Intelligent Investor - Benjamin Graham - 05

BAB 5
Investor Defensif dan Saham Biasa 



Keunggulan investasi saham biasa

Dalam buku edisi pertama (1949), kami memandang perlu pada titik ini untuk menyisipkan penjelasan panjang tentang pemasukan sejumlah besar komponen saham biasa dalam semua portofolio investasi.- Saham biasa pada umumnya dipandang sebagai investasi yang sangat spekulatif dan dengan demikian menjadi tak aman; saham biasa telah turun cukup tajam dari level yang tinggi pada 1946. Namun, alih-alih bisa menarik investor karena harga miringnya, penurunan ini telah memberi efek sebaliknya karena menghancurkan kepercayaan terhadap ekuitas (dana modal) berbentuk sekuritas. Kami telah berkomentar tentang situasi berlawanan yang berkembang selama 20 tahun setelah itu, ketika kenaikan tajam harga saham membuatnya terlihat sebagai investasi yang aman dan menguntungkan pada level rekor tertinggi, padahal sebenarnya mungkin saja memiliki tingkat risiko besar.+

Argumen yang kami buat untuk saham biasa pada tahun 1949 memiliki dua poin utama. Pertama, saham biasa menawarkan tingkat perlindungan memadai terhadap erosi yang terjadi pada uang investor oleh karena inflasi, sementara obligasi tidak memberikan perlindungan sama sekali. Kedua saham biasa menawarkan return rata-rata yang lebih tinggi bagi investor dari tahun ke tahun. Ini dihasilkan baik oleh pendapatan rata-rata dividen yang melebihi imbal hasil obligasi kualitas baik, maupun oleh kecenderungan mendasar nilai pasar untuk meningkat dari tahun ke tahun sebagai konsekuensi re-investasi laba ditahan.

Walaupun kedua keuntungan ini memiliki arti sangat penting—dan telah membuat saham memiliki catatan yang lebih baik dibandingkan dengan obligasi dalam jangka panjang di masa lalu—kami telah secara konsisten memperingatkan bahwa manfaat ini bisa hilang oleh pembeli saham jika ia membayar saham yang ia beli dengan harga terlalu tinggi, Jelas inilah yang terjadi pada tahun 1929, dan butuh 25 tahun bagi level pasar untuk mendaki kembali ke titik tempatnya terjun bebas pada tahun 1929-1932.* Sejak tahun 1957, saham biasa telah sekali lagi, karena harga tingginya, kehilangan keuntungan
tradisionalnya, yaitu imbal hasil dividen, akibat dikalahkan tingkat bunga obligasi.* Masih harus terus dilihat apakah faktor inflasi dan faktor pertumbuhan ekonomi di masa datang akan mengompensasi perkembangan yang sangat buruk ini.

Pembaca dapat melihat dengan jelas bahwa kami tak memiliki antusiasme pada saham biasa secara umum saat level DJIA 900 di akhir tahun 1971. Dengan alasan-alasan yang telah diutarakan sebelumnya,- kami merasa bahwa investor defensif tak akan ambil risiko untuk tidak memiliki proporsi saham biasa yang besar dalam portofolionya, walaupun ia harus menganggapnya sebagai pilihan buruk nomor dua—pilihan paling buruk adalah risiko pada portofolio 100% obligasi (tanpa saham).


Beberapa Pedoman Investasi Komponen Saham Biasa

Pemilihan saham biasa untuk portofolio investor defensif adalah suatu hal yang relatif sederhana. Berikut ini kami berikan beberapa aturan untuk diikuti:

1. Harus ada diversifikasi yang memadai walaupun tidak berlebihan. Ini bisa berarti setidaknya ada 10 saham yang berbeda dan maksimum sekitar 30. +

2. Setiap perusahaan yang dipilih harus besar, terkemuka, dan didanai secara konservatif. Meskipun kata-kata sifat ini mem punyai definisi tak terbatas, pengertian umumnya cukup jelas. Observasi tentang poin ini ditambahkan pada akhir bab ini.

3. Tiap-tiap perusahaan harus memiliki sejarah panjang adanya pembayaran dividen yang kontinu. (Semua surat berharga yang tercatat di DJIA memenuhi persyaratan dividen ini pada 1971.) Untuk lebih spesifiknya poin ini, kami menyarankan agar perusahaan yang dipilih telah memulai pembayaran dividen yang kontinu setidaknya sejak 1950.»

4. Investor sebaiknya menerapkan batasan harga yang akan ia bayar untuk suatu surat berharga dalam kaitannya dengan laba rata-rata perusahaan selama, katakan, tujuh tahun terakhir. Kami sarankan
batasan ini ditetapkan 25 kali laba ratarata, dan tidak lebih dari 20 kali laba rata-rata periode 12 bulan terakhir. Namun, batasan tersebut akan mengeliminasi hampir semua perusahaan yang paling kuat dan paling terkenal dari portofolio. Lebih khusus, pembatasan ini membuat seluruh kategori "saham sedang tumbuh" (growth stocks), yang selama bertahun-tahun merupakan saham favorit baik bagi spekulator maupun investor institusional, jadi tak masuk hitungan. Kami harus memberikan alasan untuk pengajuan pengecualian yang sangat drastis ini.



Growth Stocks dan Investor Defensif

Istilah "growth stock" dikenakan pada saham yang telah meningkatkan laba per sahamnya di masa lalu dalam jumlah di atas tingkat pertumbuhan saham biasa secara umum dan diekspektasi akan berlanjut di masa datang. (Beberapa pendapat mengatakan bahwa growth stock sejati adalah saham yang diekspektasi akan menggandakan laba per sahamnya dalam 10 tahun ke depan—dalam arti meningkatkan laba per saham dengan tingkat bunga gabungan tahunan lebih dari 7,1%.)- Jelas bahwa saham jenis ini menarik untuk dibeli dan dimiliki, jika harganya tak berlebihan. Di sinilah letak masalahnya,
tentu saja, karena growth stocks sejak dulu dijual dengan harga tinggi karena laba berjalannya dan laba rata-ratanya yang jauh lebih tinggi pada periode lampau. Hal ini menimbulkan elemen spekulatif yang besar pada growth stocks dan telah menjadikan operasi sukses di bidang ini jauh dari suatu hal yang sederhana.

