FX Trader's Battlefield - Sami Begood

Memahami Kenyataan
Saya mencoba untuk menulis pada thread ini, sesuatu yang mungkin saja sudah anda tahu, baca, atau pernah dengar tentang dunia FX. Namun saya akan mengulasnya dari perspektif berbeda agar anda mendapat informasi berimbang tentang dunia finansial khusunya trading FX. Thread ini merupakan komplementer dari thread Analisa Supply dan Demand yang telah mulai saya bahas pada forum ini.

Telah lama saya melihat bahwa masih banyak miskonsepsi tentang FX, yang tercermin pada pertanyaan atau komentar para trader. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa semakin sedikit yang anda tahu tentang dunia FX yang sebenarnya, semakin baik bagi pelaku industri ini. Semoga thread ini dapat melengkapi pemahaman kita tentang dunia FX. Materi yang akan disampailan berasal dari beberapa majalah keuangan seperti Barron's, Traders Magazine, Euromoney, Report BIS, literatur dari The Fed of NY, serta beberapa buku trading yang saya pikir cukup representatif.

Forex trading telah menjadi magnet bagi para investor dan spekulator di seluruh penjuru dunia. Sudah banyak buku dan literatur yang membahas tentang dunia FX, baik berupa pengenalan dasar, analisa, dan trading system. Kebanyakan dari buku-buku ini ditulis oleh orang-orang yang memang berkompeten dalam bidangnya, namun sayangnya mereka bukanlah pelaku yang terlibat langsung dalam day-to-day FX operational. Boleh dibilang kebanyakan narasumber adalah outsider, sedikit sekali yang memang merupakan insider. Memang kita mengalami kesulitan dalam memilah who's insider or outsider ini, hampir semuanya mengaku expert atau guru.

Salah satu miskonsepsi yang terbesar adalah bahwa FX ini merupakan bisnis yang elegan, padahal faktanya trading FX tidak lebih dari "rumah jagal" dimana pembantaian terjadi setiap hari terutama bagi para pemula yang dicincang tiap hari. Volume trading FX yang luar biasa besarnya, dimana setiap hari yang menang dan kalah hanya dilihat dari P/L, menyebabkan bermunculannya literatur-literatur yang yang terkadang menyesatkan malah sering menipu, yang memberi janji surga bahwa trading itu "mudah". Jika memang sedemikian mudahnya trading FX ini, tentu kecil kemungkinan investor sekaliber Warren Buffet mengalami kerugian sebesar $850 juta, atau spekulator kakap George "King" Soros yang rugi $600 juta sebanyak dua kali pada tahun 1994. Apa mereka tidak membaca buku-buku trading FX? Jika legenda macam ini sampai mengalami kerugian hingga milliaran juta dollar, apa yang membuat kita menganggap bahwa FX itu mudah?

Retail trader mungkin merasa ada "missing link" antara pengalaman trading sehari-hari dengan apa yang ditulis oleh akademisi dengan sedikit pengalaman trading atau yang ditulis para scammer. Kita tahu bahwa FX market sekarang ini telah menjangkau hampir tiap lapisan masyarakat dengan harapan besar untuk dapat menjadi kendaaran menuju kekayaan. Namun ada yang dilupakan terutama oleh pemula, bahwasanya mereka sebetulnya sedang menginjakan kaki ke medan tempur. Dimana telah bergelimpangan sebelumnya sisa-sisa account trader beserta "sistem trading" yang genius.

Banyak disebut bahwa 90% trader tidak bertahan lama, tapi hal ini tidak akan anda temui dalam publisitas broker FX. Untuk dapat meraih profit, retail trader harus menyadari bahwa secara fundamental pasar ini dibangun oleh profesional dan bagi profesional, baik dari sisi konvensi maupun prosedur yang berlaku. Dalam pasar dimana pengaruh retail dapat disebut kecil (walaupun terus tumbuh), harapan sukses banyak orang dapat padam ditengah jalan. Broker FX retail yang kian menjamur, akan mengerahkan segenap upaya agar anda mempercayai bahwa trading mata uang (currency) adalah bentuk investasi finansial kelas tinggi. Padahal realitanya, kombinasi cara trading kebanyakan orang dan praktek bisnis yang kotor, membuat trading spot FX lebih mirip seperti kasino di Las Vegas daripada yang terlihat di Wall Street. Tidak heran jika akhirnya banyak kalangan yang menentang kegiatan trading FX ini. Dan banyak pula dari anda yang mendapat resistensi baik dari keluarga maupun orang-orang terdekat. Karena bagi mereka, aspek gambling terlihat begitu mencolok.

Generasi baru broker FX online bisa disebut fotocopy dari atribut yang melekat pada kasino-kasino Vegas, yakni peluang menang terbesar ada pada broker. Termasuk dalam hal ini:
1.     "The house" selalu memiliki keuntungan (spread)
2.     "The house" menjejali dan secara aktif mempromosikan ketamakan (dengan memberikan trading signal, leverage yang berlebihan, platform trading yang keren padahal mirip slot machines)
3.     "The house" mengadopsi berbagai macam teknik yang penuh kecurangan termasuk cheating dan membatasi winning players.
Kesemua hal diatas adalah untuk memastikan bahwa "house" (broker) dalam jangka panjang selalu berada selangkah di depan trader dan memetik keuntungan (money) dari semua basis klien-nya.

Dealer's in Da House


Sebenarnya banyak trader retail yang memiliki trading sistem yang mumpuni, tapi masih saja mencetak banyak kerugian. Mereka melihat peluang profit, namun tidak mampu memetiknya. Rasanya seperti ada yang tidak nyambung....tapi apa? Meskipun sudah mempelajari chart berjam-jam, melakukan berbagai analisa, mempelajari formasi candle, dan melihat historical price, sangat jarang dari kita meluangkan waktu untuk konsentrasi pada pembunuh nomor satu yakni dealer forex. Karakter bayangan yang mengincar spekulan kecil, adalah mahluk yang memiliki andil besar mengubah winning trade menjadi losing trades dalam sekejap.

