? Bila seseorang berusia 89 tahun memiliki uang $3 juta, dengan uang pensiun berlimpah, dan segerombolan cucu, akan bodoh sekali jika ia memindahkan sebagian besar uangnya dalam bentuk obligasi. Ia telah memiliki pendapatan besar, dan cucunya (yang akan mewarisi saham-sahamnya) memiliki masa investasi berpuluh tahun ke depan. Pada sisi lain, bagi seseorang berusia 25 tahun yang sedang menabung untuk pernikahannya dan untuk membayar uang muka pembelian sebuah rumah, adalah gila jika ia menempatkan seluruh uangnya dalam bentuk saham. Jika pasar saham turun drastis, maka ia tidak memiliki pendapatan dari obligasi untuk menutupi kejatuhan sahamnya—juga kejatuhan dirinya.

Lebih dari itu, tak peduli berapa pun mudanya Anda, Anda mungkin dengan tiba-tiba harus menarik uang Anda dari investasi saham, bukan 40 tahun dari sekarang, namun 40 menit dari sekarang. Tanpa peringatan sedikit pun, Anda bisa kehilangan pekerjaan Anda, bercerai, menjadi orang cacat, atau menderita guncangan lain yang tidak pernah Anda kira sebelumnya. Hal tak terduga bisa menyerang siapa saja, usia berapa saja. Setiap orang harus menyimpan sebagian hartanya dalam bentuk uang tunai yang bebas risiko.

Terakhir, banyak orang berhenti berinvestasi persis karena pasar saham menurun. Para psikolog telah menunjukkan bahwa sebagian besar dari kita sangat buruk dalam memprediksi bagaimana kita akan menyikapi peristiwa yang membebani kita secara emosional di masa datang.- Ketika saham naik 15% hingga 20% dalam setahun, seperti yang terjadi pada dasawarsa 1980-an dan 1990-an, terbayang bahwa Anda dan saham Anda memang berjodoh untuk seumur hidup. Tetapi, ketika Anda melihat setiap dolar yang Anda investasikan berkeping-keping menjadi sen, Anda pasti takkan tahan untuk tidak menyelamatkan uang Anda ke dalam bentuk obligasi dan kas yang "aman". Alih-alih membeli dan menyimpan saham, banyak orang yang ujung-ujungnya membeli mahal, menjual murah, dan pada akhirnya tak bisa apa-apa lagi kecuali gigit jari. Karena sangat sedikit investor memiliki keberanian untuk tetap memegang saham pada saat pasar sedang jatuh, Graham bersiteguh agar setiap orang memelihara investasinya setidaknya 25% dalam bentuk obligasi. Jaring pengaman itu, katanya, akan memberi Anda keberanian untuk meletakkan sisa uang Anda dalam bentuk saham, walaupun saat saham tersebut sedang berkinerja buruk.

Untuk bisa memprediksi dengan lebih baik seberapa besar risiko yang dapat Anda tanggung, coba Anda pikirkan berbagai situasi fundamental dalam hidup Anda, kapan situasi itu akan terjadi, kapan akan berubah, dan dengan cara bagaimana itu akan memengaruhi kebutuhan Anda terhadap uang tunai:

• Apakah Anda lajang atau menikah? Apa pekerjaan pasangan Anda?

• Apakah Anda telah atau akan memiliki anak? Kapan mereka harus sekolah?

• Apakah Anda akan mewarisi uang, ataukah Anda akan memiliki tanggungan keuangan untuk merawat orangtua yang uzur dan sakit-sakitan? Faktor-faktor apa yang akan menghancurkan karier Anda? (Jika Anda bekerja pada sebuah bank atau perusahaan pengembang, lonjakan tingkat bunga bisa membuat Anda kehilangan pekerjaan. Jika Anda bekerja pada perusahaan manufaktur kimia, kenaikan harga minyak bisa jadi berita buruk.) Jika Anda berwiraswasta, berapa lama bisnis seperti yang Anda geluti biasanya bertahan?

• Apakah Anda ingin investasi yang Anda miliki menambah pendapatan tunai anda? (Secara umum, obligasi bisa; saham tidak bisa.)

• Dengan memperhitungkan tingkat gaji dan pengeluaran Anda, seberapa banyak uang yang sanggup Anda biarkan hilang dalam investasi Anda?