Growth stock yang paling baik sejak dulu adalah International Business Machines, saham ini telah memberikan balas jasa fenomenal bagi orang yang membelinya bertahun-tahun yang lalu dan terus

mempertahankannya dengan gigih. Namun, kami telah menekankan bahwa "saham biasa terbaik" ini sebenarnya kehilangan 50% harga pasarnya dalam penurunan enam-bulan pada tahun 1961-1962 dan juga dalam persentase yang hampir sama pada tahun 1969-1970.+ Growth stocks lainnya lebih rentan lagi terhadap perkembangan buruk; dalam beberapa kasus tidak hanya harga yang jatuh tetapi juga labanya, sehingga menimbulkan frustasi besar bagi pemiliknya. Contoh lain yang bagus untuk hal ini adalah Texas Instruments, yang dalam enam tahun tumbuh dari 5 ke 256, tanpa membagi dividen, sementara labanya meningkat dari 40 sen menjadi $3,91 per saham. (Perhatikan bahwa harganya meningkat lima kali lebih cepat dari labanya; inilah karakteristik khusus dari saham biasa populer.) Namun, dua tahun kemudian labanya jatuh sebesar hampir 50% dan harganya jatuh sebesar empat-per-lima kali, menjadi $49.*

Para pembaca akan memahami dari contoh-contoh ini mengapa kami menganggap growth stocks secara keseluruhan sebagai sebuah kendaraan yang terlalu tak pasti dan berisiko bagi investor defensif. Tentu saja, berbagai hal luar biasa dapat dicapai dengan pilihan saham yang tepat, dibeli pada tingkat harga yang tepat, kemudian dijual setelah kenaikan besar dan sebelum kemungkinan terjadinya penurunan. Namun, investor awam tidak bisa mengharapkan ini terjadi seperti menemukan uang tumbuh di pohon. Sebaliknya, kami berpikir bahwa kelompok perusahaan besar yang relatif tidak populer, dan dengan demikian bisa diperoleh dengan kelipatan harga yang wajar,- menawarkan pilihan area yang bagus jika tidak bisa disebut spektakuler oleh masyarakat umum. Kami akan mengilustrasikan ide ini dalam bab tentang pemilihan portofolio.

Perubahan Portofolio

Adalah suatu praktik standar untuk menyerahkan semua daftar sekuritas untuk inspeksi periodik guna melihat apakah kualitasnya bisa ditingkatkan. Ini, tentu saja, adalah bagian utama dari layanan yang disediakan untuk klien oleh penasihat investasi. Hampir semua perusahaan broker siap untuk memberikan nasihat terkait, tanpa fee
khusus, sebagai balasan atas komisi yang mereka terima, Beberapa perusahaan broker tetap mengenakan fee atas layanan investasi yang mereka berikan,

Agaknya investor defensif kita sebaiknya mem­peroleh—setidaknya sekali dalam setahun—nasihat sejenis, sehubungan dengan perubahan portofolio seperti yang ia lakukan ketika pertama kali menanam dananya untuk investasi. Oleh karena ia hanya memiliki sedikit keahlian yang bisa ia andalkan, penting baginya untuk memberikan kepercayaan hanya pada perusahaan dengan reputasi terbaik; jika tidak, ia akan jatuh ke tangan yang tak kompeten dan tak bermoral. Penting adanya, dalam semua kondisi, bahwa pada setiap konsultasi ia harus menjelaskan kepada penasihatnya bahwa ia ingin berpegang teguh pada empat pedoman pemilihan saham biasa yang diberikan sebelumnya dalam bab ini. Selain itu, jika daftarnya telah disusun secara kompeten sejak awal, maka tidak banyak perubahan perlu dilakukan.*

Dollar-Cost Averaging

Bursa Efek New York (The New York Stock Exchange = NYSE) telah berusaha cukup keras untuk memperkenalkan "rencana pembelian bulanan", dalam arti investor menyediakan dolar dalam jumlah yang sama setiap bulan untuk membeli satu atau lebih saham biasa. Ini adalah

aplikasi dari satu jenis khusus "investasi formula" {formula investment) yang disebut dengan dollar-cost averaging. Selama kenaikan pasar yang kerap terjadi sejak tahun 1949, hasil dari prosedur tersebut sangat memuaskan, terutama karena hasil tersebut mencegah praktisinya dari tindakan pengonsentrasian pembelian pada waktu yang tidak tepat.

Dalam studi komprehensif Lucile Tomlinson tentang rencana investasi formula,i penulis menyajikan suatu kalkulasi dari hasil dollar-cost averaging pada grup saham yang berasal dari indeks DJIA. Pengujian dilakukan mencakup 23 periode pembelian sepuluh tahunan, periode pertama berakhir tahun 1929, periode terakhir selesai tahun 1952. Setiap pengujian menunjukkan adanya laba baik pada saat penutupan periode pembelian atau dalam lima tahun setelahnya. Indikasi laba rata-rata pada akhir 23 periode pembelian adalah 21,5%, tak termasuk dividen yang diterima. Jelas bahwa dalam beberapa kasus ada depresiasi temporer nilai pasar yang substansial. Tomlinson mengakhiri diskusi tentang formula investasi yang sangat sederhana tersebut dengan kalimat yang menyengat: "Belum ada orang yang bisa menemukan satu formula pun untuk investasi yang bisa digunakan dengan keyakinan begitu tinggi akan kesuksesan besar selain dollar-cost averaging, terlepas dari apa yang terjadi terhadap harga saham.

Dollar-cost averaging bisa saja diragukan, walau secara prinsipil bagus, sebagai suatu praktik yang agak tidak realistis, karena hanya sebagian kecil orang berada dalam kondisi mampu menyediakan uang dalam jumlah yang sama setiap tahun untuk investasi saham biasa selama, katakan, 20 tahun. Tampaknya keraguan ini
nyaris menghilang pada tahun-tahun terakhir ini. Saham biasa sudah diterima secara umum sebagai komponen penting dari program tabungan-investasi yang sehat. Dengan demikian, pembelian saham biasa secara sistematis dan seragam tidak lagi akan menimbulkan masalah psikologis dan keuangan bila dibandingkan dengan pembayaran kontinu sejenis untuk obligasi tabungan AS (US savings bond) dan untuk asuransi jiwa—yang seharusnya menjadi pelengkap. Jumlah bulanannya bisa saja kecil, namun setelah 20 tahun atau lebih hasilnya bisa mengesankan dan penting bagi si penabung.