Baik kasino ataupun broker, memiliki orang-orang dengan kemampuan yang dapat mengubah peluang secara agresif berpindah tangan. Mereka khususnya bertugas menghentikan laju kemenangan pemain dengan profit banyak atau konsisten. Tindakan langsung dan memang disengaja ini dapat menghacurkan trading sistem yang paling canggih sekalipun. Sering tidak anda melihat harga menyentuh stop, sebelum berbalik lagi dan meninggalkan stop tersebut sebaga hi/lo hari itu? Bad luck? mungkin saja, tapi bagaimana jika hal ini terjadi lebih dari satu kali? Pernah merasa bahwa seakan-akan market "sengaja mengincar" anda? hehehe...pada zero sum game ini jawabnya adalah iya. Suka atau tidak suka, market ini memang tidak fair bagi klien kecil, nanti kita bahas lebih lanjut.

Dealer adalah lawan tangguh dari trader retail, karena tindakan mereka berdasarkan informasi yang lebih baik. Meskipun sulit, bukan berarti bahwa kita tidak memiliki peluang sama sekali. Bagaimanapun juga tindakan para dealer ini sebenarnya dapat diprediksi dan dideteksi. Kita tahu apa yang mereka kejar (your money) dan kita dapat memperkirakan cara mereka mengejarnya (running stops, price shading, fading moves, dll); yang kita perlukan adalah cara mengeksploitasi aksi-aksi mereka ini. Ada beberapa cara untuk membantu anda dalam identifikasi, menghindari jebakan, dan melakukan serangan balik. Teknik-teknik ini, umumnya dilakukan oleh hegde fund dan CTA (Commodity Trading Advisor) dalam mengeksploitasi lubang yang ditinggalkan dealer, dapat juga kita aplikasikan dalam kegiatan trading sehari-hari. Jangan salah, banyak uang yang dapat diperoleh dalam trading FX ini. Menghindari jebakan yang disebar para dealer adalah salah satu cara untuk meningkatkan kinerja P/L, namun bukan satu-satunya cara.

Market

Kita mengetahui bahwa pasar itu efisien, tapi tidak sempurna. Titik dimana buyer dan seller sepakat tidak selalu mencerminkan "ekuilibrium". Semakin banyaknya hedge fund yang lapar arbitrase dapat dijadikan indikator ketidak sempurnaan ini. Karena harga adalah ciptaan manusia yang mencerminkan bias realita ekonomi, market dapat saja berada dalam kondisi disekuilibrium untuk periode waktu yang cukup lama. Orang-orang yang bekerja day-to-day di market (trader, dealer, pit trader) menyadari bahwa, at least short run, market dapat dimanipulasi dan menjadi sangat irrasional. Faktor psikologi (fear, greed, hope) dapat menjungkar balikan realita ekonomi fundamental. Dan kita bisa yakini bahwa sepanjang ada faktor keterlibatan manusia dalam pasar keuangan, maka pola perilaku yang menyimpang akan selalu muncul. Logika kadang disingkirkan, sementara fear/greed/hope dikedepankan. Karena pada akhirnya, uang atau bonus adalah yang menjadi target utama trader/money manager.

Trader yang mengabaikan pola perilaku ini dapat mengalami kesulitan saat berhadapan dengan pasar yang bergejolak dan emosional. Salah satu ungkapan terkenal yang mencerminkan kondisi ini adalah: "The market can stay irrational longer than you can stay solvent". Dan pasar keuangan memiliki kuburan yang dihuni oleh trader yang terkapar oleh 1% pergerakan irrasional. Salah satu contohnya adalah legenda Hegde Fund, Julian Robertson. Pada tahun 1990-an saat market yang irrasional karena demam teknologi terus menanjak naik (tech buble), Robertson (secara rasional) melakukan fading moves (posisi berlawanan dengan arah pasar). Yang terjadi kemudian adalah ia mengalami kerugian luar biasa, dana sebesar $22 billion menjadi $6 billion hanya dalam satu malam. Kata-kata perpisahannya menggambarkan secara pas tentang kondisi ini:
"The key to Tiger's success over the years has been a steady commitment to buying the best stocks and shorting the worst. In a rational environment, this strategy functions well. But in an irrational market, where earnings and price considerations take a back seat to mouse clicks and momentum, such logic as we have learned, does not count for much."

Dalam perspektif trader, ini berarti bahwa market always right. Kadang hal ini membuat kita bertanya-tanya: siapa yang rasional dan siapa yang tidak rasional? Market hanya sekedar pasar yang dibutuhkan volatilitasnya, karena disanalah kunci trader untuk mendapatkan profit. Sepanjang orang masih melakukan jual beli, short term spekulator akan beraksi karena mereka tahu bahwa uang dapat diperoleh pada kedua sisi dagang ini. Bear makes money, Bull makes money, Pig gets slaughtered. Yang dipedulikan hanyalah cara memaksimalkan profit dengan mengantisipasi gerak harga berikutnya. Disinilah kita melihat mengapa akademisi serasa tidak nyambung atau jauh dari realita, karena mereka terpisah dari trading floor of the world.


Market FX


Dari semua pasar keuangan, market FX mungkin yang paling murni dalam hal supply dan demand sebagai penentu harga. Unregulated serta volume trading yang luar biasa bermakna bahwa intervensi pemerintah hanya memiliki sedikit efek dan sesaat sifatnya. Bagaimanapun juga dengan turnover lebih dari $2 T, intervensi tidak berdampak panjang karena pada akhirnya ratusan ribu trader di seluruh penjuru dunia lah, yang bertindak selaku "invisble hand" dalam teori Adam Smith untuk menggerakan harga.
Market FX lebih sering dijadikan kendaraan untuk berbagai motivasi. Seorang protfolio manager di US yang berencana membeli saham-saham Jepang atau sebuah perusahaan di Singapore yang ingin mengimpor barang dari Indonesia dapat menjadi partisipan market FX. Namun transakasi mata uang yang dilakukan keduanya bukanlah berdasarkan motivasi profit. Sang portfolio manager hanya memerlukan yen untuk membeli saham, dan importir membutuhkan rupiah untuk membeli barang. Dari sinilah muncul peluang arbitrase, yang dieksploitasi oleh partisipan pasar yang lebih aktif. Coba amati distribusi turnover market FX secara geografis:



Untuk memahami motivasi bank terlibat dalam pasar ini, anda dapat melihatnya dari transaksi antara dealing desk FX bank besar dengan prop trading group (bank kecil), dengan cepat anda akan melihat milyaran dollar profit. Earning (pendapatan) off balance sheet adalah tujuan kebanyakan bank, dan spot dealing FX masuk dalam kategori ini.