Jika, setelah mempertimbangkan faktor-faktor ini, Anda merasa bisa menanggung risiko inheren yang lebih tinggi melalui kepemilikan saham dalam jumlah lebih besar, maka Anda berada di sekitar batasan minimum 25% dalam bentuk obligasi atau kas yang disarankan Graham. Jika tidak, maka sebisa mungkin hindarilah saham, dengan kecenderungan pilihan ke arah maksimum 75% dalam bentuk obligasi atau kas. (Untuk tahu apakah Anda bisa meningkatkannya menjadi 100%, lihat kotak pada halaman 142.)

bunga akan mengarah atau apakah Anda pikir Dow akan segera terjun bebas. Beberapa perusahaan mutual fund, termasuk T. Rowe Price, mungkin segera memperkenalkan layanan yang secara otomatis akan menyeimbangkan- ulang portofolio 401 (k) Anda sesuai dengan target yang telah Anda tetapkan sebelumnya, sehingga Anda tak perlu membuat keputusan aktif.


MENGAPA TIDAK SAHAM 100 % ?

Graham menasihati Anda agar jangan pernah memiliki lebih dari 75% dari keseluruhan aset Anda dalam bentuk saham. Namun, apakah menempatkan seluruh uang Anda dalam pasar saham tidak dianjurkan untuk setiap orang? Untuk sebagian kecil investor, portofolio 100% terdiri dari saham bisa jadi masuk akal. Anda adalah salah satu dari mereka jika Anda: telah menyisihkan uang yang cukup untuk menopang hidup keluarga Anda setidaknya untuk satu tahun, akan terus berinvestasi secara teratur, setidaknya selama 20 tahun ke depan, telah lolos dari pasar bearish yang dimulai tahun 2000, tidak menjual saham selama pasar bearish yang dimulai tahun 2000, membeli saham lebih banyak selama pasar bearish yang dimulai tahun 2000; dan Telah membaca Bab 8 buku ini dan mengimplementasikan rencana formal untuk mengendalikan perilaku investasi Anda.

Kecuali Anda bisa dengan jujur melalui semua ujian di atas, jangan coba-coba menempatkan seluruh uang Anda dalam bentuk saham. Siapa pun yang panik pada pasar bearish sebelumnya akan panik pada pasar bearish berikutnya—dan akan menyesal tidak memiliki jaring pengaman berupa kas atau obligasi.


BERBAGAI PILIHAN DALAM INVESTASI PENDAPATAN

Pada masa Graham, investor obligasi menghadapi dua pilihan mendasar: Wajib pajak atau bebas pajak? Jangka pendek atau jangka panjang? Pada masa kini ada pilihan ketiga: Obligasi atau fund obligasi?

Wajib pajak atau bebas pajak? Kecuali Anda me­miliki struktur pajak terendah,« Anda sebaiknya membeli hanya obligasi bebas pajak (munisipal) di luar rekening pensiun Anda. Jika tidak, pendapatan obligasi Anda akan terlalu banyak dikenai pajak oleh IRS (kantor pajak). Satusatunya tempat untuk memegang obligasi kena pajak adalah dalam 401 (k) Anda atau dalam rekening bebas pajak lainnya. Di sini, Anda tak akan terutang pajak atas pendapatan obligasi—dan di sini juga obligasi munisipal tak memiliki tempat, karena keuntungan pajaknya ter­buang percuma.*

Jangka pendek atau jangka panjang? Obligasi dan tingkat bunga bagaikan dua orang yang berada pada dua ujung papan jungkat-jungkit: Jika tingkat bunga naik, harga obligasi akan turun—walaupun obligasi jangka pendek jatuh tidak sejauh obligasi jangka panjang. Sebaliknya, jika tingkat bunga jatuh, harga obligasi naik—dan obligasi jangka panjang akan berkinerja lebih baik ketimbang obligasi jangka pendek.* Anda bisa memisahkan perbedaan itu hanya dengan membeli obligasi jangka menengah yang jatuh tempo dalam lima hingga 10 tahun—yang tidak melonjak naik ketika sisi jungkat-jungkit mereka naik, tetapi tak akan pula terempas ke tanah. Bagi sebagian besar investor, obligasi jangka menengah adalah pilihan paling simpel, karena obligasi ini membuat Anda tak perlu menduga-duga apa yang akan terjadi dengan tingkat bunga.

Obligasi atau fund obligasi? Karena obligasi biasa­nya dijual dalam lot senilai $10.000 dan Anda butuh minimum 10 obligasi untuk mendiversifikasi risiko yang bisa timbul bila salah satunya anjlok, membeli obligasi secara individual (per lembar) tidaklah masuk akal kecuali jika Anda memiliki setidaknya $100.000 untuk diinvestasikan. (Satu-satunya pengecualian adalah obligasi yang diterbitkan oleh U.S. Treasury, karena obligasi ini dilindungi penuh oleh kekuatan pemerintah AS dari kegagalan kewajiban.)