Situasi Personal Investor

Pada awal bab ini, kami menyinggung sedikit tentang posisi individual pemilik portofolio. Mari kita kembali ke masalah tersebut sebagai latar belakang diskusi kita yang menyusul setelah itu, tentang kebijakan umum. Sejauh mana sebaiknya jenis sekuritas pilihan investor divariasikan menurut kondisi si investor sendiri? Sebagai contoh nyata untuk mewakili berbagai kondisi yang sangat beragam, kita misalkan: (1) seorang janda diwarisi $200.000 untuk menopang hidupnya dan anak-anaknya; (2) seorang dokter sukses, dengan tabungan $100.000 dan tambahan tahunan $10.000; dan (3) seorang pemuda yang memperoleh $200 per minggu dan menabung $10.000 setahun.-

Bagi si janda, masalah untuk hidup dengan pen­dapatannya sangatlah sulit. Di sisi lain, kebutuhan terhadap konservatisme pada investasinya adalah yang paling penting. Pembagian dananya menjadi dua bagian yang sama dalam bentuk obligasi AS dan saham biasa kelas-satu bisa menjadi jalan tengah dan sesuai dengan resep umum kami untuk investor defensif. (Komponen saham bisa dibuat maksimal 75% jika si investor siap secara psikologis untuk keputusan ini, dan jika ia yakin bahwa ia tidak membeli dengan harga terlalu tinggi. Tentunya bukan ini yang terjadi pada awal tahun 1972.)

Kami tidak menghindari kemungkinan bahwa si janda bisa jadi adalah seorang investor agresif, sehingga tujuan dan metodenya sedikit berbeda. Satu hal yang tak boleh dilakukan olehnya adalah tindakan spekulatif untuk "memperoleh penghasilan tambahan1'. Ini berarti mencoba mendapatkan laba atau penghasilan tinggi tanpa peralatan yang memadai untuk menjamin ketercapaiannya. Akan jauh lebih baik baginya untuk menarik $2000 per tahun dari dana pokoknya, guna memenuhi kebutuhannya, daripada mempertaruhkan setengahnya untuk usaha yang tidak memiliki dasar kuat, dan dengan demikian berarti spekulatif.

Si dokter sukses tak memiliki tekanan ataupun paksaan situasi seperti yang dihadapi oleh si janda, namun kami yakin bahwa pilihan-pilihannya sangat mirip. Apakah ia bersedia mencurahkan perhatiannya dengan serius pada bisnis investasi? Jika ia kurang memiliki motivasi atau bakat, maka akan lebih baik jika ia menerima peran mudah sebagai investor defensif. Dengan demikian, pembagian portofolionya tidaklah berbeda dari "tipikal" si janda, dan area pilihan personal dalam menentukan ukuran komponen sahamnya akan sama juga. Dia sebaiknya menginvestasikan tabungan tahunannya
dalam proporsi yang kurang lebih sama dengan dana keseluruhan.

Kebanyakan dokter akan cenderung memilih menjadi investor agresif dibandingkan dengan kebanyakan janda seperti di atas, dan si dokter barangkali lebih cenderung sukses dalam pelaksanaannya. Namun, ia memiliki satu kelemahan penting—fakta bahwa ia memiliki waktu terbatas untuk belajar tentang investasi dan untuk mengelola dananya. Para dokter dalam kenyataan yang sebenarnya terkenal dengan kegagalannya dalam transaksi sekuritas. Ini disebabkan oleh mereka biasanya terlalu percaya diri dengan kecerdasan mereka dan memiliki keinginan kuat untuk memperoleh return besar, tanpa menyadari bahwa untuk bisa melakukannya dengan sukses tak hanya membutuhkan perhatian yang besar, namun juga pendekatan profesional pada nilai-nilai sekuritas.

Terakhir, si pemuda yang menabung s 1000 setahun—dan mengharapkan peningkatan secara bertahap—berhadapan dengan pilihan-pilihan yang sama, walaupun untuk tujuan berbeda. Sebagian dari tabungannya secara otomatis akan ditanam dalam obligasi Seri E. Perimbangannya sangat sederhana sehingga hampir tak perlu baginya untuk menjalani disiplin pendidikan yang ketat dan temperamental untuk bisa menjadi seorang investor agresif. Oleh karena itu, langsung berpaling pada pedoman program standar yang telah kami rumuskan bagi investor defensif adalah keputusan yang paling mudah dan paling logis bagi si pemuda.

Mari kita abaikan sifat dasar manusia pada titik ini. Bisnis keuangan merupakan ajang yang sangat menarik
untuk orang muda cerdas dengan modal terbatas. Mereka ingin menjadi orang yang pintar dan agresif dalam menempatkan tabungannya, walaupun pendapatan dari investasi masih jauh kurang penting dibandingkan dengan gaji mereka. Perilaku ini benar. Terdapat keuntungan besar bagi kapitalis muda untuk memulai pendidikan dan pengalaman keuangannya sejak dini. Jika ia ingin menjadi seorang investor agresif, suatu hal yang pasti bahwa ia dari waktu ke waktu akan membuat kesalahan dan menderita kerugian. Orang muda bisa menanggung kekecewaan ini dan mengambil hikmah darinya. Kami mengimbau para pemula dalam pembelian saham untuk tidak menghambur-hamburkan usaha dan uangnya untuk mencoba menaklukkan pasar. Hendaknya, mereka mempelajari nilai sekuritas dan mulai dengan menguji perhitungan mereka atas harga versus nilai saham, menggunakan modal sekecil mungkin.