Karena angka-angka yang menggiurkan inilah yang membuat FX sebagai playground hanya bagi sedikit bank-bank terbesar. Dan karena FX adalah sumber credit market, dominasi bank-bank ini sulit dipatahkan dan masih akan berlanjut hingga tahun-tahun mendatang. Dari data BIS, 75% turnover terkonsentrasi pada industri perbankan.

Dan menurut data dari euromoney hanya 10 bank yang mendominasi 72% turnover market FX. Inilah predator-predator dalam lautan investasi:

Tidak seperti market lainnya, sebuah transaksi FX bukanlah pertukaran cash dengan aset lain (saham, komoditi, obligasi), tetapi lebih merupakan pertukaran cash hari ini dengan imbalan cash pada periode tertentu. Interbank market beroperasi berdasarkan prrinsip yang kurang lazim, dimana satu pihak bergantung pada pihak lain untuk memenuhi kewajibannya tanpa memberikan fasilitas kredit. Bisa dibayangkan, dealing macam ini akan sangat tergantung pada siapa yang memiliki credit rating tertinggi. Karenanya bank besar lebih suka dealing dengan bank besar lainnya. Akibatnya, hanya sekelompok kecil bank komersial dan bank sentral yang mengelola mayoritas turnover FX bagi kepentingan antar mereka sendiri. Anda bisa sebut hal ini sama dengan istilah kartel.

Teknologi memang sedikit mulai menguak jaringan tradisional yang tertutup rapi ini, walau belum seperti yang anda bayangkan. Banyak bank yang sekarang beroperasi baik melalui electronic dealing platform milik sendiri atau menyediakan likuiditas melalui matching system. Produk dari EBS, Currenex, FXall, memungkinkan bank untuk menjangkau basis klien dengan tetap memiliki kontrol penuh atas resiko yang mungkin timbul. Coba pikir, siapa sih yang menjadi pemilik dari platform-platform ini? Realitanya adalah bahwa kelompok bank yang sama inilah yang hingga saat ini tetap mengkontrol market FX.

Unfair Battlefield


Sejak awal, market FX didesign untuk memastikan bahwa "insider" memmiliki keunggulan yang cukup besar terhadap "outsider". Karena sifat yang tertutup rapi dan kurangnya regulasi, market FX secara fundamental merupakan market yang tidak adil (unfair) bagi kalangan non-profesional. Sebagai contoh, pada beberapa negara berkembang, Citi atau UBS mungkin adalah satu-satunya penyedia likuiditas, jadi siapa saja yang ingin berdagang mata uang "dipaksa" untuk menerima aturan main mereka. Posisi pemain dalam hirarki market FX tergantung pada akses informasi dan kecepatan memperoleh data. Dan dengan tidak adanya clearing house/exchange, maka akan menjadi sulit bagi non-profesional untuk mendapatkan informasi serta gambaran akurat tentang kondisi pasar.

Seringkali keterbatasan ini, yang membuat kita berada dalam posisi yang mudah dimainkan. Disinilah letak perbedaan FX dengan market keuangan tradisional lainnya. Apa yang seharusnya ilegal pada market lain, di FX hal tersebut dianggap bagian dari permainan. Insider trading, fading moves, price shading, dll adalah hal lumrah yang terjadi pada dunia FX, dan tidak memiliki implikasi hukum. Lihat saja kasus-kasus yang banyak terjadi pada beberapa broker di negara kita, hampir semua broker lolos dari jerat hukum. Jarang sekali kita melihat suatu kasus yang melibatkan konsumen dan brokernya berakhir di meja pengadilan. Posisi konsumen berada dalam hirarki terbawah dan sangat tidak menguntungkan. Kasus penggelapan adalah salah satu contoh yang lumrah, dan umumnya konsumen memliki daya tawar yang rendah. I might say there's no bargaining power.

Tidak adanya pengawasan pemerintah dan sentralisasi data volume sebagai bahan perbandingan, membuat bank bebas melakukan hampir semua diinginkan terhadap konsumennya yang tidak waspada. Tidak seperti exchange-traded-market (NYSE/FTSE/BEJ) dimana market maker bertanggung jawab untuk memberikan quote price yang sama pada dua belah pihak, dealer FX bebas memberikan quote yang diinginkan kepada kliennya. Spread dapat melebar dan menyempit secara misterius, dan faktor "siapa elu" menjadi sangat dominan. Pelanggan yang baik dan besar mendapat perlakuan istimewa (layaknya salesman yang berikan harga spesial). Dealer bebas berperilaku macam ini, karena mereka bisa jadi satu-satunya referensi di kota yang bersangkutan. Dan mereka tahu bahwa tidak banyak yang bisa dilakukan pelanggan dalam hal ini. Persis seperti kita merasa dikadali oleh money changer yang berada di bandara udara. Rate yang diberikan money changer di bandara jauh lebih mahal daripada di kota. Kalau Goldman Sachs satu-satunya yang bersedia menerima order anda, pilihannya hanya : take it or leave it.


Great Trader: si mahluk langka


Salah satu ciri yang melekat pada trader-trader sukses adalah kemampuannya walk the walk, and talk the talk. Bagi sebagian orang sebetulnya diatas kertas mereka mampu melakukan proses pengambilan keputusan yang objektif, namun jika sudah melibatkan uang, seketika itu objektifitas menjadi kabur. Ini karena begitu mereka masuk pasar, emosi mulai mengambil peran besar. Beralih dari demo ke real account, keraguan sering menyelimuti pikiran. Coba ingat-ingat, saat anda mengambil keputusan investasi yang paling anda sesali, biasanya hal tersebut dikarenakan terlalu cepat (harusnya saya tidak beli saham X kemarin), atau karena tidak mengambil keputusan sama sekali (harusnya saya beli pair EU tadi pagi). Apapun itu, salah penilaian paling sering diakibatkan oleh desakan emosi. Mental yang kuat adalah alasan yang membuat seorang trader menjadi berhasil. Sering juga great trader disebut-sebut berdarah dingin, seperti ada air es yang berjalan dalam nadinya.