Fund obligasi menawarkan diversifikasi yang murah dan mudah, ditambah dengan pendapatan bulanan lumayan, yang bisa Anda reinvestasi lagi ke dalam fund tersebut dengan tingkat bunga saat ini tanpa perlu membayar komisi. Untuk sebagian besar investor, fund obligasi jauh lebih unggul daripada obligasi individual (pengecualian utamanya adalah sekuritas Treasury dan beberapa obligasi munisipal.) Berbagai perusahaan besar seperti Vanguard, Fidelity, Schwab, dan T. Rowe Price menawarkan banyak menu fund obligasi dengan biaya murah.«

Berbagai pilihan bagi para investor obligasi telah berkembang biak dengan cepat seperti kelinci, jadi mari kita update daftar Graham untuk tahu apa saja yang saat ini tersedia. Per 2003, tingkat bunga telah turun sedemikian rendah sehingga investor sangat lapar terhadap imbal hasil, namun ada banyak jalan untuk memperbesar pendapatan bunga Anda tanpa perlu mengambil risiko berlebihan.* Gambar 4-1 meringkas berbagai pro dan kontra. Sekarang mari kita lihat sejumlah jenis investasi obligasi yang bisa memenuhi kebutuhan tertentu.


KAS BUKAN SAMPAH

Bagaimana caranya memperoleh pendapatan lebih banyak lagi dari kas Anda? Investor pintar sebaiknya mem­pertimbangkan untuk pindah dari sertifikat deposito bank atau rekening pasar uang—yang akhir-akhir ini menawarkan return sangat kecil—ke beberapa alternatif kas berikut ini:

Sekuritas Treasury, sebagai obligasi pemerintah AS, hampir tak memiliki risiko kredit—karena, alih-alih menelantarkan utangnya, Paman Sam bisa saja menaikkan pajak atau mencetak uang sesuai keinginannya. Treasury bill (obligasi jangka pendek pemerintah) jatuh tempo dalam waktu empat, 13, atau 26 minggu. Karena jangka waktu jatuh temponya yang sangat singkat, T-bills hampir tak pernah terpengaruh ketika kenaikan tingkat bunga menjatuhkan harga investasi pendapatan yang lain; namun, utang Treasury berjangka waktu lebih lama, sangat terpengaruh ketika tingkat bunga meningkat. Pendapatan bunga dari sekuritas Treasury biasanya bebas dari pajak negara bagian (tetapi tidak dari pajak Federal). Selain itu, dengan uang sebesar $3,7 triliun ada di tangan publik, pasar untuk utang Treasury sangat besar, sehingga Anda bisa langsung menemukan pembeli jika Anda ingin menarik kembali uang Anda sebelum surat utang tersebut jatuh tempo. Anda bisa membeli Tbills, surat utang jangka pendek, dan obligasi jangka panjang langsung dari pemerintah, tanpa perlu mengeluarkan biaya

broker, di www.publicdebt.treas.gov. (Lebih lanjut tentang TIPS yang terlindungi dari inflasi, lihat komentar tentang Bab 2.)

Savings bonds (obligasi tabungan), berbeda de­ngan Treasury, ini tidak diperdagangkan; Anda tak bisa menjualnya ke investor lain, Anda akan didenda sebesar tiga bulan bunga jika Anda menguangkannya kurang dari lima tahun. Dengan demikian, jenis ini terutama cocok sebagai "uang sisihan" untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran di masa datang—seperti hadiah untuk hari besar religius bertahun-tahun dari sekarang, atau menabung agar bayi Anda nanti bisa sekolah ke Han/ard. Obligasi ini memiliki pecahan kecil hingga $25, sehingga ideal sebagai hadiah bagi cucu Anda. Bagi investor yang cukup percaya diri dalam menyisihkan sebagian uang untuk dibiarkan tidak disentuh hingga bertahun-tahun kemudian, "I-bonds" yang terlindungi dari inflasi dewasa ini menawarkan imbal hasil menarik, sekitar 4%. Untuk mengetahuinya lebih jauh, lihatwww.savingbonds.gov.