Oleh karena itu, kami kembali pada pernyataan, yang dibuat sejak awal, bahwa jenis sekuritas yang akan dibeli dan tingkat pengembalian yang dicari seorang investor tidak bergantung pada sumber daya keuangan si investor, namun bergantung pada peralatan keuangannya, dalam hal ini berupa pengetahuan, pengalaman, dan temperamen.


Catatan tentang Konsep "Risiko"

Adalah suatu hal yang konvensional untuk mengatakan bahwa obligasi kualitas bagus memiliki risiko lebih kecil ketimbang saham preferen bagus dan saham preferen bagus berisiko lebih rendah dibandingkan dengan saham biasa kualitas bagus. Dari sinilah asalnya prasangka
populer yang menghujat saham biasa karena saham tersebut tak "aman", seperti ditunjukkan dalam survei Federal Reserve Board tahun 1948. Kami ingin menekankan bahwa kata-kata "risiko" dan "aman" dipakai untuk sekuritas dalam dua makna berbeda, sehingga sering tumpang tindih.

Obligasi jelas terbukti tidak aman bila gagal mem­bayar bunga dan prinsipal. Begitu pula, jika suatu saham preferen, atau bahkan saham biasa, dibeli dengan ekspektasi bahwa dividen dengan tingkat tertentu akan dibayarkan secara kontinu, maka ketika terjadi pengurangan atau kegagalan pembayaran dividen, berarti saham itu terbukti tak aman. Juga benar adanya bahwa suatu investasi mengandung risiko jika terdapat peluang si pemilik terpaksa menjualnya ketika harga saham pegangan jauh di bawah harga pembelian.

Namun, gambaran tentang risiko sering diperluas hingga mencakup kemungkinan penurunan harga suatu sekuritas, walaupun penurunan tersebut bisa jadi bersifat musiman atau temporer, dan walaupun si pemilik tidak dalam keadaan terpaksa untuk menjual pada saat tersebut. Berbagai kemungkinan ini terdapat pada semua sekuritas, kecuali obligasi tabungan (savings bonds) pemerintah AS, dan kemungkinannya lebih besar untuk terjadi pada daur hidup saham biasa secara umum ketimbang kelompok saham yang lama beredar. Namun, kami yakin bahwa apa yang terjadi di sini bukanlah risiko nyata dalam makna positif. Seseorang yang memiliki hipotek atas sebuah gedung bisa mengalami kerugian besar ketika ia terpaksa menjual hipoteknya pada waktu yang tidak tepat. Elemen ini tak diperhitungkan dalam menilai keamanan atau risiko hipotek real estate biasa,
satu-satunya kriterianya adalah kepastian pembayaran tepat waktu. Dengan cara yang sama, risiko pada suatu bisnis komersial biasa, diukur dari kemungkinannya kehilangan uang, tidak berdasarkan apa yang akan terjadi jika si pemilik terpaksa menjualnya.

Dalam Bab 8, kami akan mengemukakan keyakinan kami bahwa investor yang bona fide tidaklah kehilangan uangnya hanya karena harga pasar kepemilikannya menurun; dengan demikian fakta bahwa penurunan pasar mungkin saja terjadi tidak berarti ia menghadapi risiko kerugian yang sesungguhnya. Jika suatu kelompok investasi saham biasa yang dipilih dengan cermat menunjukkan return memuaskan secara keseluruhan, yang diukur selama beberapa tahun, berarti kelompok investasi ini telah terbukti "aman". Selama periode itu nilai pasarnya pasti berfluktuasi, dan saham tersebut mempunyai kemungkinan yang sama besar untuk bernilai di atas atau di bawah harga beli. Jika karena kenyataan tersebut investasi dikatakan "berisiko", berarti harus dikatakan berisiko sekaligus aman pada saat yang sama. Tumpang tindih ini bisa dihindari jika kita menerapkan konsep risiko semata-mata sebagai kehilangan nilai, baik yang terjadi melalui penjualan aktual, maupun yang disebabkan oleh kemerosotan signifikan posisi perusahaan—atau, barangkali lebih sering, sebagai hasil dari pembayaran harga yang terlalu tinggi bila dibandingkan dengan nilai intrinsik sekuritas bersangkutan.2

Banyak saham biasa yang memang memiliki risiko untuk merosot seperti itu. Namun, sudah menjadi tesis kami bahwa suatu grup investasi saham biasa yang dieksekusi dengan benar tidak memiliki risiko substansial
macam itu, dan bahwa dengan demikian tak seharusnya disebut "berisiko" hanya oleh karena elemen fluktuasi harga. Namun, risiko seperti itu benar-benar akan muncul jika ada bahaya bahwa harga terbukti terlalu tinggi menurut standar nilai intrinsik—walaupun penurunan tajam pasar yang menyusul setelah itu terpulihkan bertahun-tahun kemudian.


Catatan tentang Kategori "Perusahaan Besar, Terkemuka, dan Didanai Secara Konservatif"

Frasa di antara tanda kutip pada sub judul di atas digunakan pada awal bab untuk menggambarkan jenis saham biasa yang harus dibatasi pembeliannya oleh investor defensif—juga dengan catatan bahwa dividen saham tersebut dibayarkan secara kontinu dalam jangka waktu yang cukup lama. Kriteria yang didasarkan kepada kata sifat selalu membingungkan. Apa batasan jelas yang bisa digunakan untuk mengatakan suatu perusahaan sebagai perusahaan besar, terkemuka, dan didanai secara konservatif? Untuk konservatisme, kita bisa memberikan standar spesifik yang, walaupun arbiter, sejalan dengan pemikiran umum. Pendanaan perusahaan industri tidak dikatakan konservatif kecuali jika saham biasa (pada nilai buku) mewakili setidaknya setengah dari modal total, termasuk semua utang bank.3 Untuk perusahaan kereta api atau layanan umum, angkanya paling sedikit mesti 30%.