Trader adalah satu dari sedikit profesi yang memungkinkan anda dengan cepat dapat menilai seberapa hebat diri anda, karena cukup dalam satu lirikan ke posisi P/L, anda sudah tahu jawabannya. Bagi trader ukuran keberhasilan sangat sederhana: money. Semakin banyak anda memperoleh uang, makin hebat diri anda. Jika anda bisa memperoleh lebih banyak profit dibanding kawan yang trading bersama, anda berarti lebih hebat. Hal ini yang mengubah trading menjadi tempat para individual membangun legitimasi dengan mendemonstrasikan kehebatannya. The best talent, the sharpest brain, the greediest and the cruelest mind lengkap dah...

Jika anda menang, maka ada yang kalah. Aspek pertempuran ini yang sering diabaikan pemula dan menyebabkan mereka menanggung kerugian dan berakhir sebagai pihak yang kalah perang. Kita sebaiknya berpikir bahwa manusia yang duduk didepan komputer terutama dealer-dealer broker/bank, dimanapun mereka berada adalah pesaing yang akan mengerahkan segala daya upaya dalam kuasa mereka (termasuk membengkokan aturan main) untuk merebut uang anda.

Salah satu atribut yang harus dimiliki adalah meminimalisir resiko pada saat-saat yang penuh ketidakpastian. Berhadapan dengan situasi yang tidak pasti, berarti anda harus pro-aktif dan memaksa lawan membuat kesalahan. Ed Lasker, salah seorang pecatur hebat, terkenal dengan sikapnya yang dingin. Menurutnya jika ingin menggapai kemenangan, anda harus bertanya pada diri sendiri: "Kira-kira apa yang sekarang sedang dipikirkan lawan saya?" "Apa yang harus saya lakukan agar ia membuat kesalahan?" "Apa yang mereka (dealer) lakukan jika harga turun (naik)?" Lasker menjelaskan bahwa ia terkadang mencapai kemenangan dengan membuat lawannya merasa bosan, atau memancing lawannya untuk bertindak agresif padahal itu bukan sifat mereka.

Trader FX

Spekulator FX kadang dianggap sebagai "economic war criminals" di sebagian negara berkembang, karena mereka mengincar mata uang yang lemah dan tidak memiliki fundamental yang kuat. Tapi jika hal ini dikonfrontir, mereka akan menjawab bahwa mereka hanyalah instrumen dari kekuatan makro ekonomi global. Seperti ungkapan Soros yang terkenal: "Sebagai pelaku pasar, saya tidak perlu memikirkan akibat dari tindakan (finansial) yang saya lakukan". Dengan kata lain, ia tidak membuat imbalances, mengapa mesti disalahkan saat ia justru membantu harga mencapai balance-nya?

Trader FX adalah jenis spekulator yang unik dan penuh dedikasi kepada pekerjaannya, jam kerja yang kadang berlebihan, dan menganggap dirinya terlibat dalam peristiwa-peristiwa makro dunia. Coba pikir apa dampak gempa bumi di Tokyo dengan mata uang Swiss Frank? Atau bagaimana reaksi US dollar terhadap data inflasi Jerman? Coba jelaskan hal ini pada istri/pacar atau kawan anda..bisa-bisa anda dianggap gila hehehe.......
Kemampuan untuk memilah, memproses, dan mengambil keputusan dari data yang terlihat tidak berkaitan dalam waktu singkat adalah yang membedakan trader FX dalam spektrum tersendiri dalam komunitas finansial. Mereka yang mampu merangkai puzzle ini dalam waktu singkat berada pada posisi teratas dalam hirarki trader. Aktivitas ekonomi dunia saat ini merupakan mesin pertumbuhan yang saling berkorelasi dan oli mesin nya adalah foreign exchange. Para legenda FX menjadikan karir mereka cemerlang dengan memiliki kemampuan untuk memahami apa pengaruh event X terhadap mata uang Y, sebelum orang lain mengetahuinya. Tahun 1988, sebagai contoh, Andrew Krieger dari Banker's Trust pernah ditanya tentang mengapa ia mengambil posisi short Kiwi, jawabnya: "Berapa besar sih monetary supply dari New Zealand?" Percaya atau tidak, posisi short (melalui instrumen derivatif) tersebut melebihi seluruh pasokan uang dari pemerintah New Zealand!

Tapi tidak semua cerita berakhir manis, saat rasa percaya diri berubah menjadi keangkuhan efeknya bisa sangat menghancurkan. Seperti beberapa contoh di bawah ini, mereka adalah trader yang disebut dengan istilah "rouge trader" karena menghancurkan institusinya sendiri:
1.     Yasui Hamanaka, trader dari Sumitomo Corp. Ia dijuluki "Mr. 5%" karena posisi yang diambil sangat besar, dan disebut menguasai 5% market tembaga dunia. Buruknya ia melakukan hal ini selama 10 tahun karirnya dengan kontrak palsu dan entry fiktif dengan maksud menutup kerugian yang menggunung. Pada saat perbuatan ini diketahui, ia terlilit kerugian $2.6 billion, dan akhirnya harus menjalani hukumani 8 tahun penjara.
2.     Nick Leeson, trader jempolan dari Barring Bank. Trading derivative yang dilakukan (terkenal dengan sebutan 88888 account) menyebabkan bank tersebut rugi hingga $1.2 billion, dan akhirnya bangkrut dalam waktu tidak lama kemudian.
3.     John Rusnak, rogue trader dari Allied Irish Bank. Posisi trade FX yang tidak terkontrol menyebabkan bank tersebut mengalami kerugian $ 691 million.
4.     Peter Young, star trader dari Morgan Grenfell. Orang lebih mengingat Peter karena mengenakan gaun wanita saat disidang pengadilan daripada kerugian yang dibuat (hanya $350 million..qqqq). Ia sengaja melakukan hal ini agar dianggap gila dan dibebaskan dari segala tuduhan. Dan ternyata majelis hakim memutuskan ia bebas karena dianggap tidak waras mengikuti jalannya persidangan....hahahaha....