BERGERAK KE LUAR PAMAN SAM

Sekuritas Hipotek {mortgage securities). Dikumpulkan bersama dari ribuan hipotek yang ada di seluruh AS, berbagai obligasi ini diterbitkan oleh agensi seperti Federal National Mortgage Association ("Fannie Mae") atau oleh Government National Mortgage Association ("Ginnie Mae”). Namun, sekuritas ini tidak didukung oleh pemerintah AS (Treasury), sehingga dijual dengan imbal hasil tinggi untuk mengompensasi risikonya yang juga lebih tinggi. Obligasi hipotek biasanya memiliki kinerja rendah jika tingkat bunga turun dan booming jika tingkat bunga naik. (Dalam jangka panjang, fluktuasi tersebut cenderung menjadi berimbang dan rata-rata imbal hasil yang tinggi tercapai.) Obligasi hipotek yang bagus tersedia dari Vanguard, Fidelity, dan Pimco. Namun, jika ada broker mencoba-coba untuk menjual kepada Anda sebuah obligasi hipotek individual atau "CMO", katakan padanya bahwa Anda sedang buru-buru untuk menemui proktolog anda.

Anuitas (annuities). Investasi yang mirip asuransi ini memungkinkan Anda untuk menunda pembayaran pajak dan memperoleh aliran pendapatan setelah Anda pensiun. Anuitas tetap (fîxed) menawarkan satu set tingkat return; anuitas variabel menawarkan return yang berfluktuasi. Namun di sini, seorang investor defensif harus benar-benar bertahan dari bujukan gigih agen asuransi, broker saham, dan perencana keuangan yang menjual anuitas secara ketengan dengan biaya luar biasa tinggi. Dalam sebagian besar kasus, biaya tinggi dalam memiliki anuitas—termasuk "biaya menyerah" (surrender charges") yang akan menggerogoti penarikan dini Anda—akan mengalahkan manfaatnya. Sejumlah kecil anuitas yang baik adalah dibeli, bukan dijual; jika sebuah anuitas memberikan komisi besar bagi penjualnya, ada kemungkinan anuitas itu akan memberikan hasil sedikit bagi pembelinya. Pertimbangkan hanya yang bisa Anda beli langsung dari penyedia (provider) dengan biaya sangat rendah seperti Ameritas, TIAA-CREF, dan Vanguard.*

Saham preferen. Saham preferen adalah investasi paling buruk dilihat dari sisi mana pun. Saham ini tidak seaman obligasi, karena hanya memiliki klaim sekunder atas aset perusahaan jika perusahaan bangkrut. Selain itu, saham ini menawarkan potensi laba yang lebih kecil ketimbang saham biasa, karena perusahaan biasanya "memanggil" (atau secara paksa membeli kembali) saham preferen ketika tingkat bunga menurun atau peringkat kredit perusahaan meningkat. Berbeda dengan pembayaran bunga pada sebagian besar obligasinya, perusahaan penerbit tak bisa memisahkan pembayaran dividen saham preferen dengan tagihan pajak perusahaan. Tanya diri Anda: Jika perusahaan ini cukup sehat dan pantas saya jadikan sebagai tempat berinvestasi, mengapa ia memilih membayar dividen yang besar untuk saham preferennya ketimbang menerbitkan obligasi dan memperoleh pengurangan pajak? Jawaban yang mungkin adalah bahwa perusahaan tersebut tidak sehat, pasar untuk obligasinya sudah jenuh, dan Anda seharusnya mendekati saham preferennya seperti Anda mendekati ikan mati yang tidak disimpan di lemari es.

Saham biasa. Kunjungan ke penyaring saham di http://screen.yahoo.com/stocks.html pada awal 2003 menunjukkan bahwa 115 saham di indeks Standard & Poor's 500 memiliki imbal hasil dividen 3,0% atau lebih. Tak seorang pun investor pintar, tak peduli betapa laparnya ia akan imbal hasil, akan mau membeli saham hanya untuk pendapatan dividen belaka; perusahaan dan bisnisnya harus solid, dan harga sahamnya harus masuk akal. Namun, akibat dari pasar bearish yang mulai tahun 2000, beberapa saham terkemuka sekarang memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi Treasury. Jadi, seorang investor paling defensif sekalipun harus menyadari bahwa menambahkan saham secara selektif ke dalam portofolio 100% obligasi atau hampir seluruh obligasi bisa meningkatkan imbal hasilnya—dan meningkatkan return potensialnya.• 


Comments

Membaca dimana & kapan saja

DAFTAR BUKU

The Subtle Art Of No Giving a Fuck - Mark Manson - 01

Intelligent Investor - Benjamin Graham - 00

Soros Unauthorized Biography - Robert Slater - 27

Sapiens - Yuval Noah Harari - 01

Intelligent Investor - Benjamin Graham - 01

A Man for All Markets - Edward O.Thorp - 01

The Subtle Art Of No Giving a Fuck - Mark Manson - 02