Kata-kata "besar" dan "terkemuka" mengandung gambaran tentang ukuran raksasa ditambah lagi dengan posisi terdepan dalam industri. Perusahaan-perusahaan
seperti itu sering disebut sebagai perusahaan "primer"; semua saham biasa lainnya disebut dengan "sekunder", kecuali jika growth stocks ditempatkan di kelas terpisah oleh mereka yang membeli saham-saham tersebut. Untuk memberi elemen ketegasan di sini, mari kita tetapkan bahwa sebuah perusahaan "besar" untuk ukuran masa kini harus memiliki aset sebesar $50 juta atau melaksanakan bisnis senilai $50 juta.» Sekali lagi, untuk menjadi "terkemuka" sebuah perusahaan harus berada pada tiga besar atau empat besar dari segi ukuran dalam kelompok industrinya.

Namun, terlalu picik bila bersikeras menggunakan kriteria arbitrer tersebut. Berbagai kriteria di atas hanyalah panduan untuk orang yang memerlukannya. Aturan apa pun yang dibuat oleh investor untuk dirinya, selama tidak melanggar pemahaman umum yang masuk akal tentang arti "besar" dan "terkemuka", aturan itu bisa diterima. Pada dasarnya pasti ada sekelompok besar perusahaan yang sebagian akan cocok dan sebagian lainnya tak akan cocok bagi investor defensif. Tak ada masalah bila terdapat keberagaman opini dan tindakan tersebut. Justru itu memiliki dampak positif terhadap kondisi pasar saham, karena akan menciptakan diferensiasi atau transisi secara bertahap antara kategori saham primer dan sekunder.



KOMENTAR BAB 5




Kebahagian manusia tidaklah datang dari keberuntungan besar yang jarang terjadi, namun dari keuntungan kecil yang terjadi setiap hari.

—Benjamin Franklin



PERTAHANAN TERBAIK ADALAH SERANGAN YANG BAIK

Setelah tragedi yang menimpa pasar modal beberapa tahun terakhir ini, untuk apa lagi investor defensif menaruh uangnya pada saham?

Pertama, ingat pernyataan Graham bahwa seberapa defensif Anda sebagai investor lebih cenderung tergantung kepada kemauan Anda untuk memberikan waktu dan energi dalam mengelola portofolio ketimbang pada seberapa besar toleransi Anda terhadap risiko. Jika Anda melakukannya dengan benar, berinvestasi dalam saham akan sama mudahnya dengan menanam uang Anda dalam obligasi atau kas. (Seperti akan kita lihat di Bab 9, Anda bisa membeli sebuah fund indeks pasar saham semudah berpakaian pada pagi hari.)

Di tengah-tengah berkecamuknya pasar bearish yang mulai pada 2000, dapat dimengerti bila Anda merasa gerah—dan jika, kemudian, perasaan itu membuat Anda memutuskan untuk tidak akan pernah lagi membeli saham. Seperti kata peribahasa Turki kuno, "Setelah mulut Anda serasa terbakar karena minum susu panas, Anda jadi akan meniup-niup dulu sebelum makan yogurt.” Karena tragedi
anjloknya pasar (crash) pada 2000-2002 begitu buruk, banyak investor menganggap saham sangatlah berisiko; namun, cukup paradoksikal bahwa tragedi pasar itu sendiri pula yang ternyata kemudian menyingkirkan sejumlah besar risiko yang ada. Jadi, apa yang sebelumnya merupakan susu yang sangat panas, sekarang sudah menjadi yogurt biasa.

Jika dipandang secara logis, keputusan untuk me­miliki saham hari ini tidak ada hubungannya dengan seberapa banyak uang yang mungkin Anda hilangkan bila memilikinya beberapa tahun yang lalu. Apabila harga saham dirasa cukup wajar sehingga mampu memberi Anda pertumbuhan di masa datang, maka sebaiknya Anda beli saja, terlepas dari kerugian yang mungkin telah menimpa Anda sebelumnya. Semua pertimbangan ini makin diperkuat bila imbal hasil obligasi ternyata juga sedang rendah, hingga mengurangi return masa datang dari investasi pencipta pendapatan.

Seperti yang telah kita ketahui pada Bab 3, harga saham (per awal 2003) hanya sedikit agak mahal jika dinilai dengan standar historis. Sementara itu, berdasarkan harga saat ini, obligasi menawarkan imbal hasil yang begitu rendah, sehingga jika ada investor membelinya dengan berpikiran bahwa obligasi lebih aman, maka tindakannya ibarat seorang perokok yang mengira bahwa ia bisa melindungi dirinya dari kanker paru-paru dengan mengonsumsi rokok berkadar tar rendah. Seberapa defensif pun Anda sebagai investor—yang dalam pengertian Graham adalah tak ingin repot, atau dalam pengertian kontemporer adalah tak ingin risiko—nilai-nilai yang ada sekarang mengindikasikan agar Anda setidaknya menanam sebagian uang Anda ke dalam saham.

Untungnya, sekarang ini sangatlah mudah bagi in­vestor defensif untuk membeli saham. Sebuah portofolio dengan pilot otomatis permanen, yang tanpa perlu banyak usaha bisa memutar sebagian kecil uang Anda setiap bulan dalam investasi tertentu, membuat Anda tak perlu lagi menghabiskan banyak waktu Anda untuk memilih-milih saham.


APAKAH ANDA SEBAIKNYA " MEMBELI YANG ANDA TAHU"?

Pertama-tama, mari kita lihat sesuatu yang harus selalu dihindari investor defensif: keyakinan bahwa Anda bisa memilih saham tanpa perlu berpikir panjang. Pada dasawarsa 1980-an dan awal dasawarsa 1990- an, salah satu dari slogan investasi yang paling populer adalah "beli yang Anda tahu". Peter Lynch—yang dari tahun 1977 sampai tahun 1990 membawa Fidelity Magellan mencapai kinerja terbaik yang pernah dicapai oleh perusahaan mutual fund—adalah penceramah paling karismatik dalam bidang ini. Lynch berpendapat bahwa investor amatir memiliki sebuah keunggulan yang cara penggunaannya telah lama dilupakan oleh investor profesional: "Kekuatan pengetahuan bersama." Jika Anda menemukan sebuah restoran baru yang enak, mobil, pasta gigi, atau jeans—atau jika Anda mengetahui bahwa lapangan parkir di pusatbisnis terdekat selalu penuh atau bahwa orang-orang masih bekerja di kantor lama setelah Jay Leno selesai siaran (di atas jam 01.00 diniharied.)—maka Anda memiliki pandangan sendiri terhadap suatu saham yang tidak akan pernah dipilih seorang analis profesional
atau manajer portofolio. Seperti dikatakan Lynch, "Dari pengalaman di sepanjang usia Anda dalam membeli mobil atau kamera. Anda terlatih untuk merasakan mana yang baik dan buruk, mana yang laku dijual dan mana yang tidak ... dan yang paling penting, Anda mengetahuinya sebelum Wall Street mengetahuinya.