FX Dealer


Untuk memahami bagaimana dealer bekerja, anda cukup memahami pola pikir mereka yakni mengejar/mengambil/merebut uang kita. Jika bank besar diumpamakan sebagai grosir, maka dealer adalah salesman yang bekerja menjual habis barang dagangan. Dalam bahasa dealer ini disebut "chopping woods", dan mereka secara regular akan menyesuaikan profit margin sesuai order flow agar barang dagangan laku. Sama saja seperti orang dagang lainnya, ada barang yang dijual mahal, ada yang murah, dan kadang ada yang rugi. Yang penting laku dan pada akhirnya pembukuan masih menghasilkan untung. Jadi terkadang untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan klien besar, mereka mau menerima komisi yang kecil (atau sedikit rugi) dalam mengakomodasi sebuah transaksi. Jadi dengan gaya dealing yang cepat dan akomodatif dalam memutar inventori, mereka bekerjanya lebih mirip seperti calo-calo tiket di Senayan dibanding dengan pekerja kerah putih. Pernah lihat calo Senayan kan....?

Semboyan dealer adalah "Always be Fading". Fading artinya melakukan trade berlawanan dengan arah harga yang sedang berlangsung, contohnya fading higher artinya melakukan short/sell saat harga rally/naik. Market jarang bergerak satu arah, dan dealer memahami betul bahwa gerak pada intra-day moves 80% range-bound (bergerak dalam kisaran tertentu). Sehingga jika ada gerak yang tajam (gap/trending sharply) kemungkinan besar akan di faded oleh dealer yang punya kantong duit cukup dalam karena mengetahui bahwa harga akan kembali pada posisi awal yang menguntungkan mereka...ini terjadi berkali-kali.

Cara favorit lain yang sering diterapkan spot dealer adalah yang disebut "Head Fake", anda jangan pernah mempercayai gerak harga sesaat setelah major news keluar. Karena gerak tersebut lebih sering menyesatkan, disini dealer sering menggunakan news release sebagai tempat menghajar posisi-posisi trader yang lemah, istilahnya di "flush out", seperti kita menggunakan toilet untuk membersihkan kotoran. Head fake artinya harga bergerak tajam misalnya turun, kemudian berbalik arah yang membuat trader lain sering terjebak dan terperangah.

"never trust the first price"


Apakah dealer bisa mengalami kerugian? jawabnya iya. Mimpi buruk para dealer adalah trending market, yang membuat mereka terpaksa mengambil posisi berlawanan dari arah gerak market dan beresiko pada bertambahnya posisi rugi, atau menghentikan pemberian price quote yang beresiko kehilangan klien. Harga dapat saja bergerak sangat cepat searah trend yang membuat dealer memiliki sedikit waktu untuk menekan exposure atau resiko yang ditanggung, dan ini yang sering bikin stress si dealer hehehe....
Umumnya, one-way market (trending) adalah berita buruk bagi dealer, karena harga tidak retrace (kalaupun ada, itu hanya retrace kecil) dan mereka terpaksa menjual barang dagangannya dengan harga rugi. Namun bagaimanapun juga, bagi dealer dan institusinya ini adalah "biaya dalam menjalankan bisnis".

Trader vs Dealer

Layaknya dua petinju di atas ring, keduanya saling baku hantam dengan sengit sepanjang ronde berlangsung. Trader melakukan aksi "cubit-cubitan", dealer disebut melakukan "aksi rampok". Keduanya memiliki alasan yang sama, yakni memperoleh untung dan memiliki hubungan layaknya orang sedang jatuh cinta, ada love and hate (walaupun banyak bencinya kali yah?) ...qqqq
Tapi tetap saja, masing-masing pihak saling membutuhkan satu sama lain. Seperti bisnis lainnya, hubungan yang terjalin baik dengan pihak konsumen merupakan kunci fundamental keberhasilan di pasar. Seorang trader mungkin saja merasa kesal pada harga yang diberikan dealer, namun tetap menjaga hubungan karena sang dealer (untung bukan sang kodok) mampu menjalankan order besar pada saat dibutuhkan. Anda boleh saja memiliki ide/analisa yang mumpuni, tapi jika tidak ada lawan yang menerima order, maka analisa menjadi tidak berarti.

Tentu saja berhubungan baik bukan berarti kita tidak mengincar kelemahan lawan. Tiap kali seorang trader me-request quote price, dia tahu bahwa lawan di ujung sana adalah perampok yang mencoba mengambil uangnya. Dealer tahu secara langsung posisi lemah trader (melalui margin deposit), atau tidak langsung (melalui kontak industri) dan secara aktif mendorong pasar melawan posisi kita. Singkatnya inilah episode Tom and Jerry yang pindah ke jaringan komputer di segala penjuru dunia...hehehe

Beberapa tipe/jenis dealer FX:
1.     Forward/Swap Dealer: kelompok selebritis, yang lebih konsen pada unsur "waktu" ketimbang harga. Mereka secara konstan harus memperhatikan tanggal dan ekspirasi dari posisi yang dipegang. Kalkulasi lebih rumit apalagi jika hal tersebut dilakukan dalam waktu singkat karena klien meminta harga yang penuh jebakan. Dalam hal ini mereka harus segera bisa memberikan price quote atau beresiko kehilangan klien.
2.     Spot Dealer: Inilah calo tiket di senayan. Lebih banyak mengandalkan nyali dibanding menggunakan otak. Mereka dapat secara instan menghitung averages dan tiap saat lebih konsen pada net exposure. Kelakuannya mirip singa yang mencium bau darah, dan siap menerkam tiap saat.
3.     Retail Spot Dealer: Biasanya mantan bank dealer yang sudah "pensiun" atau yang mencari kerjaan yang tidak terlalu under-pressured. Posisinya ditengah-tengah antara retail market dan interbank. Kerjanya agak santai karena lebih banyak memantau alur posisi klien dan jika ada resiko segera di-offset (ditekan) melalui market maker yang menjadi referensi mereka. Kadang-kadang suka juga untuk "menyergap" posisi klien dengan senang hati jika ada kesempatan melakukannya. Head dealer di salah satu FCM (Future Commission Merchants atau retail FX broker) kalau kerja suka pakai topi dengan tulisan "F**K YOU"....hahahaha......