Hukum Lynch-"Anda bisa mengalahkan para pakar jika Anda menggunakan keunggulan Anda dengan berinvestasi pada perusahaan atau industri yang telah Anda pahami"—tidaklah sepenuhnya tak masuk akal, dan ribuan investor telah memetik keuntungan dari prinsip ini selama bertahun-tahun. Namun, hukum Lynch hanya bisa berlaku jika Anda juga mematuhi konsekuensi logisnya: "Menemukan perusahaan yang menjanjikan hanyalah langkah awal. Langkah berikutnya adalah melakukan penelitian.” Bagusnya, Lynch menegaskan bahwa siapa pun hendaknya jangan berinvestasi pada suatu perusahaan, tidak peduli seberapa bagus produknya atau seberapa penuh lapangan parkirnya, tanpa melakukan studi atas laporan keuangan dan mengestimasi nilai bisnis perusahaan tersebut.


Sayangnya, sebagian besar pembeli saham me­lupakan hal ini.

Barbra Streisand, diva praktisi perdagangan sehari (day trading), adalah contoh orang yang melecehkan ajaran Lynch. Pada 1999 ia mengoceh, "Kita pergi ke Starbucks setiap hari, jadi saya beli saham Starbucks." Namun, si Funny Giri ini lupa bahwa seberapa pun Anda menyukai /atte di situ, Anda tetap harus menganalisa laporan keuangannya dan memastikan bahwa sahamnya
tidak lebih mahal daripada kopinya. Tidak terhitung jumlah pembeli saham yang melakukan kesalahan seperti itu dengan memborong saham Amazon.com karena mereka suka dengan situsnya atau membeli saham e*Trade karena e^Trade adalah broker online mereka sendiri.

"Para pakar” juga percaya dengan ide tersebut. Da­lam suatu wawancara yang disiarkan di CNN akhir 1999, manajer portofolio Kevin Landis dari Firsthand Funds ditanya dengan nada memohon, "Bagaimana cara Anda melakukannya? Mengapa saya tak bisa melakukannya, Kevin?" (Dari tahun 1995 sampai dengan akhir tahun 1999, fund Firsthand Technology Value menghasilkan rata-rata keuntungan tahunan luar biasa, 58,2%.) "Well, Anda bisa melakukannya", Landis berkicau. "Satu-satunya yang perlu Anda lakukan adalah berfokus pada apa yang Anda tahu, dan akrablah dengan satu industri, dan bicaralah dengan orang-orang yang bekerja di sana setiap hari."*

Penyimpangan yang paling buruk dari hukum Lynch terjadi pada program pensiun di berbagai perusahaan. Jika memang sebaiknya Anda "membeli yang Anda tahu", maka investasi apa kiranya yang lebih baik untuk 401 (k) Anda ketimbang saham perusahaan Anda sendiri? Anda bekerja di sana; tidakkah Anda tahu lebih banyak tentang perusahaan tersebut dibandingkan dengan orang lain yang ada di luar perusahaan? Sayangnya, para pegawai
Enron, Global Crossing, dan WorldCom—kebanyakan dari mereka menanam hampir seluruh aset pensiun mereka ke dalam saham perusahaan tempat mereka bekerja, hanya untuk kemudian aset itu raib begitu saja—menyadari bahwa orang dalam perusahaan sering kali hanya memiliki ilusi pengetahuan, bukan pengetahuan yang se­sungguhnya.

Sejumlah psikolog pimpinan Baruch Fischhoff dari Carnegie Mellon University telah mencatat fakta meresahkan: menjadi lebih familiar dengan suatu subjek tidak secara signifikan mengurangi kecenderungan orang untuk melebih-lebihkan pengetahuannya tentang subjek tersebut.- Itulah sebabnya "berinvestasi pada apa yang Anda tahu” bisa sangat berbahaya; makin dalam Anda masuk, makin kecil kemungkinan Anda meneliti kelemahan suatu saham. Bentuk percaya diri yang berbahaya ini disebut dengan "bias rumah" (home bias}, atau kebiasaan untuk percaya pada apa yang sudah dikenal:

• Investor individual memiliki saham perusahaan telepon lokal tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan semua perusahaan telepon lainnya sekaligus.


• Kebanyakan perusahaan mutual fund memiliki saham perusahaan yang kantor pusatnya 115 mil lebih dekat dengan kantor pusat perusahaan mutual fund tersebut dibandingkan dengan rata-rata perusahaan AS.


• Investor 401 (k) menanam antara 25% dan 30% dari aset pensiun mereka ke dalam saham perusahaan tempat kerja mereka sendiri.+

Singkatnya, kefamiliaran menumbuhkan rasa puas pada diri sendiri. Dalam berita TV, bukankah selalu tetangga, teman dekat, atau orangtua dari si penjahat yang berkata dengan terkejut, "Setahu saya dia orang baik-baik"? Ini bisa terjadi karena setiap kali kita terlalu dekat dengan seseorang atau sesuatu, kita percaya begitu saja pada keyakinan kita, alih-alih mem­pertanyakannya sebagaimana kita lakukan ketika kita berhadapan dengan sesuatu yang asing. Makin familiar suatu saham, makin besar kemungkinan saham tersebut mengubah seorang investor defensif menjadi investor malas yang berpikir tidak ada perlunya mengerjakan pekerjaan rumah apa pun. Jangan sampai ini terjadi pada Anda.


BISAKAH ANDA LAKUKAN SENDIRI?

Untungnya, bagi investor defensif yang mau melakukan pekerjaan rumah untuk menyusun portofolio saham, saat ini adalah Zaman Keemasan: Tak pernah sebelumnya dalam sejarah keuangan, orang bisa memperoleh saham dengan murah dan mudahnya.'

Lakukan sendiri. Melalui broker online spesialis se­perti www.sharebuilder, com, www.foliofn.com, dan www.buyandhold.com, Anda bisa membeli saham secara otomatis meski Anda hanya memiliki uang yang sangat sedikit untuk dibelanjakan. Berbagai situs ini hanya memungut $4 untuk setiap pembelian periodik saham AS mana pun dari ribuan saham yang mereka tawarkan. Anda bisa berinvestasi setiap minggu atau setiap bulan, menginvestasikan kembali dividennya, dan Anda bahkan bisa memutar uang Anda dalam bentuk saham melalui penarikan uang secara elektronik dari rekening bank Anda atau dari rekening gaji Anda. Sharebuilder mengenakan biaya yang lebih tinggi untuk melakukan transaksi penjualan ketimbang pembelian—mengingatkan Anda, ibarat hidung Anda dipukul dengan gulungan koran, bahwa penjualan secara cepat sangat tidak dianjurkan dalam dunia investasi—sementara FolioFN menawarkan alat pelacak-pajak yang sangat baik.

Berbeda dengan broker atau mutual fund tradisional yang tidak akan mengizinkan Anda masuk dengan dana di bawah $2.000 atau S3.000, berbagai perusahaan online ini tidak mensyaratkan saldo minimum dan bisa dipesan sesuai keinginan investor pemula yang ingin menempatkan portofolionya pada fungsi pilot otomatis. Tentu saja, biaya transaksi sebesar $4 itu akan mengisap 8% dari investasi bulanan sebesar $50—namun jika hanya sejumlah itulah uang yang bisa Anda sisihkan, maka situs-situs mikroinvestasi ini adalah satu-satunya sarana yang ada untuk membangun portofolio terdiversifikasi.

Anda juga bisa membeli saham-saham individual langsung dari perusahaan yang menerbitkannya. Pada 1994, US Securities and Exchange Commission (sama
dengan BAPEPAM di Indonesia) melonggarkan belenggu yang telah lama melarang penjualan saham secara langsung ke publik. Ratusan perusahaan merespons dengan menciptakan berbagai program berbasis internet yang memungkinkan investor membeli saham tanpa melalui broker. Beberapa sumber informasi online yang dapat membantu untuk membeli saham secara langsung antara lain www.dripcentral.com, www.netstockdirect. com (afiliasi dari Sharebuilder), dan www.stockpower. com. Anda mungkin akan sering ditodong untuk membayar berbagai biaya siluman yang bisa bervariasi hingga di atas S25 per tahun. Walau demikian, program pembelian saham secara langsung biasanya lebih murah dibandingkan dengan broker saham.

Namun, ingat, bahwa membeli saham dengan peningkatan sedikit demi sedikit selama bertahun-tahun tanpa henti dapat menimbulkan sakit kepala karena masalah pajak. Jika Anda tidak siap untuk menyimpan catatan teperinci dari seluruh pembelian Anda secara permanen, lebih baik tak usah membeli. Terakhir, jangan berinvestasi hanya pada satu saham—atau bahkan hanya pada sekumpulan kecil saham yang berbeda. Jika Anda tidak bersedia menyebar taruhan Anda, sebaiknya jangan bertaruh sama sekali. Panduan Graham untuk memiliki antara 10 dan 30 saham tetap merupakan titik awal yang baik bagi investor yang ingin memilih saham mereka sendiri, namun Anda harus memastikan bahwa Anda tidak terlalu terpaku pada hanya satu industri.« (Untuk tahu

lebih jauh tentang bagaimana memilih saham individual yang akan membentuk portofolio Anda, lihat halaman 153-154 dan Bab 11, 14, dan 15.)

Jika, setelah Anda membentuk portofolio online ber­pilot otomatis, Anda mendapati bahwa Anda melakukan perdagangan lebih dari dua kali dalam satu tahun—atau menghabiskan lebih dari satu atau dua jam per bulan, total, untuk investasi Anda—maka pasti ada sesuatu yang sangat keliru telah terjadi. Jangan biarkan kemudahan dan kemutakhiran yang ada pada Internet menggoda Anda untuk menjadi seorang spekulator. Seorang investor defensif berlari—dan memenangi perlombaan—tanpa beranjak dari kursinya.

Carilah pertolongan. Seorang investor defensif juga bisa memiliki saham melalui discount broker, perencana keuangan, atau broker dengan layanan penuh. Pada perusahaan broker yang menawarkan diskon. Anda harus melakukan sendiri hampir semua tugas pemilihan saham; panduan Graham akan membantu Anda dalam menciptakan portofolio inti yang hanya membutuhkan pemeliharaan minimal dan memberikan peluang maksimal untuk memperoleh return stabil. Pada sisi lain, jika Anda tak bisa menyisihkan waktu atau tak terlalu berminat melakukannya sendiri, maka tidak ada alasan untuk malu menyewa seseorang guna memilihkan saham atau mutual fund bagi Anda. Namun, ada satu tanggung jawab yang tak boleh Anda delegasikan kepada orang lain. Anda, dan hanya Anda, yang harus menyelidiki (sebelum menyerahkan uang Anda) apakah si penasihat bisa dipercaya atau tidak dan apakah biaya yang dikenakan kepada Anda wajar atau tidak. (Untuk informasi lebih lengkap, lihat Bab 10.)

Serahkan tugas kepada orang lain. Mutual fund ada­lah cara pamungkas bagi investor defensif untuk menikmati kelebihan dari kepemilikan saham tanpa merasakan kekurangannya, yakni harus mengawasi portofolio Anda. Dengan biaya yang relatif rendah, Anda bisa membeli diversifikasi dan kenyamanan tingkat tinggi—membiarkan seorang profesional memilih dan mengawasi saham-saham untuk Anda. Dalam bentuknya yang paling baik—portofolio indeks—mutuai fund tidak mem butuhkan monitoring dan pemeliharaan sama sekali. Fund indeks adalah sejenis investasi Rip Van Winkle (tokoh fiksi, petani yang tertidur dalam hutan selama 20 tahun, ciptaan sastrawan AS abad ke-19, Washington Irving) yang sangat kecil kemungkinannya menimbulkan masalah atau kejutan bahkan jika, ibarat petani malas Washington Irving, Anda tertidur selama 20 tahun. Itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi investor defensif. (Untuk tahu lebih teperinci, lihat Bab 9.)