FX Market: Capitalism at Work
Kemajuan teknologi yang sangat cepat memberi dampak besar pada operasional market FX. Mulai dari sistem back office hingga ke trading floor semua mengalami perubahan, dan umumnya membuat pekerjaan menjadi lebih cepat, lebih akurat, dan dapat lebih diandalkan. Bank dealer saat ini tidak dapat melakukan manipulasi harga sesering mungkin, karena akses kepada informasi makin terbuka sedikit demi sedikit. Teknologi juga melahirkan generasi baru kompetisi yang lebih terbuka dengan menghadirkan platform-platform trading seperti Reuter, EBS, FXall, Currenex, dll.

Saat ini trader cukup hanya menekan tombol mouse sudah bisa memperoleh price quote. Dengan semua penyedia likuiditas memasukan input harga pada platform yang sama, secara teori perdagangan mata uang ini akan lebih baik. Tetapi jangan keburu senang dulu, karena selalu ada celah bagi dealer melakukan aksinya.


Perkembangan pesat teknologi juga mendorong pertumbuhan turnover FX dari tahun ke tahun. Market FX adalah yang terbesar dan paling likuid ketimbang market lain dengan perputaran uang lebih dari $2 T. Jika hal ini terlihat sangat besar, ya memang market FX itu besar sekali. Bandingkan dengan turnover di NYSE yang hanya sekitar $50 billion per hari atau market surat hutang pemerintah USA sebesar $800 billion, kecil sekali dibanding FX. 


International trade bisa menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan, karena nilai perdagangan global mencapai $40 T per tahun. Transaksi dan hedging perusahaan-perusahaan dagang berkontribusi pada pertumbuhan market FX.


Selain itu adalah hedge fund (selalu jadi kambing hitam) dengan alokasi porfolio sekitar $1 T per tahun. Yang penting bagi kita adalah dengan mengetahui pertumbuhan volume yang tinggi setiap tahun, akan dapat menjelaskan situasi market FX saat ini.
Asset Class
Sepuluh tahun yang lalu, mayoritas Fund atau Asset Manager kurang menaruh perhatian kepada forex karena menganggap forex hanyalah pelengkap penderita dari transakasi pembelian/penjualan asset yang dikelola. Jika sebuah Mutual Fund besar ingin membeli saham -saham Eropa, mereka hanya tinggal menghubungi bank kustodian dan memerintahkan pihak bank untuk mengatur segala keperluannya. Mutual Fund tidak ingin repot dalam transaksi yang berlangsung, semakin sederhana prosesnya semakin baik, karena kompentensinya adalah terletak pada pemilihan saham sebagai sarana investasi. Hal ini berlangsung sedari dulu dan sangat logis dilakukan pada saat ekonomi berjalan normal. Namun semuanya berubah saat ekonomi mengalami masa ketidak pastian dan yield (imbal hasil) yang rendah membuat Mutual Fund mulai menghitung ulang tiap dana yang diinvestasikan.
Sejak bursa saham crash dan terutama sejak peristiwa 9/11, pekerjaan Asset Manager bertambah berat dan mereka mulai melirik forex dengan pandangan bersahabat. Mereka mulai menyadari bahwa mengalokasikan dana pada forex adalah bagian dari diversifikasi portfolio, dan sejak itulah forex menjadi bagian integral asset class yang harus dioptimalkan yield-nya untuk menghasilkan alpha (return yang tinggi)

Perubahan persepsi ini terbukti mengubah medan tempur FX secara radikal, dan akhirnya menjadi kekuatan utama yang menggerakan market FX saat ini. Makin banyak Fund yang kini terlibat aktif dalam mengelola portfolio FX, baik dilakukan sendiri atau menggunakan jasa Currency Overlay Manager (COM). Perubahan cara pandang dan pencarian yield yang tinggi pada akhirnya membangkitkan kembali apa yag disebut sebagai carry trade yang berarti meminjam instrumen dengan yield rendah kemudian di investasikan pada instrumen dengan yield tinggi. Contohnya meminjam USD untuk dibelikan pound sterling /saham / gold dll. Inilah yang menyebabkan suatu strong trend berlangsung dalam waktu yang cukup lama, salah satu alasannya adalah pemerintah dalam hal ini bank sentral tidak serta merta mengubah-ubah suku bunganya dalam periode waktu yang singkat.
Black Wednesday, 1992


Mungkin salah satu cerita trading FX yang paling terkenal adalah saat George Soros melakukan short pound sterling yang mampu mematahkan pertahanan bank sentral Inggris (BOE). Pada bulan September 1992, Soros dan beberapa spekulator lain mulai melakukan akumulasi posisi short selling pada pound dengan asumsi bahwa ekonomi UK sedang dilanda inflasi tinggi dan anjloknya sektor properti (persis seperti yang terjadi di USA tahun lalu).

Saat itu, Inggris baru saja masuk kedalam pakta ERM (cikal bakal euro) dengan posisi harga GBP/DEM 2.95, dan pair ini hanya diperbolehkan untuk diperdagangkan pada kisaran sempit dimana ambang bawah kisaran di set pada 2.778. Jika harga jatuh di bawah level tersebut, BOE akan masuk intervensi untuk mengangkat nilai mata uangnya. Pada tanggal 13 September 1992 (tanggal sial juga nih), sekarang terkenal sebagai "Black Wednesday", beberapa pemain besar termasuk Soros dan Goldman Sachs mengetahui bahwa BOE tidak akan mampu mempertahankan pound selamanya, sehingga mereka memutuskan untuk berspekulasi menyerang pound secara besar-besaran.

Menteri keuangan Inggris saat itu berusaha meredam serangan ini dengan mencoba membangkitkan demand akan pound melalui kenaikan suku bunga yang dilakukan tidak hanya sekali, namun dua kali dalam sehari. Tetapi hasilnya nihil, pada malam harinya semua menjadi jelas bahwa departemen keuangan dan bank sentral tidal mampu untuk mengangkat nilai pound, sehingga menyebabkan mereka melempar handuk tanda menyerah. Hal ini pula yang membuat Inggris akhirnya keluar dari ERM. Sejak itu pound bebas diperdagangkan, tidak lagi berada pada suatu kisaran tertentu. Pada akhirnya pound memang jatuh hingga 2.20 DM. Pemerintah Inggris diberitakan mengalami kerugian hingga 3 billion pound dalam upaya mengangkat nilai mata uangnya, sementara Soros tersenyum menikmati profit sekitar $1 billion.

Moral cerita: Jika semua komponen analisa telah mengerucut dan mendukung bias keputusan, lakukan home-run trade.

FX Players


Kita perlu memahami para pelaku pasar uang dan motivasinya agar dapat benar-benar memahami gerak pasar. Meskipun lebih dari setengah turnover FX ditangani oleh interbank market (trading antar bank), persentasenya makin menurun karena pertumbuhan partisipasi generasi investor baru yang makin canggih, sepert hedge fund dan CTA yang makin menunjukan jati dirinya ditengah persaingan pemain lama (bank-bank global). Karrenanya kita bagi para pelaku ini dalam empat kelompok besar yakni, market maker, corporate, spekulator, dan bank sentral.

Market Makers (Dealers)

Dibanding pelaku lain di market FX, market maker bukanlah konsumen pasar (non-customers), keberadaannya adalah untuk memberikan layanan jasa kepada klien yang membayarnya (fee based). Perbankan adalah satu-satunya partisipant yang memiliki banyak uang dalam membiayai aktivitas perdagangan internasional atau proses Merger & Acquisition yang membutuhkan dana miliaran dollar sebagai contoh, tapi karena tidak semua orang bisa melakukan trade langsung dengan bank, munculah perusahaan-perusahan broker yang menangani "sisa limpahan" klien bank. Tidak seperti bank dealer yang tujuan utamanya adalah membentuk/mencari harga terbaik bagi klien korporat, dealer di broker FX memainkan peran ganda seorang makelar yakni mencocokan order dari basis kliennya serta memungut spread dari klien tersebut (mirip specialist di NYSE). Spekulator sering menggunakan mereka (broker dealer) untuk tidak terlihat mecolok dalam berspekulasi, sementara prop desk (bank-bank kecil) menggunakannya dalam berarbitrase, sementara retail memanfaatkannya karena ukuran dan kemudahan persyaratan.

Meskipun peran seorang dealer di pasar secara teoritis, adalah sebagai penyedia likuiditas bagi pelanggan, faktanya berbicara lain. Dealer adalah mesin perusahaan yang diharapkan untuk menghasilkan uang (profit) dengan cara melakukan trade melawan posisi basis client-nya.

Corporate Account

Perusahan multinasional adalah tulang punggung dari market FX, karena skala dan intensitasnya menjadikan mereka pelaku utama. Bersama dengan lembaga-lembaga dana pensiun atau asuransi, perusahaan semacam Coca Cola, IBM, maupun General Electric adalah "real money" ketimbang mayoritas retail trader yang trading menggunakan leverage. MNC (multi national corp) melakukan transaksi (menerima dan membayar) dari seluruh penjuru dunia setiap harinya. Bisa dibayangkan berapa besar kebutuhan mereka akan FX yang diakomodasi perbankan tiap hari. Alur transakasi ini yang secara hati-hati di hegde dan direncanakan bagi keperluan budgeting dan proyeksi laporan keuangan. Karena kelompok ini tidak bertujuan spekulasi, maka semakin rendah volatilitas (gejolak) pasar, makin baik bagi mereka.

Speculator (Hedge Fund, CTA, Prop Desk, COM)

Kelompok ini adalah yang paling menarik untuk ditelaah. Tujuan utamanya adalah menghasilkan profit dari pergerakan pasar, sangat berbeda dibanding corporate yang menggunakan FX sebagai sarana pembiayaan atau broker yang mencari untung dari fee dan spread. Pemain besar dalam kelompok ini termasuk prop desk (bank kecil yang melakukan transaksi account-nya sendiri), hedge fund, commodity trading advisor (CTA), dan Currency Overlay Manager (COM). Trader-trader ini berani mengambil resiko (risk appetite) namun karena menggunakan leverage maka mereka paling rentan mengalami kerugian besar yang menyebabkan kebangkrutan. Seperti dealer, merekalah yang banyak berperan dalam intra day moves.

Bank Sentral

Bank sentral di seluruh dunia bertindak sebagai administrator pada market FX. Setiap bank sentral bertanggung jawab menjaga nilai tukar mata uangnya, dan bukan rahasia jika mereka sering turun menggerakan pasar sesuai kemauannya. Bank sentral adalah pihak yang paling gerah dengan keberadaan para spekulan, tudingan dan kambing hitam atas gejolak pasar uang sering dialamatkan ke mereka. Karena CB paling bahagia jika melihat spekulator terkapar, maka intervensi pasar dilakukan pada moment strategis untuk membuat spekulan terjebak dalam posisi yang tidak menguntungkan. Sebagian negara-negara kecil malahan menutup pintu sama sekali akan keberadaan spekulan-spekulan dengan membatasi aliran modal yang keluar masuk negara bersangkutan.

Pelaku pada market FX teratur rapi dalam suatu bentuk hirarki piramida, dimana orang yang menempati posisi puncak dipastikan memiliki informasi dan membaginya kepada penghuni piramid dibawahnya. Di dunia keuangan, yang namanya penghuni kelas bawah dari suatu piramida ditempati oleh "publik", pada umumnya adalah konsumen retail yang unsophisticated. Karena bank dan broker berlaku layaknya pemberi (giver), maka jika anda adalah seorang retail trader yang membayar 5 pips spread untuk mendapatkan 20 pips trade maka bisa dikatakan bahwa anda masuk dalam kategori "Publik".