MENIMBUN LOBANG

Di saat berbagai pasar uang bergerak naik dan turun serta crash hari demi hari, investor defensif bisa mengambil keuntungan dari kekacauan tersebut. Penolakan Anda untuk menjadi aktif, serta penolakan untuk berpura-pura mampu memprediksi masa datang, bisa menjadi senjata paling ampuh bagi Anda. Dengan menaruh setiap keputusan investasi Anda pada kendali pilot otomatis, Anda membuang jauh-jauh segala macam khayalan Anda tentang ke mana saham akan bergerak, dan Anda terhindar dari cengkeraman pasar yang menggelisahkan Anda, tidak peduli seberapa anehnya
pasar tersebut bergerak.

Seperti dikatakan Graham, "dollar-cost averaging" membuat Anda bisa meletakkan uang dalam jumlah tetap sebagai investasi dengan interval yang teratur. Setiap minggu, bulan, atau kuartal, Anda membeli lagi—terlepas dari apakah pasar telah naik (atau akan naik), turun, atau bergerak ke samping. Setiap perusahaan mutual fund besar atau perusahaan broker saham utama bisa dengan otomatis dan aman mengirim dana secara elektronik untuk Anda, sehingga Anda tak perlu menulis cek atau merasakan pahitnya pembayaran. Semuanya tak terlihat, tak terpikirkan.

Cara ideal untuk menjalankan dollar-cost averaging adalah melalui portofolio fund indeks, yang terdiri atas semua saham dan obligasi yang pantas dimiliki. Dengan demikian, Anda tidak hanya menolak ikut permainan tebak-tebakan ke mana pasar akan menuju, tetapi juga menolak menebak sektor mana dari pasar—dan saham atau obligasi mana—yang akan berkinerja terbaik.

Misalkan Anda bisa menyisihkan $500 per bulan. Dengan memiliki dan melakukan dollar-cost averaging dalam hanya tiga funds indeks— $300 ke dalam fund total pasar saham AS, $100 ke fund saham asing, dan $100 dalam fund obligasi AS—Anda bisa memastikan bahwa Anda memiliki semua investasi di planet ini yang pantas untuk dimiliki.« Setiap bulan, secara teratur, Anda membeli tambahannya lagi. Jika pasar menurun, jumlah taruhan Anda menjadi lebih tinggi, memungkinkan Anda membeli saham lebih banyak dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Jika pasar naik, Anda hanya bisa membeli
saham lebih sedikit. Dengan menaruh investasi Anda pada fungsi pilot otomatis permanen seperti ini, Anda mencegah diri Anda baik dari penghambur-hamburan uang ke pasar ketika pasar terlihat sangat menggoda (dan sebenarnya saat paling berbahaya) maupun dari penolakan untuk membeli lebih banyak setelah penurunan pasar membuat investasi jadi sangat murah (namun terlihat lebih "berisiko").

Menurut Ibbotson Associates, perusahaan riset finansial terkemuka, jika Anda telah menginvestasikan $12.000 pada indeks saham Standard & Poor's 500 pada awal September 1929, 10 tahun kemudian Anda hanya akan memiliki $7.223. Namun jika Anda memulai hanya dengan $100 dan cukup menambah investasi sebesar S100 setiap bulan, maka pada Agustus 1939, uang Anda pasti akan tumbuh menjadi $15.571! Itu adalah kekuatan dari pembelian yang berdisiplin—walau ketika berhadapan dengan Depresi Besar dan pasar bearish paling buruk sepanjang masa.*

Gambar 5-1 menunjukkan keajaiban dollar-cost averaging pada pasar bearish baru-baru ini.

Di atas segalanya, begitu Anda telah membangun portofolio berpilot otomatis permanen dengan fund indeks sebagai inti dan jantungnya, Anda akan bisa menjawab setiap pertanyaan pasar dengan respons paling kuat yang dimiliki seorang investor defensif: "Saya tidak tahu dan saya tidak peduli." Jika seseorang bertanya apakah obligasi akan berkinerja lebih baik ketimbang saham, jawab saja, "Saya tidak tahu dan saya tidak peduli”-toh,

Anda secara otomatis membeli keduanya. Apakah saham perusahaan kesehatan akan mengalahkan saham perusahaan berbasis teknologi? "Saya tidak tahu dan saya tidak peduli"— Anda adalah pemilik permanen keduanya. Siapa yang akan menjadi Microsoft berikutnya? "Saya tidak tahu dan saya tidak peduli"—begitu saham itu menjadi cukup besar untuk dimiliki, fund indeks Anda akan memilikinya, dan Anda tinggal mengikuti saja. Apakah saham asing akan mengalahkan saham AS tahun depan? "Saya tidak tahu dan saya tidak peduli“—jika memang saham asing lebih baik, Anda akan memperoleh keuntungannya; jika tidak, Anda akan membeli lebih banyak lagi dengan harga yang lebih rendah



Dengan membuat Anda mampu mengatakan "Saya tidak tahu dan saya tidak peduli," portofolio berpilot otomatis permanen membebaskan Anda dari perasaan bahwa Anda harus meramal apa yang akan terjadi dengan pasar keuangan—dan ilusi bahwa setiap orang juga bisa. Mengetahui bahwa pengetahuan Anda tentang masa datang begitu sedikit, ditambah dengan ketidakpedulian Anda, adalah senjata paling ampuh yang dimiliki investor defensif.

Comments

Membaca dimana & kapan saja

DAFTAR BUKU

The Subtle Art Of No Giving a Fuck - Mark Manson - 01

Intelligent Investor - Benjamin Graham - 00

Soros Unauthorized Biography - Robert Slater - 27

Sapiens - Yuval Noah Harari - 01

Intelligent Investor - Benjamin Graham - 01

A Man for All Markets - Edward O.Thorp - 01

The Subtle Art Of No Giving a Fuck - Mark Manson - 02