Sebaliknya hedge funds dan spekulator canggih lainnya berada pada puncak piramida. Karena kecepatan memperoleh/mengolah informasi serta pengetahuannya akan kondisi market, pemain-pemain canggih ini mampu mengubah peta pertempuran dengan mejadikan bank atau broker (apalagi retail) sebagai mangsa, karena bank atau broker lebih fokus pada memungut fee/spread daripada mengidentifikasi peluang arbitrase. Sudah menjadi "tugas" daripada hedge fund untuk semaksimal mungkin menggaet dan mengkantongi sebagian profit bank (bank sendiri profitnya bisa disebut risk-free, atau sangat minim resiko).


Karena posisi pemain dalam piramid ditentukan oleh ketersedian informasi dan kecepatan dalam mengolahnya sebagai penunanjang keputusan investasi (itu sebabnya big money player seperti Goldman Sach haus akan super komputer), maka retail trader berada dalam posisi yang terjepit/tertekan karena kesulitan dalam memperoleh akses informasi yang berimbang. Hal inilah yang membuat retail trader selalu mendapat peran sebagai publik.

Peran Spekulan Kecil

Retail trader sering juga disebut small speculator menempati posisi yang unik dalam di dunia FX, layaknya pom-pom girl yang meramaikan suatu pertandingan. Walaupun sering menjadi mangsa, tetapi mereka bukannya patah semangat dan tidak selalu menjadi pelengkap penderita. Banyak spekulan kecil yang berhasil, walau menghadapi banyak keterbatasan. Kombinasi dari faktor kepercayaan diri serta skill yang mumpuni, membuat bank trader merasa iri akan keahlian/keuletan spekulan kecil. Salah satu contohnya adalah Yukiko Ikebe, seorang ibu rumah tangga berumur 61 tahun di Tokyo yang didakwa melakukan penggelapan pajak dari trading profit sebesar kurang lebih 400 juta yen. Berita tentang ibu tua ini, membuat Head of Foreign Exchange Societe Generale di Tokyo mengatakan "Dia membuat profit lebih banyak dari yang kita buat.....Find her and Hire her!!" Individual-individual yang sukses di FX telah belajar untuk tidak melawan (fight) pasar, karena pasar tidaklah melawan mereka. Jadi individual macam ini fokusnya adalah menerima apa yang Mr. Market berikan dan dari contoh ibu Ikebe, pemberian Mr. Market banyak sekali..........


Sayangnya para superstars ini jumlahnya sedikit dan langka, karena mayoritas retail trader umumnya tidak cukup bekal untuk bertahan lama dalam pertempuran FX. Jika market maker (dealer) mengambil posisi melawan posisi basis klien-kliennya, maka dapat disimpulkan bahwa para klien selalu dalam posisi yang salah tiap saat....wrong side of the trade most of the time sehingga market maker dapat memberikan profit bagi perusahaannya.

Spekulan kecil pada pasar finansial manapun dijadikan sebagai contrarian indicator yang paling berharga dan secara aktif dipantau para money/fund manager. Karena mereka hampir selalu salah, maka posisi yang diambil para spekulan kecil dapat dijadikan sebagai acuan mengambil posisi yang berlawanan. Kurangnya pemahaman akan money management yang baik dan faktor psikologis membuat banyak spekulan kecil dilindas oleh pergerakan harga.



Tapi anda jangan patah semangat, ambilah contoh dari ibu Yukibe (Tokyo), KG (Indonesia), Hoosain Harneker (Afsel), Rob Booker (100 pips trader, West Virginia), Chuck Hays (the coolest man, Minnesota), Franki Law (Technical Analyst, Hongkong) dan yang lainnya. Mereka semua telah "membayar uang sekolah" dan memahami untuk tidak melawan pasar. Seperti yang diucapkan oleh Sun Tzu "Kenali kawanmu dengan baik, tapi kenali musuhmu lebih baik lagi".........



Originally Posted by bluebirru Description: View Post
thanks buat infonya ...
btw saya mau tanya bung sami ... pertanyaanya agak nyeleneh nih tp tlg di jawab ya..........
apa benar jika semua trader dalam satu broker ex. fxind, marketiva, fx4u dll selalu provit (dlm setiap bulan) apakah broker tersebut akan mengalami kerugian ?? jika tidak siapa yang rugi? apakah para profesional atau lainnya??
mohon penjelasannya (oh ya temen? lain juga boleh jawab)

@Bro Blue: Semua klien dari broker profit? hehehe....bagi perusahaan brokerage kerugian yang diakibatkan oleh posisi trade melawan basis klien adalah "biaya" menjalankan bisnis. Semua telah dikalkulasi sebelum mereka mendirikan perusahaan. Dan karena banyak kasus negatif dalam hubungan broker-klien, maka lembaga-lembaga pengawas sepert NFA di US meningkatkan persyaratan yang tinggi bagi sebuah brokerage. Misalnya dengan menaikan modal setor hingga $20 juta, agar perusahaan tersebut memiliki cukup dana dalam menjalankan usahanya. Aturan ini dibuat secara tersurat untuk perlindungan klien, tapi secara tersirat juga berarti bahwa regulator memahami dan memaklumi aktivitas broker yang melawan posisi klie-kliennya (big boss paham dan hanya manggut-manggut aja koq...hehehehe)

Jadi kalo semua klien dalam satu broker profit, belum tentu brokerage tersebut bangkrut. Ada parameter yang digunakan dalam mengambil resiko trading melawan posisi klien, jika posisi tersebut melebihi parameternya, maka broker umumnya melempar order ke market maker lain atau interbank untuk meng-offset kerugian. Jadi resiko loss telah di-cover bisa dengan cara hedging position. Katakan anda buy, dealer sell, harga naik dan dealer rugi. Untuk menekan kerugian, dealer buka posisi baru yakni buy pada intermarket atau melalui market maker lain...kira-kira demikian, semoga membantu.



Comments

Membaca dimana & kapan saja

DAFTAR BUKU

The Subtle Art Of No Giving a Fuck - Mark Manson - 01

Intelligent Investor - Benjamin Graham - 00

Soros Unauthorized Biography - Robert Slater - 27

Sapiens - Yuval Noah Harari - 01

Intelligent Investor - Benjamin Graham - 01

A Man for All Markets - Edward O.Thorp - 01

The Subtle Art Of No Giving a Fuck - Mark Manson - 02